PEMODELAN BAHAYA BENCANA BANJIR ROB DI KAWASAN PESISIR KOTA SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

Sabaruddin

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan grafik analisis regresi dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu regresi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

ANALISA DATA PASANG DAN SATELIT ALTRIMETRI SEBAGAI KAJIAN FLUKTUASI MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA SURABAYA PERIODE

Mitigasi Kawasan Rawan Banjir Rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

PENENTUAN DAERAH REKLAMASI DILIHAT DARI GENANGAN ROB AKIBAT PENGARUH PASANG SURUT DI JAKARTA UTARA

Mitigasi Kawasan Rawan Banjir Rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim yang mana terdapat banyak kota berada di wilayah pesisir, salah satunya adalah Kota Pekalongan.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

Gambar 6. Peta Kecamatan di DAS Sunter.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI PENGARUH GENANGAN ROB TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MAS SEMARANG TUGAS AKHIR

Skenario Tutupan Lahan Kawasan Banjir Berdasarkan Tingkat Bahaya Di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAMPAK FISIK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP WILAYAH PESISIR KOTA MEDAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Sambutan Rektor Institut Teknologi Bandung i. Prakata- Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung iii. Sambutan-Dewan Editorial v

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN 2. Rumusan Masalah 1. Latar Belakang 3. Tujuan Penelitian B. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI POTENSI PENERAPAN SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KERENTANAN KAWASAN TEPI AIR TERHADAP KENAIKAN PERMUKAAN AIR LAUT Kasus Kawasan Tepi Air Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN I-1

Jl. Raya Kaligawe Km. 4, Semarang Jawa Tengah 2

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

Perubahan Garis Pantai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

ARAHAN PENGENDALIAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KEMAMPUAN PENAMPUNGAN AIR DI KAWASAN KONSERVASI (STUDI KASUS : KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA)

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

Alhuda Rohmatulloh

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

Gambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TUBAN

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN

Transkripsi:

Pemodelan Bahaya Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya Annisaa Hamidah I Widiyanto Hari Subagyo W PEMODELAN BAHAYA BENCANA BANJIR ROB DI KAWASAN PESISIR KOTA SURABAYA 1) Annisaa Hamidah Imaduddina, 1) Widiyanto Hari Subagyo Widodo 1) Dosen Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Kawasan pesisir Kota Surabaya merupakan dataran rendah yang elevasi muka tanahnya sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (mean sea level). Kondisi inilah yang menyebabkan kawasan pesisir Kota Surabaya berpotensi terhadap banjir rob. Berdasarkan perkiraan BMKG Maritim Tanjung Perak, kawasan pesisir Surabaya mengalami banjir rob sekitar 4 sampai 5 kali bencana banjir dengan ketinggian rata-rata banjir sekitar 30-90 cm. Pemodelan bahaya banjir rob dianalisa menggunakan variabel ketinggian genangan dan durasi genangan. Ketinggian genangan dianalisa menggunakan filed calculator pada Arcgis. Durasi genangan dianalisis menggunakan regresi linier, dan filed calculator pada Arcgis. Setelah didapatkan pemodelan ketinggian dan durasi genangan, dilakukan weighted overlay untuk memodelkan bahaya banjir rob. Berdasarkan pemodelan bahaya banjir rob yang telah dilakukan diketahui luasan kawasan yang terkena banjir rob di masing-masing kecamatan berdasarkan tingkat bahaya dari sangat bahaya sampai tidak bahaya (klasifikasi 5-1). Pola spasial tingkat bahaya (hazard) bencana banjir dengan kategori berada di zona paling berbahaya adalah wilayah yang berada dekat dengan garis pantai. Wilayah dengan kategori berada pada tingkat bahaya tinggi adalah daerah yang memiliki jarak dengan garis pantai dan memiliki topografi rendah sekitar 0-1,6 diatas permukaan air laut Kata Kunci: Pemodelan, Bahaya, Banjir Rob, Pesisir, Surabaya. PENDAHULUAN Bahaya adalah kejadian yang jarang atau ekstrim dari lingkungan karena ulah manusia atau karena alam yang merugikan dan mempengaruhi kehidupan manusia, property atau aktivitas pada tingkat tertentu yang menyebabkan satu bencana (UNDP, 1992). Menurut Darmawan (2008) Bencana adalah suatu peristiwa di alam atau di lingkungan buatan manusia yang berpotensi merugikan kehidupan manusia, harta, benda atau aktivitas bila meningkat menjadi bencana. Kawasan Pesisir merupakan dataran rendah yang elevasi muka tanahnnya sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (mean sea level) 45

Spectra Nomor 30 Volume XV Juli Desember 2017: 45-56 dan menjadi tempat bermuarannya sungai-sungai sehingga kawasan ini rentan terhadap peningkatan muka air laut. Kenaikan permukaan air laut (sea level rise) asal mulanya merupakan serangkaian dari proses pasang surut air laut. Ketinggian air laut yang melebihi topografi di daratan menyebabkan naiknya air laut ke dataran, kejadian ini dikenal dengan peristiwa alam banjir akibat pasang surut air laut atau disebut juga sebagai banjir rob. Dimana berdasarkan Putri (2007), naiknya pasang air laut ke daratan merupakan salah satu bentuk dari kenaikan muka air laut (sea level rise) jangka pendek dan periodik. Kota Surabaya merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Timur yang memiliki karakterisik topografi rendah sehingga rentang terhadap banjir rob. Rata- Rata ketinggian topografi di kawasan pesisir Kota Surabaya adalah 0-6 meter diatas permukaan air laut dengan kemiringan tanah sebesar <3% (Kota Surabaya Dalam Angka, 2017). Berdasarkan perkiraan BMKG Maritim Tanjung Perak, setiap tahun Kawasan Pesisir Surabaya mengalami banjir rob dan dalam satu tahun terjadi sekitar 4 sampai 5 kali bahaya banjir dengan ketinggian maksimum 150-170 cm di atas rata-rata permukaan air laut (mean sea level). Berdasarkan data dari Media Indonesia (15 Juli 2010), di Kawasan Perak Barat dan Kecamatan Bulak air laut masuk ke perkampungan hingga mencapai ketinggian 30 cm dan menggenangi perkampungan warga selama kurang lebih dua hari, selain itu banjir ini juga menggenangi perkampungan dan sekolah dengan ketinggian air sekitar 30 cm (15 Juli 2010), menggenangi 400 rumah di kelurahan Morokrembangan dengan ketinggian air 90 cm (27 Mei 2009), menggenangi Jalan Kalianak (25 Juni 2009), menyebabkan jalan menuju pelabuhan Ujung Surabaya sempat nyaris putus karena tergenang oleh air dengan ketinggian air mencapai hampir 1 meter dan menggenangi kawasan pelabuhan (Data BMKG Maritim dan Geofisika 20 Febuari 2010). Pada bulan Mei tahun 2017, daerah sekitar pelabuhan Tanjung Perak mengalami air pasang mulai 125 hingga 155 cm yang mengakibatkan kawasan ini tergenang setinggi 20 cm Terkait dengan situasi ini, sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan (UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang), pemodelan bahaya banjir rob di Kota Surabaya perlu diketahui sehingga dapat memposisikan masyarakat dan daerah yang bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda. TINJAUAN PUSTAKA Bahaya adalah kejadian yang jarang atau ekstrim dari lingkungan karena ulah manusia atau karena alam yang merugikan dan mempengaruhi kehidupan manusia,property atau aktivitas pada tingkat tertentu yang menyebabkan satu bencana (UNDP,1992). Menurut Darmawan (2008) Bencana adalah suatu peristiwa di alam atau di lingkungan buatan manusia 46

Pemodelan Bahaya Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya Annisaa Hamidah I Widiyanto Hari Subagyo W yang berpotensi merugikan kehidupan manusia, harta, benda atau aktivitas bila meningkat menjadi bencana. Coburn (1994) merumuskan parameter kedahsyatan bencana banjir yang selaras dengan ancaman bahaya banjir berupa luas area genangan, kecepatan limpasan, endapan lumpur bawaan, kedalaman genangan, serta durasi genangan. Sedangkan menurut Suardika (2005) dalam Sugiarto (2009), parameter atau tolok ukur karakteristik ancaman/bahaya bencana banjir dapat ditentukan berdasarkan : (a) luas genangan/area yang terkena banjir (km 2, hektar); (b) kedalaman atau ketinggian air banjir (meter). Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bahaya banjir rob merupakan peristiwa akibat fenomena alam yang terjadi di alam atau lingkungan yang berpotensi merugikan kehidupan manusia,harta benda atau aktivitas masyarakat di kawsan pesisir bila meningkat menjadi bencana. Variabel karakteristik bahaya banjir dalam penelitian ini adalah durasi genangan, dan ketinggian genangan. Variabel luas genangan tidak digunakan karena luas genangan dapat ditemukan dari hasil penjumlahan antara variabel ketinggian genangan dan durasi genangan. Variabel kecepatan limpasan dan endapan lumpur bawaan tidak digunakan dalam penelitian ini karena kondisi arus laut dan gelombang laut di daerah surabaya ini tergolong rendah (BMG Maritim Tanjung Perak,2016), berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan kecepatan limpasan di zona pesisir Surabaya ini tergolong rendah. Sehingga tidak berpengaruh terhadap banjir rob di zona pesisir surabaya. Sedangkan untuk variabel endapan lumpur bawaan ini sangat dipengaruhi dengan kecepatan limpasan dimana variabel endapan lumpur bawaaan ini berbanding lurus dengan kecepatan limpasan. Mengingat kecepatan limpasan di zona pesisir surabaya ini tergolong rendah. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa endapan lumpur bawaaan yang dihasilkan juga tergolong rendah sehingga tidak dimasukkan kedalam variabel penelitian. METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data menggunakan surveu data primer dan sekunder. Survei data primer dilakukan menggunakan dua metode yaitu wawancara dan pengamatan di lapangan. Wawancara dan pengamatan dilapangan digunakan Pemodelan Ketinggian Banjir Rob Ketinggian Genangan atau kedalaman genangan merupakan ketinggian air banjir dihitung dari dasar (jalan/halaman) hingga muka air. Data terkait ketinggian genangan dihasilkan berdasarkan perpaduan dari ketinggian pasang maksimal yang terjadi di wilayah penelitian berdasarkan 47

Spectra Nomor 30 Volume XV Juli Desember 2017: 45-56 dari data BMKG Maritim Tanjung Perak dengan data Kontur di wilayah penelitian dengan menggunakan Filed Calculator pada Arcgis 9.3. Ketinggian bencana banjir rob menggunakan asumsi tidak ada penggunaan lahan, tidak memperhatikan adanya rumah pompa, pintu air, dan tidak memperhatikan kemampuan drainse atau sungai dalam menampung air karena untuk menilai kemampuan pompa, pintu air, drainase dan sungai memerlukan waktu yang lama. Kemudian dalam menentukan karakteristik ketinggian genangan, hasil analisa tersebut diklasifikasi berdasarkan parameter ketinggian banjir dari BAPPEKO Surabaya yang mengacu pada Surabaya Drainage Master Plan, 2018. Berikut adalah penjabaran klasifikasi bahaya banjir: 1. Klasifikasi 1 (Tidak Bahaya), Ketinggian 0cm-10cm 2. Klasifikasi 2 (Sedikit Bahaya), Ketinggian10cm- 30cm 3. Klasifikasi 3 (Cukup Bahaya), Ketinggian 3m-5m 4. Klasifikasi 4 (Bahaya), Ketinggian 50cm-70cm 5. Klasifikasi 5 (Sangat Bahaya), Ketinggian >70cm Pemodelan Durasi Banjir Rob Dimana durasi genangan dihitung dari periode kenaikan pasang surut air laut dan jarak dari garis pantai, berdasarkan survey primer (diambil 20 titik sampel) dan uji korelasi Pearson antara titik sampel jarak dari pantai, ketinggian genangan dan durasi genangan. Metode yang digunakan untuk pemodelan durasi genangan banjir rob adalah Regresi Liniear, dimana variabel yang diamati (dependent) adalah durasi dan variabel bebas (independent) adalah jarak dari garis pantai. Data input dari persamaan Regresi linier ini didapatkan melalui pengambilan sampel. Jumlah titik sampel yang diambil adalah 20 titik sampel secara acak. Kemudian data input tersebut diproses dalam analisis regresi linier untuk menentukan pola durasi genangan. Berikut adalah rumus regresi linier yang digunakan: Dimana: y = Durasi genangan x = jarak dari garis pantai a = koefisien jarak b = konstanta y= ax + b Tahap terakhir adalah fiksasi dari pola durasi genangan. Hal ini dilakukan karena pada perhitungan durasi yang pertama (persamaan dari 48

Pemodelan Bahaya Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya Annisaa Hamidah I Widiyanto Hari Subagyo W regresi linier), hanya memperhitungkan jarak pantai saja tanpa memperhitungkan topografi di daratan yang notabenenya mempengaruhi durasi pasang dengan asumsi, semakin tinggi topografi maka durasi banjirnya akan semakin cepat. Dalam tahap ini hasil yang diperoleh adalah nilai waktu/durasi yang diperlukan oleh kenaikan pasang air laut dengan amplitudo makasimal tertentu untuk setiap kenaikan pasang 1 cm pada ketinggian topografi tertentu. Untuk menentukan waktu tersebut digunakan rumus sebagai berikut : h = A.Sin.ɷ.t Dimana: h: ketinggian topografi (cm) A:Simpangan terjauh (Ketinggian pasang maksimal) ɷ: Percepatan 1 getaran/gelombang t : Waktu (menit) Hasil peta tersebut diklasifikasi berdasarkan parameter durasi genangan banjir dari BAPPEKO Surabaya yang mengacu pada Surabaya Drainage Master Plan, 2018. Berikut adalah penjabaran klasifikasi bahaya banjir: 1. Klasifikasi 1 (Tidak Bahaya), Durasi 0 1 jam 2. Klasifikasi 2 (Sedikit Bahaya), Durasi 1 2 jam 3. Klasifikasi 3 (Cukup Bahaya), Durasi 2 4 jam 4. Klasifikasi 4 (Bahaya), Durasi 4 6 jam 5. Klasifikasi 5 (Sangat Bahaya), Durasi >6 jam Pemodelan Bahaya Banjir Rob Analisis untuk mengidentifikasi karakteristik bahaya banjir dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan metede weighted overlay / sistem tumpang susun variabel bahaya banjir tanpa pembobotan dengan asumsi bahwa semua variabel dianggap sama yaitu 1. Setelah itu dilakukan weighted overlay untuk menilai tingkat bahaya banjir dari variable ketinggian genangan dan durasi genangan. berdasarkan pedoman rencana penanggulangan bencana, bahwa dalam penentuan zona bencana agar didapatkan hasil yang lebih teliti dan detail, yaitu dengan membagi menjadi lima (5 kelas). Sehingga visualisasi dari zona bahya akan memiliki 5 tingkatan kelas,yaitu kelas 1 (tidak bahaya) sampai kelas 5 (sangat bahaya). 49

Spectra Nomor 30 Volume XV Juli Desember 2017: 45-56 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan bahaya banjir rob di Kota Surabaya tahun 2017 menggunakan variabel ketinggian genangan, dan durasi genangan untuk menggambarkan zona yang memiliki bahaya paling tinggi sampai terendah. Ketinggian Genangan Ketinggian Genangan atau kedalaman genangan merupakan ketinggian air banjir dihitung dari dasar (jalan/halaman) hingga muka air. Kedalaman berguna untuk mengetahui kerugian yang mungkin ditimbulkan oleh fenomena tersebut. Pada prinsipnya semakin dalam banjir menggenangi wilayah penelitian maka semakin besar dampak yang ditimbulkan. Begitu pula sebaliknya semakin dangkal air limpasan menggenangi wilayah maka kerugian yang ditimbulkan juga tidak terlalu besar. Berdasarkan ketinggian genangan dapat dilihat bahwa kontur didaratan mempengaruhi ketinggian genangan yang dihasilkan oleh kenaikan pasang air laut ke daratan sehingga menyebabkan banjir. Semakin rendah kontur di suatu wilayah maka semakin tinggi genangan yang dihasilkan oleh pasang air laut. Wilayah yang tergenang dengan ketinggian genangan >70 memiliki tingkat bahaya sangat tinggi dibandingkan dengan <10 cm, dimana wilayah yang memiliki genangan >70cm berada pada wilayah yang memiliki kontur 0-1 cm di atas rata-rata permukaan air laut. Gambar 1 Pemodelan Ketinggian Banjir Rob di Kawasan Pesisir Kota Surabaya 50

Pemodelan Bahaya Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya Annisaa Hamidah I Widiyanto Hari Subagyo W Durasi Genangan Durasi merupakan lamannya pasang air laut menggenang daratan hingga surut. Dalam menentukan durasi genangan di wilayah penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Membuat Asumsi Dimana durasi genangan dihitung dari periode kenaikan pasang surut air laut dan jarak dari garis pantai, dari hasil tersebut diketahui bahwa ketinggian genangan tidak berparuh terhadap durasi genangan sehingga dalam penentuan variabel durasi genangan mengabaikan ketinggian genangan karena variabel ketinggian genangan memiliki signifikansi 0,699 dimana nilai ini lebih dari 0,01 dan dinyatakan tidak ada korelasi. Untuk hubungan antara jarak dan durasi memiliki nilai signifikansi 0,000 dimana nilai korelasinnya - 1,000 hal ini dapat di intepretasikan bahwa antara jarak dan durasi memiliki korelasi yang sangat kuat (>0,5), nilai (-) pada nilai korelasi menunjukan hubungan yang berbanding terbalik antara jarak dan durasi, dimana semakin jauh dari garis pantai durasi genangan akan semakin kecil. 2. Menghitung Durasi berdasarkan Jarak dari Garis Pantai Metode yang digunakan adalah Regresi Liniear, dimana variabel yang diamati (dependent) adalah durasi dan variabel bebas (independent) adalah jarak dari garis pantai. Persamaan regresi linier dari perhitungan melalui SPSS 16 sebagai berikut: y = -0,0010991x+6,109091 Dari persamaan regresi linier yang telah didapatkan, nilai dari setiap jarak terhadap garis pantai di setiap titik dalam peta di analisis menggunakan filed calculator ArcGis 9.3 sehingga akan didapatkan pola durasi pada wilayah penelitian berdasarkan persamaan regresi linier. dari analisa tersebut didapatkan bahwa semakin dekat dengan garis pantai maka durasi akan semakin lama dan semakin jauh dari garis pantai durasi semakin sebentar. 3. Menghitung Durasi Berdasarkan Ketinggian Topografi Dalam tahap ini hasil yang diperoleh adalah nilai waktu/durasi yang diperlukan oleh kenaikan pasang air laut dengan amplitudo makasimal tertentu untuk setiap kenaikan pasang 1 cm pada ketinggian topografi tertentu. Dalam penelitian ini, simpangan terjauh (A) yang digunakan adalah pasang maksimal dengan ketinggian 170 51

Spectra Nomor 30 Volume XV Juli Desember 2017: 45-56 cm dan 150cm (sesuai dengan zona pasang di Wilayah Penelitian) di atas permukaan air laut, lama durasi dari satu gelombang pasang surut adalah 24 jam 50 menit, hal ini berdasarkan pada tipe pasang surut air laut di Wilayah Penelitian yang merupakan tipe Pasang surut harian tunggal/diurnal tide (dalam satu hari memiliki satu kali pasang dan satu kali surut) dan h merupakan ketinggian topografi didaratan setiap 1 cm. Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa zona Timur dengan pasang maksimal setinggi 170 cm, setiap pasang air laut yang naik setinggi 1 cm akan memerlukan durasi 1,3482 menit atau 0,02247 jam sedangkan pada zona Utara dengan pasang maksimal setinggi 150 cm, setiap pasang air laut yang naik setinggi 1cm akan memerlukan durasi 1,55 menit atau 0,02583 jam. Perhitungan tersebut kemudian di kalikan dengan ketinggian topografi masing-masing di daratan menggunakan analisa ArcGis filed calculator sehingga didapatkan lama durasi air pasang untuk mencapai ketinggian topografi tertentu. Dari peta tersebut didapatkan hasil bahwa semakin rendah topografi (antara 0-1 meter) di suatu wilayah maka durasi yang dibutuhkan air pasang untuk naik mencapai ketinggian tersebut lebih cepat dibandingkan dengan wilayah yang memiliki topografi tinggi (>1 meter). 4. Pembuatan peta durasi Pembuatan peta durasi genangan banjir akibat rob, menggunakan analisa ArcGis 9.3 filed calculator antara durasi total berdasarkan jarak dari garis pantai dengan durasi berdasarkan dari keadaan topografi sehingga akan didapat peta durasi genangan banjir. Hasil peta tersebut diklasifikasi berdasarkan parameter durasi genangan banjir dari BAPPEKO Surabaya yang mengacu pada Surabaya Drainage Master Plan, 2018. Berikut adalah penjabaran klasifikasi bahaya banjir:: a. Klasifikasi 1 (Tidak Bahaya), Durasi 0 1 jam b. Klasifikasi 2 (Sedikit Bahaya), Durasi 1 2 jam c. Klasifikasi 3 (Cukup Bahaya), Durasi 2 4 jam d. Klasifikasi 4 (Bahaya), Durasi 4 6 jam e. Klasifikasi 5 (Sangat Bahaya), Durasi >6 jam Reklasifikasi dan skor pada tiap kategori, dengan menunjukan nilai paling rendah tingkat bahayannya sedangkan 5 untuk nilai paling tinggi bahayannya. Reklasifikasi Durasi genangan banjir rob disajikan pada gambar berikut: 52

Pemodelan Bahaya Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya Annisaa Hamidah I Widiyanto Hari Subagyo W Gambar 2 Pemodelan Durasi Banjir Rob di Kawasan Pesisir Kota Surabaya Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa wilayah yang berada dekat dengan garis pantai dan berada di ketinggian topografi 0-1m diatas rata-rata permukaan air laut memiliki durasi genangan yang lebih lama dibandingkan dengan yang berada dekat dengan garis pantai namun memiliki ketinggian topografi >1 m diatas rata-rata permukaan air laut. Semakin lama durasi banjir yang dihasilkan di suatu wilayah maka tingkat bahaya akan semakin tinggi. Pemodelan Bahaya Banjir rob di Kawasan Pesisir Surabaya Pada tahap overlay ini, setiap variabel diasumsikan memiliki bobot 1 karena dalam penilaian karaktersitik bahaya tidak dilakukan analisa pembobotan, sehingga semua variabel dalam menentukan karakteristik bahaya memiliki kepentingan yang sama pentingnya dalam menetapkan bahaya banjir rob. Mengacu pada prinsip semakin luas dan besar intensitas banjir rob menggenangi wilayah penelitian maka semakin besar dampak yang ditimbulkan. Tahapan proses analisa adalah sebagai berikut: 53

Spectra Nomor 30 Volume XV Juli Desember 2017: 45-56 Gambar 3 Pemodelan Bahaya Banjir Rob di Kawasan Pesisir Kota Surabaya Pola spasial tingkat bahaya (hazard) bencana banjir dengan kategori berada di zona paling berbahaya adalah wilayah yang berada dekat dengan garis pantai. Wilayah dengan kategori berada pada tingkat bahaya tinggi adalah daerah yang memiliki jarak dengan garis pantai dan memiliki topografi rendah sekitar 0-1,6 diatas permukaan air laut. KESIMPULAN Berdasarkan pemodelan bahaya banjir rob yang telah dilakukan diketahui Luasan kawasan yang terkena banjir rob di masing-masing kecamatan berdasarkan tingkat bahaya dari sangat bahaya sampai tidak bahaya (klasifikasi 5-1). Luasan tingkat bahaya disajikan pada Tabel berikut Tabel 1 Luasan Tingkat Bahaya Banjir Akibat Rob per Kecamatan Klasifikasi ( ha ) No Kecamatan 1 2 3 4 5 1 Benowo 1255,8 146,8 147,6 139,3 684,4 2 Asemrowo 696,8 78,3 1,9 71,29 695,8 54

Pemodelan Bahaya Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya Annisaa Hamidah I Widiyanto Hari Subagyo W 3 Krembangan 283,3 74,6 254,2 139,9 82,1 4 Pabena Cantikan 398,1 157,3 56,5 55,2 12,4 5 Semampir 583,1 104,4 101,3 63,7 24,2 6 Kenjeran 211,01 114,9 270,9 180,1 0,1 7 Bulak 118,7 150,6 139,9 115,1 148,2 8 Mulyorejo 356,2 68,3 85,8 250,8 660,1 9 Sukolilo 1323,8 119,7 142,6 438,6 343,5 10 Rungkut 649,8 645,3 85,7 447,2 280,1 11 Gunung Anyar 388,6 139,2 140,4 144,8 158,9 Total 4065,7 1900 1427 2346 4889 Sumber: Hasil Analisa 2017 Dari diatas didapatkan pola spasial tingkat bahaya bencana banjir rob berdasarkan pengaruh ketinggian genangan dan durasi genangan di Kawasan Pesisir Surabaya. Daerah dengan karagori berada pada tingkat bahaya paling tinggi adalah: Kecamatan Mulyorejo, Kecamatan Bulak dan Kecamatan Asemrowo. Berikut adalah Tabel Pembagian Kelas Bahaya Bencana Banjir rob di Kawasan Pesisir Surabaya dilihat berdasarkan jumlah luas masing-masing zona terhadap keseluruhan luas wilayah penelitian Tabel 2 Pembagian Kelas Bahaya Bencana Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya No Kelasifikasi Luas (Ha) Persen (%) 1 Bebas Bahaya 4065,7 27,5 2 Bahaya Kurang 1990 13,5 3 Agak Bahaya 1427 9,6 4 Bahaya Tinggi 2346 16 5 Bahaya Sangat Tinggi 4889 33,4 Sumber: Hasil Analisa dari ArcGis,2017 Jumlah 14627,7 100 Berdasarkan tabel diatas Kawasan Pesisir Surabaya memiliki proporsi zona yang berpotensi menimbulkan bahaya bencana banjir robdengan klasifikasi zona bahaya sangat tinggi memiliki luas 4889 hektar, dengan proporasi luas 33,4% dari total kawasan penelitian. Sedangkan zona dengan klasifikasi bahaya tinggi pada kawasan penelitian memiliki luas sebesar 2346 hektar dengan proporsi 16% dari total luas kawasan penelitian. 55

Spectra Nomor 30 Volume XV Juli Desember 2017: 45-56 DAFTAR PUSTAKA Coburn et al, 1994, Disaster Mitigation, UNDP, Cambridge Architectural Research Limited. Suciati, Putri. 2007. Studi Daerah Rawan Genangan Akibat Kenaikan Muka Laut, Penurunan Muka Tanah dan Banjir di Jakarta Utara. Tesis, Teknik Kelautan, ITB. Bandung Sugiarto, Amal. 2009. Prinsip-Prinsip Zoning Regulation Kegiatan Permukiman Di Catchment Area Sistem Drainase Gunungsari Kota Surabaya, Tugas Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. IPCC Summary for Policymakers. 2007. The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climat Change Cambridge University Press. 56