BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam terutama sumber daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman dan keunikannya serta diperkuat oleh kekayaan dan keragaman budaya, di samping berperan sebagai sumber pangan dan devisa negara, juga mempunyai daya tarikdalam sektor pariwisata alam (ecotourism). Sektor wisata pertanian ini yang kemudian populer penyebutannya menjadi Agrowisata (Agro-tourism) secara perlahan terus tumbuh dan berkembang di Indonesia (Syukur Irwantoro, 2010). Dalam Pedoman Umum Agrowisata yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian (2012) disebutkan bahwa sinergi antara Pertanian dan Pariwisata merupakan landasan dalam pengembangan agrowisata. Dengan demikian pengembangan Pertanian dan Pariwisata secara simultan merupakan salah satu bentuk pengembangan ekonomi kreatif di sektor pertanian yang dapat memberikan nilai tambah bagi usaha agribisnis dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Dampak positif pengembangan agrowisata antara lain dapat meningkatkan nilai jual komoditi pertanian yang dihasilkan dan berkembangnya sumber-sumber pendapatan lainnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat serta peningkatan citra pertanian. 1
Pengembangan agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya untuk mengembangkan sumberdaya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dikembangkan fungsinya sebagai obyek wisata (wisata agro). Hal tersebut nampak jelas lagi bila mencakup hamparan yang luas seperti perkebunan, sentra penghasil sayuran tertentu dan wilayah pedesaan yang berpotensi besar menjadi destinasi pengembangan agrowisata. Pengembangan agrowisata merupakan salah satu upaya dalam rangka mengembangkan usaha masyarakat berbasis agribisnis dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani khususnya dan masyarakat di wilayah yang bersangkutan pada umumnya. Agrowisata adalah usaha tani yang salah satu fungsi lainnya adalah sebagai obyek pariwisata. Demikian pula dalam hal pemasaran produksinya berorientasi bagi pelayanan para wisatawan pada kawasan tersebut. Dengan demikian, agrowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat berbasis agribisnis, sehingga menjadikan kawasan agribisnis tersebut sebagai profit center (Departemen Pertanian, 2005). Pengembangan agrowisata sebagai obyek dan daya tarik wisata berkembang dengan pesat, atraksi yang ditawarkan menekankan pada pola kehidupan masyarakat tradisonal dan suasana pedesaan yang damai. Pengalaman yang berkualitas akan diperoleh melalui keterlibatan aktif wisatawan baik bersifat fisik dengan berbaurnya bersama masyarakat, maupun bersifat mental dan emosional terhadap obyek atau kegiatan wisata yang diikutinya. Wisatawan yang berkunjung ke agrowisata biasanya tidak sekedar melihat-lihat namun wisatawan juga berpartisipasi dalam aktivitas dan kegiatan yang ada di dalamnya. Panorama 2
alam yang indah dan unik menjadikan daerah tujuan wisata memiliki nilai jual yang tinggi. Lebih lanjut menurut Middleton (1988) daya tarik terutama bagi wisata minat khusus (special interest tourism), dalam hal ini termasuk agrowisata, tidak lagi hanya sekedar berada di lokasi tujuan wisata untuk singgah dan sightseeing sebentar tetapi menginginkan dapat berinteraksi, berpartisipasi, dan belajar dari apa yang dilihat di lokasi yang dikunjungi tersebut. Pembangunan agrowisata yang bermuara pada tujuan meningkatkan kesejahteraan stakeholder, tidak terlepas dari peran serta sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Hal ini mengingat bahwa pariwisata berhubungan erat dengan pelayanan karyawan sebagai tuan rumah/winiwisatawan (host) yang akan berinteraksi dengan wisatawan (guest) (Damanik, 2013). Sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan visi untuk kepentingan manusia yang ada di dalamnya dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Oleh karena itu manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan organisasi/perusahaan. (Yuniarsih dan Suwatno, 2009) Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa sumberdaya manusia memiliki peranan yang sangat strategis dalam suatu perusahaan dan sangat menentukan hidup-matinya perusahaan. Apabila manusia yang ada dalam perusahaan memiliki kinerja yang baik maka perusahaan akan bertahan dan berkembang, Namun sebaliknya apabila manusia yang ada dalam perusahaan itu 3
memiliki kinerja yang tidak baik, maka perusahaan tersebut tidak akan dapat bertahan hidup serta tidak mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dengan demikian semakin disadari bahwa didalam suatu perusahaan, kinerja dari sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting untuk mencapai hasil yang diharapkan. Karyawan memberikan sumbangan nyata kepada perusahaan melalui kinerja yang dalam istilah lain disebut sebagai job performance atau aktual performance. Kinerja yang tinggi dari sumberdaya manusia sebuah organisasi dapat menjadi keunggulan kompetitif dari organisasi itu sendiri karena tidak mudah ditiru oleh pesaingnya. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat dari Prawirosentono, (1999), yang menyebutkan bahwa apabila menggunakan strategi bersaing lewat sumberdaya manusia, maka akan diperoleh dua keunggulan yaitu keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif, karena kedua keunggulan ini akan sulit ditiru oleh pesaing. Keunggulan sumberdaya manusia akan dapat diraih melalui kinerja karyawan yang tinggi. Menurut Moekijat (2007), penilaian hasil kerja berhubungan dengan hasil kerja dan tanggung jawab karyawan. Lebih lanjut disampaikan, bahwa dalam dunia yang bersaing seperti sekarang ini, perusahaan membutuhkan hasil kerja yang tinggi. Pada waktu yang bersamaan, karyawan membutuhkan umpan balik atas hasil kerja mereka yang dapat dipergunakan sebagai perbaikan dan petunjuk perilaku mereka yang akan datang. Selanjutnya diuraikan beberapa manfaat penilaian kinerja antara lain : a. Perbaikan hasil kerja, umpan balik kinerja memungkinkan karyawan, manajer serta bagian sumber daya manusia mengambil 4
tindakan yang tepat untuk memperbaiki kinerja karyawan. b. Penyesuaian kompensasi, penilaian kinerja membantu para pengambil keputusan untuk menentukan penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) bagi karyawan. c. Kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan, kinerja yang kurang baik dapat menunjukkan kebutuhan akan pelatihan ulang. d. Keputusan penempatan, promosi, mutasi, dan demosi karyawan biasanya didasarkan atas penilaian kinerja karyawan. Karyawan sebagai salah satu stakeholder memiliki tugas dan tanggung jawab besar terhadap keberhasilan perusahaan. Peran karyawan akan menjadi nyata apabila partisipasi dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan pertisipasi inilah penelitian mengenai kinerja karyawan menjadi menarik untuk diteliti dan diharapkan akan bermanfaat bagi pengembangan agrowisata perkebunan. Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran merupakan bagian dari Kebun Getas/Assinan/Banaran, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero). Kebun Getas/Assinan/Banaran merupakan penggabungan dari dua kebun yang semula berdiri sendiri yaitu : a. Kebun Getas, dengan budi daya tanaman karet b. Kebun Assinan/Banaran dengan budi daya kopi dan kakao. Kebun Getas/Assinan/Banaran dipimpin oleh seorang Administratur yang membawahi dua Sinder Kepala yaitu Sinder Kepala Getas yang mengelola tanaman karet, dan Sinder Kepala Assinan/Banaran yang mengelola tanaman kopi serta agrowisata Kampoeng Kopi Banaran. 5
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana upaya Manajemen PTPN IX (Persero) dalam mengembangkan agrowisata, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia di Kampoeng Kopi Banaran? 2. Bagaimana kinerja karyawan agrowisata dalam mendukung pengembangan agrowisata Kampoeng Kopi Banaran? 3. Bagaimana sosio-demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, status dalam keluarga, status kepegawaian serta pengalaman kerja) karyawan mempengaruhi kinerja karyawan? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Umum : Mengetahui proses pengembangan agrowisata dan menganalisis kinerja karyawan agrowisata dalam mendukung pengembangan agrowisata di Kampoeng Kopi Banaran, PTPN IX (Persero) 2. Khusus : a. Untuk mengetahui upaya Manajemen PTPN IX (Persero) dalam mengembangkan agrowisata Kampoeng Kopi Banaran? b. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sumber daya manusia dalam mendukung pengembangan agrowisata Kampoeng Kopi Banaran? c. Untuk mengetahui bagaimana kinerja karyawan agrowisata dalam mendukung pengembangan agrowisata Kampoeng Kopi Banaran? 6
d. Untuk mengetahui apakah agrowisata Kampoeng Kopi Banaran yang dikembangkan dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan kebun? 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memperluas wawasan dan khazanah tentang teori dan praktek pengelolaan agrowisata secara umum dan khususnya agrowisata perkebunan 2. Memberikan kontribusi teoritis dalam pertimbangan kebijakan bagi pihakpihak yang berkepentingan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengembangan agrowisata, khususnya dalam pengelolaan manajemen sumber daya manusia 3. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut. 1.5. Keaslian Penelitian Meskipun telah banyak dilakukan penelitian yang berkaitan dengan agrowisata maupun kinerja karyawan dalam mendukung pengembangan perusahaan/bisnis pariwisata, namun yang meneliti tentang kinerja karyawan dan pengaruhnya dalam mendukung pengembangan agrowisata, sejauh pengetahuan penulis, belum ada yang melakukannya. Penelitian tentang agrowisata pernah dilakukan oleh Ismi Purba, (2009) yang meneliti tentang Strategi Pengembangan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran PTPN IX (Persero) Semarang. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran berada pada kuadran I (pertama) dari matriks SWOT, dengan wilayah peluang lebih besar dari kekuatan, sehingga perusahaan harus bisa memanfaatkan peluang dengan menggunakan kekuatan 7
yang ada. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Matriks Internal Eksternal (IE Matrix), Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran berada pada posisi sel I, yaitu posisi tumbuh dan kembangkan. Sri Endah Nurhidayati (2012), dalam desertasi yang berjudul : Pengembangan Agrowisata Berkelanjutan Berbasis Komunitas di Kota Batu, Jawa Timur, menulis bahwa prinsip ekonomi Community Based Tourism (CBT) dalam pengembangan agrowisata berkaitan dengan terciptanya pekerjaan yang menyerap tenaga kerja lokal, pengembangan usaha sektor pariwisata, dan peningkatan pendapatan komunitas yang berasal dari belanja wisata. Pengembangan agrowisata dari prinsip sosial berdampak pada perubahan nilai sosial tentang tamu, nilai menyambut tamu, perlakukan terhadap tamu, dan filosofi tentang penerimaan tamu. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya mencakup kinerja karyawan agrowisata Kampoeng Kopi Banaran yang terlibat secara langsung dalam operasional dan pengembangan agrowisata Kampoeng Kopi Banaran, PTPN IX (Persero), Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. 8