BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Effendi 2009). Di awal tahun 2000 banyak terjadi bencana di Indonesia

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. oleh geometri global dari lempeng tektonik (Smith, 1996). Letak Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah dan variasi bencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB III LANDASAN TEORI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

Beda antara lava dan lahar

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN MASALAH KESEHATAN PADA MASYARAKAT PASCA BANJIR LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI DI WILAYAH KERJA DI PUSKESMAS SRUMBUNG MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB VII PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI [14]

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STUDI KAPASITAS INFILTRASI SEDIMEN DI KAWASAN RAWAN BENCANA PADA DAS PABELAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

Desa Tlogolele tak Lagi Terisolir Ambrolnya Dam Kali Apu oleh hantaman banjir lahar hujan pasca erupsi Merapi 2010, menyebabkan Desa

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API GAMALAMA DI PERMUKIMAN KAMPUNG TUBO KOTA TERNATE

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif dan sepanjang 700 km mulai dari Aceh sampai Nusa Tenggara dengan luas daerah yang terancam terkena dampak letusan sekitar 16.670 km 2 (Zamroni, 2011). Penyebaran gunung berapi di Indonesia merata membentuk suatu sabuk gunung berapi. Peningkatan status 21 gunung berapi di Indonesia saat ini sedang dalam kondisi yang membahayakan. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 3 gunung dalam status siaga dan 22 gunung dalam status waspada. Salah satu gunung berapi yang dalam status siaga adalah Gunung Merapi dan salah satu dampak yang diakibatkan pasca erupsi gunung berapi adalah banjir lahar dingin pada area sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Terdapat 12 sungai yang berhulu di Gunung Merapi beresiko terjadi lahar dingin jika musim penghujan tiba. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang sangat aktif bahkan dikategorikan sebagai gunung yang teraktif di dunia karena perioditas dan intensitas letusannya cenderung pendek yaitu 3-7 tahun (Zamroni, 2011). Gunung Merapi tercatat setidaknya mengalami letusan sejak 1000 tahun yang lalu. Erupsi Gunung Merapi yang paling besar adalah pada tahun 2010 yang 1

2 kekuatan letusannya 3 kali lebih besar dari pada tahun sebelumnya. Setelah letusan tahun 2010, kantung magma dari Gunung Merapi telah terisi kembali dan proses pengisian sangat cepat, yang dibandingkan dengan gunung berapi di negara lain. Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) (2011) Gunung Merapi pada awal tahun 2012 masih menunjukkan gempa vulkanik dengan intensitas 23 kali perhari. Letusan Gunung Merapi telah berakhir namun ancaman bagi masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi belum berakhir yaitu terjadinya lahar dingin sebagai masalah yang baru. Erupsi gunung berapi selalu menghasilkan deposit atau simpanan material vulkanik yang berupa abu dan debris gunung api yang mengendap di lereng badan gunung. Lahar terbentuk jika intensitas hujan tinggi yang bercampur dengan material lepas gunung api sehingga membentuk aliran (Daryono, 2011). Intensitas hujan sebesar 40 mm per jam menyebabkan larutnya material hasil erupsi Gunung Merapi dan mengakibatkan banjir lahar dingin. Banjir lahar dingin mengakibatkan hancurnya rumah rumah penduduk sehingga mereka mengungsi dari rumah mereka. Lahar dingin telah menghancurkan puluhan hektar persawahan milik warga dan meninggalkan material vulkanik yang terdiri dari pasir dan batu dengan ketebalan 2,5 4 meter yang mengakibatkan rumah rumah dan sumber mata pencaharian hilang. Ancaman banjir lahar tidak saja dirasakan disepanjang jalur sungai di lereng gunung api, tetapi juga di kawasan dataran kaki gunung justru lebih parah dan berbahaya karena menjadi zona atau kawassan luncur bebas seperti halnya luapan Kali Putih

3 yang memutuskan jalur transportasi Magelang Yogyakarta dan perumahan di Kecamatan Srumbung. Rumah-rumah yang rusak akibat banjir lahar dingin tersebar di beberapa kecamatan yaitu Salam, Mungkid, Srumbung, Muntilan, Ngluwar, Sawangan, dan Dukun. Banjir lahar dingin telah menghanyutkan 106 rumah, 323 rumah rusak berat, 105 rumah rusak sedang, 91 rumah rusak ringan di Kabupaten Magelang. Musim penghujan yang terjadi pada pada tahun 2011 sampai awal tahun 2012 adalah faktor pemicu terjadinya lahar dingin. Hujan yang terjadi pada puncak Gunung Merapi dapat memicu material Gunung Merapi turun melalui aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi. Banyaknya intensitas hujan yang turun akan memperbesar terjadinya lahar dingin. Badan Penanggulangan Bencana (BNPB), menjelaskan bahwa ancaman lahar dingin masih dapat terjadi terkait dengan masih adanya 90 juta m 3 material di lereng Gunung Merapi dan diperkirakan bertahan sampai 5 musim penghujan. Puskesmas Srumbung merupakan Puskesmas Induk di Kecamatan Srumbung, dimana Puskesmas Srumbrung berdekatan dengan Sungai Putih yang terjadi banjir lahar dingin dengan kerusakan 67 rumah hanyut, 266 rusak berat, 32 rusak sedang, dan 48 rusak ringan. Kecamatan Srumbung dilewati oleh Sungai Putih yang merupakan daerah bahaya Gunung Merapi type I yang terjangkau debris flow lebih dahulu dengan total luas 78,60 km 2 di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Salam dan Srumbung. Sungai Putih, dimana

4 kondisi geologi dari DAS Sungai Putih sebagian besar berbentuk Alluvial fan, yaitu lava panas, endapan lunak, debu, instructive dan piroklastika, base rook. Kemiringan lereng Gunung Merapi mencapai 30 0. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap 12 warga di wilayah kerja Puskesmas Srumbung, menyebutkan bahwa 5 warga mengalami batuk batuk, 2 warga mengalami iritasi mata, asma akibat debu vulkanik, diare 3 warga mengalami diare, dan 2 tidak mengalami keluhan kesehatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah bagaimana masalah kesehatan masyarakat pasca banjir lahar dingin Gunung Merapi di wilayah kerja Puskesmas Srumbung?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran masalah kesehatan masyarakat pasca banjir lahar dingin Gunung Merapi di wilayah kerja Puskesmas Srumbung. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui profil masyarakat di bantaran Sungai Putih b. Mengetahui masalah kesehatan masyarakat yang paling dominan dan tidak dominan pasca banjir lahar dingin Gunung Merapi di wilayah kerja Puskesmas Srumbung.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan Diharapkan dapat menambah literatur mengenai masalah kesehatan masyarakat 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai masalah kesehatan akibat dampak dari banjir lahar dingin. E. Penelitian Sejenis Sejauh sepengetahuan peneliti, belum pernah terdapat dilakukan penelitian tentang Gambaran Masalah Kesehatan Masyarakat Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi Di Wilayah Kerja Puskesmas Srumbung. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan yaitu : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Iskal Barita (2011), tentang Gambaran Masalah Kesehatan Masyarakat Antara Sebelum Dan Sesudah Letusan Gunung Merapi Di Wilayah Kerja Puskesmas Srumbung, Magelang. Penelitian ini menggunakan metode studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran masalah kesehatan masyarakat yang paling dominan 3 bulan sebelum erupsi adalah bronchitis akut, sedangkan 3 bulan setelah erupsi adalah pharingitis dan infeksi saluran pernafasan bagian atas.

6 Perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis tersebut yaitu penelitian ini berjudul Gambaran Masalah Kesehatan Masyarakat Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi Di Wilayah Kerja Puskesmas Srumbung, variabel, subyek, waktu, dan tempat penelitian dilakukan.