BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah menjadi isu hangat yang semakin berkembang di Indonesia. Konsep ini menjadi sering dibicarakan setiap kali terjadi peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dunia usaha seperti adanya krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997-1998 yang diyakini sebagai akibat adanya kegagalan penerapan corporate governance (Kaihatu, 2006), dan krisis global yang dipicu dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) tahun 2008. Peristiwa tersebut memberi dampak jatuhnya beberapa perusahaan investasi raksasa dunia yang telah berdiri sejak lama seperti Bear Sterns dan Lehman Brothers di tahun 2008. Dampak krisis di berbagai negara mulai terlihat. Secara global, banyak pemerintahan mengucurkan dana milyaran dollar untuk menyelamatkan perekonomian negaranya terutama pada sektor perbankan mereka. Pertumbuhan ekonomi dunia juga turut mengalami perlambatan dari 5,4% pada tahun 2007 menjadi 2,8% di tahun 2008 dan -0,6% pada tahun 2009. Penurunan kegiatan ekonomi dunia ini terutama disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi AS dari 2,8% di tahun 2007 menjadi 0,1% pada tahun 2008 dan -3,5% pada tahun 2009. Pada periode yang sama dan sebagai akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi AS, pertumbuhan 1
ekonomi di semua negara-negara lain juga menurun. Berikut disampaikan pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang, Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia di Negara Maju dan Negara Berkembang Tahun 2007-2010 (dalam persen) Dunia/Kelompok Negara/Negara 2007 2008 2009 2010 Dunia 5,4 2,8-0,6 5,1 Negara Maju 2,8 0,1-3,5 3,0 - AS 1,9-0,3-3,1 2,4 - Jepang 3,0 0,4-4,4 2,0 - Jerman 3,4 0,8-5,1 4,0 Negara Berkembang 8,7 6,1 2,7 7,4 - Brasil 6,1 5,2-0,3 7,5 - China 14,2 9,6 9,2 10,4 - India 10,0 6,9 5,9 10,1 - Indonesia 6,3 6,0 4,6 6,2 - Rusia 8,5 5,2-7,8 4,3 - Thailand 5,1 2,6-2,3 7,8 Sumber : IMF, World Economic Outlook, Oktober 2012 Catatan: Data pertumbuhan di tabel ini menggunakan data PDB berdasarkan perhitungan PPP (Purchasing Power Parity) Dampak krisis keuangan di Amerika Serikat saat itu mulai merambah ke berbagai negara, termasuk Indonesia dengan ditandai meningkatnya pengangguran, kegiatan ekspor impor yang terganggu, nilai tukar rupiah yang semakin melemah, tingkat suku bunga yang tinggi, kondisi pasar modal yang semakin tertekan akibat jatuhnya bursa global, dan puncaknya penutupan Bursa Efek Indonesia selama tiga 2
hari berturut-turut (Sangadji, 2012). Lemahnya Corporate Governance (CG) secara umum dianggap berperan penting atas kebangkrutan yang menimpa sejumlah perusahaan besar dan krisis yang terjadi di berbagai negara akhir-akhir ini (Reddy et al. 2010; Ross dan Crossan, 2012). Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Megawati, Dorodjatun Kuntjoro Djakti mengatakan tidak ada sebuah negara yang kuat, tanpa dunia usaha yang kuat (Suara Merdeka, 2004), menjadi terbukti kala krisis ekonomi turut mempengaruhi kondisi politik suatu negara, seperti di Indonesia yang mengakibatkan kejatuhan Presiden Soeharto pada tahun 1998 sekaligus mengakhiri masa Orde Baru. Pelaksanaan corporate governance yang kurang memadai dapat menurunkan tingkat kepercayaan para investor karena investasi yang mereka lakukan menjadi tidak aman. Hal ini dapat diikuti adanya penarikan investasi yang telah mereka lakukan, dan menciptakan kondisi dimana para calon investor menjadi tidak berminat menanamkan modalnya. Adanya permasalahan tersebut pada akhirnya dapat menurunkan kinerja perusahaan yang berdampak merugikan stakeholder. Hal ini menjadi ironis karena salah satu tujuan pendirian perusahaan adalah memberikan kemakmuran sebesarbesarnya bagi para pemilik atau pemegang saham melalui peningkatan kinerja keuangan yang pada akhirnya dapat memaksimal nilai perusahaan (Brigham dan Ehrhardt, 2013:9). The Organization for Economic Development (OECD) telah menciptakan pedoman standar CG yang diharapkan dapat diterima oleh semua negara ataupun 3
perusahaan, tetapi harus diselaraskan dengan sistem hukum, peraturan perundangan maupun nilai-nilai yang berlaku di negara-negara masing-masing (Lestariningsih, 2008). Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan pedoman umum GCG melalui Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun 1999 dan disempurnakan pada tahun 2006, pedoman tersebut bertujuan antara lain menciptakan kondisi iklim usaha yang kondusif dan persaingan yang sehat serta mengoptimalkan nilai perusahaan dari peningkatan kinerja perusahaan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya (Pedoman Umum GCG, 2006). Adanya Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT No.40/2007) juga memberikan perhatian khusus terkait penerapan tata kelola perusahaan sebagai konsep yang terkandung dalam aturan tersebut. Konsep corporate governance timbul dari adanya keterbatasan agency theory. Permasalahan agensi ini muncul akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai principal dengan manajemen sebagai agent atau pengelola perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan (principal) ingin supaya nilai per saham perusahaannya semakin bertambah yang berarti semakin meningkatkan kekayaannya dalam jangka panjang, sedangkan manajemen lebih kepada peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang mereka terima (Darmawati dan Khomsiyah, 2005). Masih menurut teori keagenan, konflik keagenan terjadi karena adanya pola kepemilikan perusahaan. Struktur kepemilikan yang tersebar menyebabkan pemegang saham tidak mampu 4
mengendalikan manajemen agar bertindak sesuai kemauannya dan jarang mempengaruhi kebijakan perusahaan secara signifikan. Di Asia, umumnya pola kepemilikan perusahaan lebih terkonsentrasi dan terdapat pemilik saham pengendali dengan jumlah kepemilikan yang cukup besar dibandingkan lainnya (La Porta et al, 1999:2002; Claessen et al, 2000). Hal tersebut terdapat pula pada sebagian besar perusahaan di Indonesia yang masih dikendalikan oleh kepemilikan keluarga (Arifin, 2003). Struktur kepemilikan konsentrasi tersebut berpotensi mempengaruhi kerja operasional manajemen yang berdampak pula pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah menerapkan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik. Menurut Weimer dan Pape (1999) mekanisme corporate governance adalah metode yang digunakan perusahaan untuk memecahkan permasalahan tata kelola perusahaan. Mekanisme internal adalah unsur yang selalu diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola perusahaan (Linda dan Febriyanti, 2010). Unsurunsur corporate governance yang berasal dari internal perusahaan menurut Ariyoto (2000) dalam Widyati (2013) adalah (1) pemegang saham, (2) direksi, (3) dewan komisaris, (4) manajer, (5) karyawan, (6) sistem, dan (7) komite audit. Mekanisme eksternal adalah cara cara mengendalikan perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal perusahaan seperti adanya auditor eksternal yang berkompeten dan memiliki reputasi baik. Faktor eksternal dimaksudkan untuk mendisiplinkan perilaku pihak insider agar lebih transparan dalam mengelola korporasi, dan 5
kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Penerapan Corporate Governance yang baik melalui mekanisme internal diharapkan dapat mengurangi risiko timbulnya konflik keagenan serta memperbaiki kinerja perusahaan dengan salah satunya alat ukurnya melalui peningkatan kinerja keuangan perusahaan (Widyati, 2013). Adanya keterlibatan auditor sebagai pengendali eksternal yang memiliki kompetensi memadai dan bersikap independen juga menjadi pihak yang mampu memberikan kepastian terhadap integritas angkaangka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari, 2003). Implementasi corporate governance yang baik dan terwujud dalam suatu perusahaan, maka kinerja saham perusahaan itu akan meningkat (Almilia, 2006). 1.2 Rumusan Masalah Adanya berbagai peristiwa yaitu krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 dan krisis global yang bermula dari krisis subprime mortgage tahun 2008-2009 telah diyakini oleh para ahli ekonomi salah satunya sebagai akibat dari tidak cukupnya penerapan good corporate governance. Berdasarkan penjelasan tersebut, penerapan mekanisme corporate governance yang memadai diharapkan dapat menjamin terciptanya tata kelola perusahaan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dan memberikan keyakinan bagi investor bahwa investasi yang mereka lakukan telah dikelola secara tepat. Adanya berbagai karakteristik perusahaan juga diharapkan mampu memberi pertimbangan kepada investor untuk memilih investasi yang lebih baik. 6
Penelitian ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari penelitian empiris sebelumnya, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Swastika (2013) yang meneliti pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan publik sektor non keuangan yang tercatat di BEI pada masa sebelum dan setelah krisis global, sehingga peneliti termotivasi untuk memperluas obyek pengamatan menggunakan data pada semua perusahaan sektor non keuangan periode 2005-2014 dan mengidentifikasi pengaruh dari setiap mekanisme corporate governance dan karakteristik perusahaan pada kinerja keuangan perusahaan pada masa sebelum (2005-2007), saat (2008-2009), dan sesudah (2010-2014) krisis global. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari penjelasan diatas maka masalah yang diajukan peneliti adalah: 1) Bagaimanakah pengaruh mekanisme corporate governance pada kinerja keuangan perusahaan? 2) Bagaimanakah pengaruh karakteristik perusahaan pada kinerja keuangan perusahaan? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1) Menguji pengaruh penerapan mekanisme corporate governance yang ditunjukkan dari struktur kepemilikan institusional, konsentrasi kepemilikan, proporsi komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit dan reputasi auditor pada kinerja keuangan perusahaan selama periode sebelum, saat, dan sesudah krisis global 7
2) menguji pengaruh karakteristik perusahaan yang ditunjukkan dari umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan tingkat pertumbuhan perusahaan pada kinerja keuangan perusahaan selama periode sebelum, saat, dan sesudah krisis global. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi akademisi dan praktisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan referensi tambahan berkenaan pengaruh penerapan corporate governance dan karakteristik perusahaan terhadap kinerja keuangan, terutama pada perusahaan di sektor non keuangan sebelum dan sesudah krisis global. b. Bagi Perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk menciptakan penerapan corporate governance yang lebih baik dan mengambil manfaat dari masing-masing karakteristik yang dimiliki supaya integritas dan kinerja perusahaan semakin meningkat dan tetap terjaga. c. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa penerapan mekanisme corporate governance yang baik dan faktor karakteristik perusahaan dapat melindungi investasi mereka sekaligus memberi masukan dalam pemilihan investasi di kemudian hari. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membatasi ruang lingkup yang akan dibahas. Kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, namun penelitian ini hanya mencakup pembahasan corporate governance yang terdiri dari struktur kepemilikan diantaranya kepemilikan institusional dan konsentrasi kepemilikan, kemudian komisaris 8
independen, dewan direksi, komite audit, dan reputasi auditor. Selain itu, penelitian ini juga dibatasi pada lingkup pembahasan karakteristik perusahaan meliputi umur perusahaan, ukuran (size) perusahaan, dan tingkat pertumbuhan. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity). 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam 5 bab yaitu: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi penjelasan landasan teori yang digunakan dalam penelitian. Landasan teori yang digunakan melitputi konsep corporate governance, agency theory, stewardship theory, stakeholder theory, penelitian-penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis penelitian. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisi rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, pengukuran variabel, subyek penelitian, data dan metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. 9
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang data yang digunakan dalam penelitian, teknik pengumpulan sampel penelitian, analisis data yang dilakukan, serta proses yang dilakukan dalam pengujian hipotesis. BAB V: SIMPULAN DAN PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. Keterbatasan dan saran untuk peneliti selanjutnya juga dicantukam sebagai acuan dalam penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan datang. 10