PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Kardiwinata, et.al Vol. 1 No. 1 : 50-54

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Makawidey Kecamatan Aertembaga Kota Bitung

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU PECEGAHAN KANKER LEHER RAHIM MELALUI VAKSINASI HPV PADA SISWI KELAS X SMA SWASTA DI KABUPATEN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

ABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

tertentu, pengetahuan dapat menjadikan seseorang mampu melakukan perubahan

Factors Associated with Rabies Dog Vaccination Practices in Bebandem

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

Peran Studi CIVAS dengan pendekatan Ecohealth dalam Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Bali

ABSTRAK ABSTRACT. Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt)

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN ALASAN LANSIA TIDAK BERPARTISIPASI DALAM POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYANGAN BULAN DESEMBER 2013-JANUARI

T E S I S. Oleh PARUHUM TIRUON RITONGA /IKM

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS) DI DESA BATUKANDIK PULAU NUSA PENIDA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU ANGGOTA SEKAA TERUNA TERUNI TENTANG PERATURAN DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI DESA KESIMAN

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE ORGAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI JALANAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 NI MADE SETIARI

PERATURAN DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK DAN HEWAN PENULAR RABIES YAITU ANJING

HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS UDAYANA TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA PADA REMAJA TENTANG SEKSUALITAS REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWATI I TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KARIES GIGI PADA ANAK SD KELAS V - VI DI KELURAHAN PEGUYANGAN KANGIN TAHUN 2015

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

KEBIJAKAN NASIONAL DAN STRATEGI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR DETERMINAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA PEGAWAI YANG MENDAPATKAN VAKSINASI HPV DI PEMKAB BADUNG

FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BERISIKO TERTULAR HIV/AIDS PADA SISWA SMA DI KAWASAN PARIWISATA DI BALI

PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PEMETAAN KORBAN GIGITAN ANJING RABIES DI KABUPATEN TANA TORAJA TAHUN MAPPING OF VICTIM DOG BITE RABIES IN TANA TORAJA

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT NI KADEK AYU SUKMAWATI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

PENGARUH PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENANGANAN ANJING PELIHARAANNYA TERaADAP TINGKAT KEBERaASILAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERANTASAN RABIES

GAMBARAN PERILAKU BERISIKO TERINFEKSI

KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA SERTA PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

Perhatian Pemilik Anjing Dalam Mendukung Bali Bebas Rabies

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

Peran FAO sebagai Badan Internasional dalam Mendukung Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Indonesia (Bali dan Flores)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian di seluruh dunia akibat rabies mencapai kisaran jiwa, terbanyak di daerah pedesaan Afrika

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DALAM MEMILIH PRODUK MAKANAN KEMASAN PADA IBU-IBU PKK DI BR

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA WABAH RABIES DI WILAYAH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2012

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PEMANFAATAN PELAYANAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN

HUBUNGAN PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI DAN ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

ABSTRAK GAMBARAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN POSYANDU DI KELURAHAN SAMOJA KECAMATAN BATUNUNGGAL KOTA BANDUNG TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

ABSTRAK. Raden Ghita Sariwidyantry, 2009, Pembimbing : Donny Pangemanan, drg., SKM. dan Surya Tanurahardja, dr., MPH., DTM&H.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA JALANAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

UNIVERSITAS UDAYANA KEJADIAN OBESITAS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA IDA AYU LAKSMI UTAMI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGENAI DIARE DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

GAMBARAN PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH BALIAN DI WILAYAH KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSKESMAS MENGWI II KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam

Ni Luh Puspareni¹, I Made Patra², Ni Ketut Rusminingsih³

KATA PENGANTAR. Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Pengetahuan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TAHUN 2016

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Transkripsi:

Arc. Com. Health Juni 2016 ISSN: 2527-3620 PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG Luh Sri Widiantari *, Made Pasek Kardiwinata Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *) email : sri_widiantari@ymail.com ABSTRACT Badung District, in the Province of Bali was found to have the highest HPR bite cases in 2011, with a total of 8111 cases. In the subdistrict level, Abiansemal had the highest case with 2199 cases. The purpose of this study was to describe the HPR owner participation towards rabies prevention programme at Abiansemal Subdistrict in Badung District. This study was a descriptive study with a cross-sectional approach. Systematic random sampling was used to identify the ninety samples in this study. Data collection used structured questionnaire and observation and then analysed by descriptive analysis. The results showed that 82,2% respondents in Abiansemal Village and 84,4% respondents in Bongkasa Pertiwi Village had vaccinated their dogs with VAR. About 82,2% respondents in Abiansemal Village and 91,1% respondents in Bongkasa Pertiwi Village left their dogs untied. All respondents in Abiansemal Village and Bongkasa Pertiwi Village (100%) had not registered their dogs. There were no differences in the HPR owner participation towards rabies prevention program between the area with high HPR bite cases and low HPR bite cases. It is recommended that the government of Badung District regulate and supervise the dog owner. Future research should address the completeness of Anti-Rabies Vaccination in dogs. Keywords: Participation of Rabies Animal Owner, Rabies Preventive Programme ABSTRAK Di Provinsi Bali, kasus gigitan HPR tertinggi tahun 2011 ditemukan di Kabupaten Badung dengan total 8111 kasus. Di tingkat kecamatan, Abiansemal dilaporkan sebagai salah satu wilayah dengan kasus tertinggi yaitu 2199 kasus. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan partisipasi pemilik HPR terhadap program pencegahan penyakit rabies di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 90 yang diambil dengan teknik systematic random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan observasi dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 82,2% responden di Desa Abiansemal dan 84,4% responden di Desa Bongkasa Pertiwi telah melakukan vaksin pada anjing mereka. Sekitar 82,2% responden di Desa Abiansemal dan 91,1% responden di Desa Bongkasa Pertiwi membiarkan anjing mereka dilepas. Semua responden di Desa Abiansemal dan Desa Bongkasa Pertiwi (100%) tidak merigister anjing mereka. Tidak ada perbedaan partisipasi pemilik HPR terhadap program pencegahan penyakit rabies antara wilayah yang kasus gigitan HPR tinggi dengan wilayah yang kasus gigitan HPR rendah. Saran untuk pemerintah Kabupaten Badung untuk mengatur dan mengawasi pemilik anjing. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari kelengkapan vaksi anti-rabies pada anjing. Kata kunci: Partisipasi Pemlik HPR, Program Pencegahan Rabies 8

Sri Widiarti & Kardiwinata PENDAHULUAN Kejadian kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) di Indonesia tahun 2007 2009 tercatat sebanyak 87.084 kasus dan 421 orang positif rabies dengan CFR (Case Fatality Rate) sebesar 100% (Dirjen P2PL Depkes RI, 2010). Di Provinsi Bali kasus rabies pertama kali muncul di Kabupaten Badung pada tahun 2008 (Dinkes Provinsi Bali, 2010). Pada tahun 2011 kasus GHPR tertinggi terjadi di Kabupaten Badung sebanyak 8111 kasus dan yang mendapatkan VAR sebanyak 8.020 orang (Dinkes Provinsi Bali, 2011). Di Kabupaten Badung, kasus rabies pada manusia sampai Oktober 2011 terdapat 23 kasus kematian. Kecamatan Abiansemal merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Badung dengan kasus GHPR tertinggi setelah Kecamatan Mengwi pada periode Januari- Oktober 2011 sebanyak 2199 kasus. Berdasarkan data kasus GHPR per desa tahun 2010 di Kecamatan Abiansemal, desa yang kasus GHPRnya tertinggi terdapat di desa Abiansemal sebanyak 272 kasus, sedangkan desa yang kasus GHPRnya terendah yaitu desa Bongkasa Pertiwi sebanyak 47 kasus (Dinkes Kab. Badung, 2010). Beberapa penelitian di Bali mengenai kepemilikan hewan penular rabies, status vaksinasi serta pencarian pangobatan pada penderita rabies menyatakan bahwa penderita yang memelihara anjing sebagian tidak memberikan VAR, tidak dikandangkan, serta status vaksinasi pada hewan masih rendah (Kardiwinata, 2011). Penelitian serupa yang dilakukan di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung menyatakan bahwa sebagian besar sistem pemeliharaan tidak dikandangkan, tidak memberikan VAR dan telah memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit rabies (Sutini, 2011). Berdasarkan beberapa penelitian diatas, belum diketahui partisipasi masyarakat dalam memelihara HPR di Desa Abiansemal dan Bongkasa Pertiwi yang merupakan daerah dengan GHPR tertinggi dan terendah di Abiansemal Kabupaten Badung. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ingin dicari perbedaan partisipasi pemilik HPR di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung tahun 2012. METODE PENELITIAN Desain penelitian adalah deskriptif cross sectional. Penelitian dilaksanakan bulan November 2011 sampai Juni 2012. Pengambilan data dilakukan Maret 2012. Populasi adalah masyarakat yang memiliki/ memelihara HPR khususnya anjing di Desa Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Sampel adalah sebagian dari populasi, sebanyak 90 sampel diambil secara systematic random sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel dan dilengkapi dengan interpretasi dan narasi. 9

Arc. Com. Health Juni 2016 ISSN: 2527-3620 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Partisipasi Pemilik HPR dalam Memberikan VAR pada Anjing Berdasarkan Wawancara di Desa Kecamatan Abiansemal Tahun 2012 No Vaksinasi Abiansemal Bongkasa Pertiwi frekuensi % frekuensi % 1 Ya 38 84,4 37 82,2 2 Tidak 7 15,6 8 17,8 Total 45 100 45 100 Partisipasi pemilik HPR dalam pemberian VAR di Desa Abiansemal dan Desa Bongkasa sudah tinggi karena telah melebihi cakupan vaksinasi yang direkomendasikan oleh WHO yaitu 70%. Menurut WHO, cakupan vaksinasi minimal 70% telah mampu mengontrol anjing dari rabies, namun tingkat cakupan yang tepat untuk mencegah rabies kemungkinan akan bervariasi sesuai dengan karakteristik demografi, perilaku dan tata ruang dari populasi anjing. Dengan tercapainya cakupan vaksinasi (VAR) lebih dari 70%, setidaknya dapat memberikan perlindungan yang baik dalam penularan penyakit rabies dari anjing satu ke anjing yang lain. Semakin besar proporsi anjing yang kebal, semakin kecil kemungkinan anjing yang rentan untuk menularkan penyakit. Jadi anjing yang tidak divaksinasi secara tidak langsung telah dilindungi oleh anjing yang telah divaksinasi, sehingga kematian manusia yang terkait dengan gigitan anjing yang selalu mengakibatkan kecemasan dan kepanikan di masyarakat dapat diminimalisasi. Menurut penelitian mengenai rabies di Kabupaten Jembrana bahwa anjing berpemilik dan tidak divaksinasi merupakan sumber utama penyebaran penyakit (Setiaji dan Wirata, 2011). Dibandingkan dengan hasil pengamatan langsung dan wawancara kepada pemilik anjing dalam partisipasi memberikan VAR terhadap anjing peliharaan dengan melihat adanya kepemilikan bukti VAR, ternyata pemilik HPR yang memberikan VAR dan memiliki bukti VAR di Desa Abiansemal masih rendah. Rendahnya kepemilikan bukti VAR karena pemilik anjing sengaja tidak memasangkan peneng pada anjing dengan alasan anjingnya merasa tidak nyaman menggunakan peneng dan ada yang menyatakan bahwa penengnya hilang. Tempat dilakukan vaksinasi sebagian besar di Banjar (60,5%) di Desa Abiansemal dan Desa Bongkasa Petiwi (51,4%). Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa partisipasi pemilik HPR dalam memberikan vaksinasi (VAR) terhadap anjing peliharaannya masih rendah dilihat dari rendahnya kesadaran pemilik anjing dalam membawa anjing peliharaannya ke dokter hewan untuk diberikan VAR. 10

Sri Widiantari & Kardiwinata Tabel 2 Partisipasi Pemilik HPR dalam Mengikat/Mengandangkan Anjing di Desa Kecamatan Abiansemal Tahun 2012 No Mengikat/mengandangkan Abiansemal Bongkasa Pertiwi anjing frekuensi % frekuensi % 1 Diikat/dikandangkan 8 17,8 4 8,9 2 Dilepas 37 82,2 41 91,1 Total 45 100 45 100 Partisipasi responden dalam mengikat/ mengandangkan anjingnya di Desa sama-sama kurang baik. Dari hasil pengamatan di lapangan, responden tidak menyetujui jika anjing peliharaannya diikat dengan rantai atau dikandangkan dengan alasan apabila anjing diikat/dikandangkan maka anjing tidak bisa bergerak bebas dan menjadi lebih galak. Menurut pengakuan dari pemilik HPR sebagian besar mengatakan anjing orang lain pernah datang ke rumahnya. Pemeliharaan anjing yang dibiarkan lepas keluar masuk halaman rumah menyebabkan lalu lintas anjing akan sulit diawasi sehingga memiliki risiko untuk tertular rabies dari anjing yang menderita rabies (Sutini, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011a) mengenai rabies menunjukkan bahwa tingkat kejadian rabies tertinggi pada kelompok anjing lepasan 81% disusul kelompok anak anjing 17% dan terendah pada anjing rumahan yaitu 2%. Tingginya kasus rabies pada anjing lepasan karena tingkat kontak antar anjing cukup sering. Dengan kurangnya partisipasi responden dalam mengikat/ mengandangkan anjing peliharaannya di Desa Abiansemal dan Desa Bongkasa Pertiwi berpotensi untuk meningkatkan jumlah gigitan anjing. Di Desa Abiansemal 17,8% keluarga responden pernah digigit anjing dalam 6 bulan terakhir, sedangkan di Desa Bongkasa Pertiwi sebesar 22,2%. Dibandingkan dengan laporan laporan kasus GHPR Dinas Kesehatan Kabupaten Badung tahun 2010, Desa Abiansemal merupakan desa dengan kasus gigitan HPR tinggi di Kecamatan Abiansemal sedangkan dari hasil penelitian riwayat gigitan 6 bulan terakhir yang diperoleh dari hasil wawancara terlihat bahwa gigitan anjing di Desa Abiansemal lebih rendah dari gigitan anjing di Desa Bongkasa Pertiwi. Rendahnya kasus gigitan anjing di Desa Abiansemal daripada di Desa Bongkasa Pertiwi dapat terjadi karena partisipasi responden di Desa Abiansemal dalam melepaskan anjing peliharaan mereka lebih rendah dari Desa Bongkasa Pertiwi selain itu mungkin karena masyarakat mulai sadar dan segera melapor dan mencari pengobatan jika terjadi gigitan anjing. Anjing yang menggigit sebagian besar (75%) di Desa Abiansemal dan 80% di Desa Bongkasa Pertiwi merupakan anjing milik orang lain dengan jenis anjing lokal 100% di Desa Abiansemal sedangkan di Desa Bongkasa Pertiwi (60%) anjing lokal. Menurut Putra (2011b) bahwa perilaku anjing lokal (anjing Bali) yang cenderung suka menggigit, karena masih memiliki sifat- 11

Arc. Com. Health Juni 2016 ISSN: 2527-3620 sifat sebagai anjing liar. Jika saja anjing yang menggigit adalah anjing yang membawa virus rabies maka akan terjadi kasus rabies penular rabies, melaporkan korban gigitan hewan penular rabies, melaporkan dan menangkap hewan penular rabies yang pada manusia. Sehingga sangat perlu menggigit. Selain itu, disebutkan juga partisipasi dari pemilik anjing dalam tentang cara pemeliharaan hewan penular mengikat/mengandangkan anjing rabies yang baik yaitu setiap pemilik hewan peliharaannya untuk mencegah terjadinya penular rabies harus memperhatikan gigitan anjing yang mungkin dapat kesehatan dan kesejahteraan hewannya, menyebabkan rabies. Selain partisipasi memiliki kartu registrasi hewan, dalam memberikan VAR dan mengikat/ memvaksinasi hewannya secara berkala mengandangkan anjing peliharaan, dengan vaksin rabies, memiliki tanda bukti partisipasi dalam mendaftarkan anjing vaksinasi, memelihara hewannya di dalam peliharaan juga perlu dalam program rumah atau pekarangan rumah, pencegahan penyakit rabies. Hasil penelitian mengenai status registrasi anjing yang dipelihara bahwa 100% pemilik HPR di Desa tidak mendaftarkan anjing yang dipelihara ke Kantor Desa/Dinas Peternakan setempat. mengandangkan/mengikat hewannya agar tidak berkeliaran di jalan-jalan umum dan tempat-tempat umum, serta memakai alat pengaman apabila membawa hewan keluar dari pekarangan rumah (Raperda Prov. Bali, 2009). Banyaknya anjing liar/diliarkan di Pulau Bali merupakan salah satu kendala SIMPULAN DAN SARAN dalam pemberantasan rabies. Untuk Partisipasi pemilik HPR dalam mengendalikan rabies khususnya dalam pemberian VAR terhadap anjing melakukan vaksinasi terhadap anjing di Bali akan sangat sulit dengan melihat jumlah anjing yang berkeliaran. Selain itu, akan sulit dalam memantau pergerakan dari anjing peliharaannya di Desa Abiansemal dan Desa Bongkasa Pertiwi sama-sama sudah tinggi, tetapi masih rendahnya kepemilikan bukti VAR di kedua desa tersebut. Partisipasi tersebut. Apabila tidak dilakukan penertiban pemilik anjing dalam mengikat/ dan pengawasan anjing yang diliarkan, mengandangkan anjing peliharaannya di maka rabies dapat berkembang meluas dan Desa Abiansemal dan Desa Bongkasa manusialah yang akan menjadi korban terakhirnya. Manusia memegang peranan penting terkait dengan tingginya kasus Pertiwi sama-sama masih rendah. Di Desa 100% pemilik anjing tidak mendaftarkan gigitan anjing pada manusia yaitu anjing mereka ke kantor Kepala kepemilikan anjing, cara pemeliharaan Desa/Kelurahan atau kepada petugas Dinas anjing, dan status vaksinasi dari anjing. Diperlukan peran masyarakat dalam Peternakan setempat. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah penanggulangan rabies khususnya yang Kabupaten Badung menertibkan dan memiliki hewan penular rabies diantaranya mengawasi pemilik HPR agar tidak adalah melakukan pemeliharaan hewan, melepaskan anjing peliharaannya dan vaksinasi, pembatasan kepemilikan hewan mendaftarkan anjing peliharaan mereka ke 12

Sri Widiantari & Kardiwinata Kantor Desa atau petugas Dinas Peternakan Kabupaten Badung, memberikan informasi kepada masyarakat bahwa penularan rabies terkait dengan partisipasi dari masyarakat itu sendiri dan untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai kelengkapan vaksinasi (VAR) pada anjing peliharaan. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada Ni Putu Suariyani, S.KM., MHlth&IntDev yang telah memberikan masukan dan koreksi dalam penulisan artikel ini serta kepada orang tua dan temanteman yang selalu memberikan dukungan. DAFTAR PUSTAKA Dinkes Kab. Badung. (2010). Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. Dinas Kesehatan Kabupaten Badung Bidang P2ML, Badung. Dinkes Provinsi Bali. (2011). Laporan Kasus Rabies 2011. Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Denpasar. Dirjen P2PL Departemen Kesehatan RI. (2010). Info Penyakit. Available: http://www.infopenyakit.org (Accessed: 2012, June 8). Kamil, dkk. (2003). Kajian Kasus Kontrol Rabies pada Anjing di Kabupaten Agam Sumatra Barat. Program studi Sains Veterine Program Pascasarjana, UGM, Yogyakarta. Available: - lib.ugm.ac.id/jurnal (Accessed: 2011, Desember 13). Kardiwinata, M. P. (2011). Kepemilikan Hewan Penular Rabies, Status Vaksinasi serta Pencarian Pengobatan pada Penderita Rabies di Provinsi Bali. Universitas Udayana, Denpasar. Lawnga, S.K and Lameshow, S. Sample Size Determination in Health Studies. World Health Organization. Putra, A. A. G. (2011a). Epidemiologi Rabies di Bali : Analisis Kasus Rabies pada "Semi Free - Ranging Dog" dan Signifikansinya dalam Siklus Penularan dengan Pendekatan Ekosistem. Buletin Veteriner, XXIII(78). Putra, A. A. G. (2011b). Epidemiologi Rabies di Bali : Hasil Vaksinasi Massal Rabies Pertama di Seluruh Bali dan Dampaknya terhadap Status Desa Tertular dan Kejadian Rabies pada Hewan dan Manusia. Buletin Veteriner, XXIII(78). Raperda Prov.Bali, 2009. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 15 Tahun 2009 Tentang Penanggulangan Rabies. Bali Setiaji, Gunawan dan K. Wirata, 2011. Investigasi Rabies di Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali. Buletin Veteriner, XXIII(78). Sutini, N. W. (2011). Kepemilikan Hewan Penular Rabies, Pencarian Pengobatan dan Pengetahuan Tentang Rabies Pada Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Tahun 2010. Universitas Udayana, Denpasar. WHO. (2011). Rabies. Available: http://www.who.int/ith/diseases/rabies /en/ (Accessed: 2011, December 28). 13