POPULASI BANGAU STORM (Ciconia stormi W. Blasius) DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK KECAMATAN MATAN HILIR SELATAN KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati dianggap sangat penting untuk kehidupan

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERBURUAN DAN PERDAGANGAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI DESA KEPARI KECAMATAN SUNGAI LAUR KABUPATEN KETAPANG

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

KARAKTERISTIK DAN KERAPATAN SARANG ORANGUTAN (PONGO PYGMAEUS WURMBII) DI HUTAN DESA BLOK PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG PROPINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

I. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

KONSERVASI TINGKAT SPESIES DAN POPULASI

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

IDENTIFIKASI JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DALAM KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG ASUANSANG KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS

1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN. Banteng (Bos javanicus d Alton 1823) merupakan salah satu mamalia

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Macan tutul (Panthera pardus) adalah satwa yang mempunyai daya adaptasi

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan satwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menurut rilis terakhir dari

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

West Kalimantan Community Carbon Pools

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

Transkripsi:

POPULASI BANGAU STORM (Ciconia stormi W. Blasius) DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK KECAMATAN MATAN HILIR SELATAN KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT (Population of Storm s stork (Ciconia stormi W. Blasius) at The Forest Area of The Kepuluk River Matan Hilir Selatan District Ketapang Regency West Kalimantan) Satriyo D.S Purbowo, Bachrun, Iswan. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124 Email : dewosatriyo@gmail.com ABSTRACT Storm's Stork (Ciconia stormi W. Blasius in the category International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List of Endangered. This research is could provide preliminary information on the number of individuals Stork Storm which is expected to be considered in efforts to conserve wild bird species in the future in The Kepuluk River Matan Hilir Selatan District Ketapang Regency West Kalimantan. The method used in this research is the lines transect with a width of 50 meters to the left lane and 50 meters to the right and a length of 1 km transect, based on the result of the observation on the average fathoming score population in Bangau Storm in research location is about 23,5990 Bangau with on the average solid 0,7866 Bangau per hectare. Based on the observation have been done, this research get representation that Kepuluk river is one of mullet can use for Bangau Storm existence, although there are some disturbances in research location which is can threaten this wild animal such as forest fire, the hunt activity, the activity of mining gold illegal and felling of trees illegal. Keywords: Population of Storm s stork, Kepuluk River. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara nomor empat di dunia terkaya akan jumlah spesies burungnya setelah Colombia, Peru, dan Brazil. Terdaftar 1598 spesies burung di Indonesia tercatat 118 (7,38%) spesies burung yang dikatagorikan sebagai spesies yang terancam punah dalam IUCN Red List (Sukmantoro W, Dkk, 2007). Bangau storm (Ciconia stormi W. Blasius) merupakan salah satu satwa liar burung yang dilindungi berdasarkan UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, bangau storm (Ciconia stormi) juga termasuk dalam kategori EN = Endangered (terancam punah) dalam status keterancaman yang dikeluarkan oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List 274

Ada beberapa faktor ancaman bagi keberadaan bangau storm (Ciconia stormi) di alam diantaranya adalah aktivitas manusia seperti penebangan hutan secara illegal dan penambangan emas tanpa izin, oleh karena itu untuk menjaga keberadaan bangau storm agar tetap lestari maka harus tetap dilindungi dan dijaga kelestariannya. Sampai saat ini informasi tentang keberadaan bangau storm di alam masih sangat kurang, baik tentang habitat, populasi, maupun aspek ekologi lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah individu Bangau Storm yang ditemukan di Sungai Kepuluk Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Penelitian ini dapat memberikan informasi awal mengenai jumlah individu bangau storm sehingga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya pelestarian satwa liar burung dimasa mendatang khususnya di Sungai Kepuluk Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jalur dibuat sebanyak 3 jalur pengamatan yakni dengan mengikuti sungai Kepuluk dengan lebar jalur 50 meter ke kiri dan 50 meter ke kanan dan panjang jalur pengamatan 1 km. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan, waktu pengamatan disesuaikan dengan aktivitas satwa dimulai pada pagi hari pukul 05:30 sampai pukul 17.00 dan selama waktu tersebut dicatat jumlah individu, waktu perjumpaan dan koordinat terhadap objek penelitian termasuk ditemukannya sarang atau bekas sarang. Perhitungan populasi menggunakan rumus pendugaan Populasi King s (Departemen Kehutanan, 1983). P = A. Z X.2.Y Dimana: P = Populasi Satwa Burung A = Luas Kawasan Penelitian Z = Jumlah Burung Yang Ditemukan X = Panjang Jalur Pengamatan Y = Jarak Rata- Rata Antara Satwa Dengan Pengamat Kepadatan populasi dihitung dari hasil bagi antara pendugaan Populasi King s (P) dan luas kawasan (A). HASIL DAN PEMBAHASAN Sungai Kepuluk terletak di Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang, untuk mencapai kawasan penelitian di Sungai Kepuluk dari Pontiatak Ibu Kota Propinsi Kalimantan Barat dapat ditempuh melalui perjalan darat, air, dan udara. Sarana transportasi darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua dengan waktu tempuh ± 9 jam perjalanan melalui jalan lintas kabupaten, sarana transportasi air dapat ditempuh melalui penyeberangan laut dan penyebrangan sungai, transportasi penyebrangan laut dapat ditempuh dengan menggunakan kapal cepat express dengan 275

waktu tempuh ± 7 jam perjalanan. Sedangkan transportasi penyeberangan sungai dapat ditempuh dengan menggunakan kapal klotok dan kapal feri dengan jarak tempuh ± 14 jam dengan rincian 1 jam dari Pontianak ke Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya menggunakan roda dua atau roda empat, kemudian menggunakan kapal klotok atau feri dari Rasau Jaya ke Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara dengan jarak tempuh ± 10 jam perjalanan, selanjutnya dari Teluk Batang ke Ketapang menggunakan roda dua atau roda empat dengan jarak tempuh 3 jam perjalanan, jadi total perjalanan keseluruahn ± 14 jam, sarana transportasi udara dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang dengan jarak tempuh ± 45 menit menuju ke Kabupaten Ketapang untuk mencapai lokasi Sungai Kepuluk dapat menggunakan akses darat selama kurang lebih 2 jam. Berdasarkan hasil pengamatan luas daerah penelitian 30 ha dijumpai terdapat 9 individu bangau storm, untuk nilai pendugaan populasi bangau storm (Ciconia stormi) pada jalur pertama 22,85 ekor dengan kepadatan 0,76 ekor per hektar, pada jalur kedua sebesar 20,42 ekor dengan kepadatan 0,68, pada jalur ketiga sebesar 27,51 ekor dengan kepadatan 0,91 ekor per hektar. Jadi ratarata pendugaan populsi bangau storm di lokasi penelitian adalah sebesar 23,59 ekor dengan kepadatan 0,78 ekor per hektar. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Hasil Perhitungan Pendugaan Populasi dan Kepadatan Bangau Storm (Ciconia stormi) di Lokasi Penelitian Jalur Jumlah Individu Sumber : Hasil Analisis Data, 2015 Jarak rata-rata antara satwa dan pengamat (m) Populasi (Ekor) Kepadatan (ekor/ha) 1 3 19,68 22,85 0,76 2 3 22,03 20,42 0,68 3 3 16.35 27,51 0,91 Berdasarkan pengamatan didapatkan gambaran bahwa Sungai Kepuluk merupakan salah satu habitat bangau storm (Ciconia stormi), hanya saja keutuhan serta kondisi habitat yang saat ini sepertinya perlu diperhatikan agar keberadaan bangau storm dapat dipertahankan karena jumlah populasi bangau storm dialam sangat sedikit. Beberapa ancaman terhadap habitat di lokasi penelitian pada saat ini seperti penebangan hutan, kebakaran hutan dan penambangan emas tanpa izin dapat merusak habitat yang berakibat pada 276

semakin terdesaknya bangau storm. Ketersediaan habitat merupakan hal yang mutlak untuk menjaga populasi bangau storm dari kepunahan, disamping itu berdasarkan informasi dari masyarakat masih ada aktivitas manusia yang mengancam keberadaan satwa ini seperti perburuan liar dengan menggunakan senjata api tradisional (lantak) dan dagingnya mereka konsumsi. Secara kuantitatif bahwa jumlah populasi dan kepadatan bangau storm yang ditemukan di lokasi penelitian menunjukkan angka sangat rendah karena memang jumlah populasi yang ada di seluruh dunia sedikit 250-500 individu dewasa jumlah populasi yang ada diseluruh dunia tersebar di Asia Tenggara meliputi 4 negara yaitu Indonesia (Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera), Thailand, Malaysia, dan Brunei (Bird Life International, 2015). Nilai kepadatan dilokasi penelitian lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai kepadatan populasi dan jumlah populasi di Taman Nasional Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat dimana Kepadatan individu 0,003018 ekor/ha sampai dengan 0,02524 ekor/ha dan jumlah individu 4 ekor (Irwandi, M.R, 2009). Perbedaan jumlah individu antara satu daerah dengan daerah lain disebabkan karena adanya perbedaan daya dukung habitatnya, tingkat kepadatan yang tinggi bisa saja disebabkan adanya faktor habitat yang terganggu sehingga sangat memungkinkan jumlah yang ada mengalami penyebaran yang tidak merata pada setiap habitat, sebagai akibat dari terjadinya gangguan habitat yang menyebabkan bangau storm mencari tempat dengan kondisi yang cukup baik untuk tempat hidupnya. Terjadinya perbedaan populasi disuatu daerah dipengaruhi juga oleh beberapa faktor antara lain: a. Sumber Makanan Bangau storm (Ciconia stormi) merupakan salah satu jenis burung pemakan ikan (Fishcivora), walaupun terkadang demi mendapatkan makanannya tidak jarang bangau storm yang menjadi makanan dari satwa lain bahkan manusia. Menurut informasi masyarakat di hulu sungai Kepuluk terdapat areal penambangan emas tanpa izin merupakan salah satu tempat yang disukai oleh bangau storm untuk mencari makan pada musim tertentu, khususnya bekas galian yang membentuk danau-danau kecil akibat aktivitas penambangan emas, tetapi hal ini yang dapat menyebabkan perilaku bangau storm berubah jika tidak dilakukan pencegahan satwa liar ini akan terbisa dengan kehadiran manusia sehingga akan lebih mudah diburu. b. Sifat Hidup Satwa Salah satu sifat hidup satwa antara lain bereproduksi/melahirkan (natalitas) dan kematian (mortalitas). Tidak banyak informasi tentang data kelahiran bangau storm masa perkembangbiakan berlangsung selama kurang lebih 3 bulan, menetas pada akhir bulan Oktober dan 277

biasanya sebanyak 2 sampai 3 telur Danielsen. F, Dkk, 1997), maka populasinya perlu diperhatikan, namun tidak berarti banyak atau sedikitnya burung ini berkembang akan semakin banyak pula populasinya, tetapi ada faktor lain yang dapat sangat mempengaruhi terhadap jumlah populasinya yaitu kematian yang dapat terjadi baik kerena usia, penyakit maupun kondisi habitat yang tidak cukup baik. c. Hubungan Kehidupan dan Daya saing Dengan Satwa Lain Kondisi habitat mencukupi dari kepadatan suatu populasi maka tidak akan terjadi persaingan antar satwa lain. Selama dilakukan pengamatan selain bangau storm juga dijumpai jenis-jenis burung yang sering terlihat di pinggir sungai Kepuluk seperti pekaka emas (Pelargopsis capensis), kuntul kecil (Egretta garzetta), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), bambangan hitam (Dupetor flavicollis), untuk jenis-jenis primata yang sering terlihat di pinggir sungai Kepuluk seperti orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis). d. Predator Bangau storm (Ciconia stormi) mempunyai sifat alami seperti satwa liar lainnya yaitu menjauhi ancaman dari musuhnya atau predator di alam yang dapat membahayakan dirinya. Musuh alami bangau storm yang bisa saja membahayakannya adalah biawak, ular sanca, buaya, burung elang. Selain jenisjenis satwa tersebut manusia merupakan musuh utama yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup dan perkembangan populasi bangau storm di habitatnya. Jika manusia berada dalam jarak pandang sarang, burung ini tidak akan kembali sampai 2-3 jam sampai manusia itu pergi (Danielsen. F, Dkk, 1997). Rendahnya daya dukung habitat pada kawasan penelitian menyebabkan satwa ini sulit untuk bergerak dalam memenuhi kebutuhan ekologisnya satwa seperti: mencari makan dan bereproduksi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terbatasnya ruang gerak bangau storm (Ciconia stormi) dilokasi penelitian, diantaranya: a. Kebakaran hutan yang terjadi di lokasi penelitian menimbulkan dampak yang sangat besar dan berjangka panjang terhadap lingkungan, di lokasi penelitian merupakan hutan rawa gambut ketersediannya bahan bakar yang relatif melimpah dan kekeringan telah menyebabkan air tanah menurun dan lapisan gambut mengering. Pohonpohon yang kebanyakan memiliki perakaran dangkal mengering dan tumbang, baik gambut kering maupun kayu mati akhirnya merupakan bahan bakar yang efektif bagi penyebaran api pada permukaan dan di atas tanah yang dapat merusak habitat sebagai tempat berlindung, berkembang biak dan tempat mencari makan satwa liar khususnya bangau storm sehingga dapat mengancam keberadaan satwa 278

ini. Hutan rawa gambut Kalimantan cenderung membentuk perlindungan utama bagi spesies ini, dan lahan gambut memerlukan tindakan perlindungan lebih lanjut, rehabilitasi dan restorasi yang dibutuhkan segera (Cheyne, S. Husson, Dkk, 2014). Walaupun bangau storm (Ciconia stormi) merupakan burung air dimana hampir setiap aktivitas hidupnya di daerah air, tetapi satwa liar ini juga memerlukan pohon sebagai tempat membuat sarang. Banyak jenis burung terancam punah di dunia yang mempunyai kebutuhan habitat khusus yang dapat membuatnya sangat sensitif terhadap perubahan habitat sehingga distribusinya sangat terbatas (Bibby. C, Dkk, 2000). b. Jarak antara lokasi penelitian dengan permukiman sangat dekat dan untuk menuju lokasi penelitian terbilang mudah, sehingga dengan mudah dapat menimbulkan ancaman dari luar bagi habitat dan satwa liar. Perilaku yang menonjol dari Bangau Storm dikenal pemalu dan menghindari kontak dengan manusia sehingga sangat sulit untuk melakukan pengamatan pada saat pengambilan data di lapangan. Ketika ada suara dari gergaji rantai atau perahu bermotor, burung ini akan menekan kepala dan tubuh menjadi sarang, membentuk bola bulu hitam dengan hanya mata terbuka (Danielsen. F, Dkk, 1997). c. Aktivitas perburuan di lokasi penelitian sangat tinggi dilakukan dengan menggunakan senjata api tradisional (lantak). Aktivitas perburuan sangat rutin dilakukan baik perkelompok maupun perorangan, aktivitas berburu sebagai salah satu sumber penghasilan masyarakat disekitar Sungai Kepuluk. Aktivitas penambangan emas tanpa izin yang dapat merubah kualitas air sehingga satwa liar ini kesulitan mencari makan. Aktivitas penebangan pohon menyebabkan ketersediaan pohon atau tumbuhan berkurang sebagai tempat berlindung dan sarang sehingga satwa liar ini akan sulit untuk berkembang biak dengan baik. Manusia dapat mempengaruhi burungburung dan habitatnya secara langsung melalui modifikasi vegetasi atau melalui perburuan dan juga dapat mempunyai dampak tidak langsung, karena perubahan habitat dapat mengubah dampak predator atau memberi kesempatan bagi jenis yang invasif untuk menyebar luas (Bibby. C, Dkk, 2000). Selain menjadi langka bangau storm (Ciconia stormi) juga merupakan jenis bangau paling sedikit dipelajari, hanya beberapa penelitian studi lapangan yang telah dilakukan, sebagian besar dalam waktu yang singkat dan memusatkan perhatian pada perilaku pembiakan (Yaacob, 1992). Bangau storm merupakan salah satu jenis burung yang penyebaran 279

dan populasinya sedikit, spesies burung ini dideskripsikan sebagai salah satu yang paling sedikit dari beberapa spesies burung bangau di dunia (Hancock, J. A, Dkk, 1992), sehingga akan menghadapi resiko besar berupa kepunahan. Terdapat tiga sebab mengapa populasi kecil terancam oleh berkurangnya jumlah individu dan kepunahan lokal (Indrawan. M, Dkk, 2007): 1. Hilangnya keragaman genetik dan timbulnya masalah dalam tekanan silang-dalam atau perkawinan sedarah (inbreeding depression) serta hanyutan genetik (genetic drift), bagi populasi berukuran kecil dan tidak memiliki banyak pilihan terhadap pasangan persilangan-dalam tetap terjadi. Tekanan silang-dalam ditandai oleh tingginya angka kematian, sedikitnya jumlah keturunan, dan munculnya keturunan lemah, steril, serta memiliki keberhasilan reproduksi yang rendah. 2. Perubahan demografik, ketika laju kelahiran dan laju kematian akan mengalami variasi acak dan mengakibatkan perubahan pada struktur dan komposisi populasi. 3. Perubahan lingkungan, yang dapat disebabkan oleh bermacam ragam peristiwa termasuk pemangsaan, kompetisi, penyakit, ketersediaan pangan, maupun bencana alam yang terjadi sewaktu-waktu, seperti kebakaran, ataupun musim kering berkepanjangan. Upaya pelestarian seringkali bertujuan khusus untuk melindungi spesies yang jumlah individunya mengalami penurunan, sehingga berisiko terancam punah. Kepunahan spesies akibat kegiatan manusia berlangsung 100 kali lebih cepat dari laju kepunahan secara alami, kunci untuk menyelamatkan spesies tersebut adalah dengan melindungi populasi yang ada (Indrawan. M, Dkk, 2007). Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sungai kepuluk Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat merupakan habitat potensial bagi bangau storm (Ciconia stormi) dan dengan daerah penelitian seluas 30 ha dapat dijumpai sedikitnya ada 9 individu bagau storm (Ciconia stormi) dengan nilai rerata pendugaan populasi sebesar 23,59 ekor dengan rerata kepadatan 0,78 ekor per hektar. Saran 1. Pada lokasi penelitian merupakan habitat dari bangau storm (Ciconia stormi) dan masih terdapat jenis flora dan fauna lain yang memerlukan kestabilan lingkungan untuk menjaga kelangsungan hidup satwa tersebut, maka perlu adanya pengelolaan daya dukung habitat untuk menekan laju perburuan terhadap satwa sehingga satwa liar ini dapat terus berkembang biak dalam menempati ruang pada habitat di sungai Kepuluk. 280

2. Melihat kondisi di sekitar sungai Kepuluk pada saat penelitian dengan kondisi hutan telah terjadinya kebakaran, maka perlu dilakukan kegiatan restorasi tegakan demi terciptanya keseimbangan ekologi hutan dan satwa dalam menempati kawasan hutan di sekitar sungai Kepuluk. DAFTAR PUSTAKA Bibby. C, Jones. M, Marsden. S. 2000. Teknik-Teknik Ekspedisi Lapangan Suvey Burung, Revisi untuk edisi Bahasa Indonesia, BirdLife International-Indonesia Programme. Bogor. Bird Life International. 2015 Species Ciconia stormi. http://www.bi rdlife.org di akses 03 Juni 2015. Cheyne, S. Husson, S.J. Dragiewicz, M. Smith, D.A.E. 2014. Kalimantan s tropical peat-swamp forests are important for Storm s stork (Ciconia stormi) conservation, Journal of Indonesian Natural History Vol 2 No 1 Danielsen. F, Kadarisman. R, Skov. H, Suwarman. U, and W.J.M. Verheugh. 1997. The Storm s stork Ciconia stormi in Indonesia: Breeding Biology, Population and Conservation. Ibis 139:67-75. Bogor. Indonesia. Departemen Kehutanan. 1983. Pedoman Tekhnik Inventarisasi Burung (Dasar- Dasar Umum). Proyek Pembinaan dan Kelestarian Sumberdaya Alam Hayati. Departemen Kehutanan, Bogor. Hancock, J. A., Kushlan, J. A. & Kahl, M. P. 1992. Storks, Ibises And Spoonbills Of The World. Academic Press. London. Indrawan. M, Richard. B, Supriatna. J. 2007. Biologi Konservasi, Edisi Revisi, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Irwandi, M. R. 2009. Populasi Burung Bangau Storm (Ciconia stormi) Dan Burung Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus) Di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat, Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Pontianak. Sukmantoro W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp & M. Muchtar. 2007. Daftar Burung Indonesia No. 2. Indonesian Ornithologists Union. Bogor. Yaacob, T. M. N. 1992. Storm's storks breed. Zoorama Malaysia:1-4. 281