Analisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Kinematik secara spatial untuk Rack and pinion pada Kendaraan hybrid roda 3 Sapujagad 2

Oleh : Michael.P.O.F Manalu NRP : Dosen Pembimbing : Dr Unggul Wasiwitono, ST, M.Eng

Perancangan dan Analisa Sistem Kemudi Narrow Tilting Vehicle dengan Variasi Trackwidth dan Panjang Suspensi Arm

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) E120

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

PERANCANGAN MEKANISME UJI KARAKTERISTIK SISTEM KEMUDI

Analisa Perilaku Gerak Belok Mobil Listrik ITS 1

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan

Analisa Perilaku Arah Kendaraan dengan Variasi Posisi Titik Berat, Sudut Belok dan Kecepatan Pada Mobil Formula Sapuangin Speed 3

PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD

ANALISA KINERJA SUDUT KEMUDI PADA KENDARAAN DUNE BUGGY POLITEKNIK NEGERI BATAM ABSTRAK ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda

dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini. Tan δ 2 = a/r + s (2.2)

PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Stabilitas dan Kekuatan Pengait Bak Angkut Kendaraan Multiguna Pedesaan

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108

Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA)

STUDI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK ANALISA KINEMATIKA AKIBAT PENGARUH SUDUT BELOK RODA DEPAN YANG VARIABEL TERHADAP STABILITAS KENDARAAN

ANALISA PENGARUH TEBAL DAN GEOMETRI SPOKE BERBENTUK BELAH KETUPAT PADA BAN TANPA UDARA TERHADAP KEKAKUAN RADIAL DAN LATERAL

BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body.

PERANCANGAN INTERFACING DAN SOFTWARE PEMBACAAN DATA MEKANISME UJI KARAKTERISTIK SISTEM KEMUDI

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI GOKAR LISTRIK

BAB III LANDASAN TEORI. start. Persiapan alat. Dongkrak roda depan. Setting laser. Setting lavel. Sentering as. Sentering titk roda. setting.

SIMULASI PENGENDALIAN SUDUT KEMIRINGAN BELOK SEPEDA MOTOR MELALUI PENAMBAHAN KOMPONEN GYROSCOPIC

Kata kunci: understeer, oversteer.

ANALISA DYNAMIC OF HANDLING KENDARAAN REVERSE TRIKE DITINJAU DARI PERGESERAN CENTRE OF GRAVITY (CG) SKRIPSI

PEMODELAN DAN ANALISA GETARAN MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 2 SILINDER 650CC SEGARIS DENGAN SUDUT ENGKOL 90 UNTUK RUBBER MOUNT

BAB III ANALISIS FRONT WHEEL ALIGNMENT PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK UP

Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan

Analisis Kinerja Traksi dan Redesign Rasio Transmisi pada Panser ANOA APC 3 6x6

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer

PARAMETER SUDUT BELOK RODA PADA KENDARAAN DENGAN SISTEM KEMUDI EMPAT RODA

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)

INFOMATEK Volume 6 Nomor 1 Maret 2004 DESAIN & PEMBUATAN PROTOTIPE LIGHT BUGGY

MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang padat penduduk dan dikenal dengan melimpahnya sumber daya alam.

BAB III DATA KENDARAAN UNTUK SIMULASI

PerancanganMekanisme UjiKarakteristikSistem Kemudi

ANALISIS STRUKTURAL PERFORMA CHASSIS SAPUANGIN SPEED Oleh : Muhammad Fadlil Adhim

teknologi yang menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. kendaraan antara 220 cm dan 350 cm. (Regulasi IEMC 2014)

ABSTRAK

Pengembangan Prototipe Hybrid Shock Absorber : Kombinasi Viscous dan Regenerative Shock Absorber

NAMA : JOKO PAMBUDIANTO NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng. Tugas Akhir PERANCANGAN SEPEDA PASCA STROKE

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

Rizqi An Naafi Dosen Pembimbing: Ir. J. Lubi

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 PENENTUAN REGION SKID-NON SKID (2WS) TYPE MODEL KENDARAAN REAR WHEEL DRIVE (RWD)

STUDI PERFORMANSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN

Analisa dynamics of handling kendaraan reverse trike ditinjau dari pergeseran centre of gravity (cg)

TUGAS AKHIR ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPERECIRCULATING BALL

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

BAB III KONSTRUKSI DOUBLE WISHBONE

BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA

Setelah mengikuti pelajaran ini peserta dapat mengetahui fungsi wheel alignment.

Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (JJPTM) Vol: 8 No: 2 Tahun: 2017

Perancangan Electric Energy Recovery System Pada Sepeda Listrik

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam

ANALISIS KESTABILAN KENDARAAN MINI TRUCK SANG SURYA PADA SAAT MEMBELOK

RANCANG BANGUN STRUKTUR RANGKA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA

Analisa Sudut Belok Roda Belakang Sebagai Fungsi Sudut Belok Roda Depan dan Kecepatan pada Kendaraan Mini 4WS

BAB IV GEOMETRI RODA

SUSPENSI (suspension)

Perencanaan Jetski Ampibi Untuk Kebutuhan Militer ( Penggerak Di Darat )

Pendeteksian Arah Jalan pada Gps Googlemaps sebagai Navigasi Mobil Tanpa Pengemudi

BAB 4 ANALISA SISTEM

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan

Analisis Pengaruh Parameter Operasional Terhadap Perilaku Belok dan Stabilitas Pada Panser Anoa 6X6 APC

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai

Karateristik Perolehan Gaya Dorong Power Steering Pada Sistem Kemudi Kendaraan

Analisis Pengaruh Parameter Operasional Terhadap Perilaku Belok dan Stabilitas Pada Panser Anoa 6X6 APC

Analisis Kenyamanan serta Redesain Pegas Suspensi Mobil Toyota Fortuner 4.0 V6 SR (AT 4x4)

Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball

A364. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

Analisa dan Desain Sistem Pengereman Pada Kendaraan Dengan Simulink Matlab

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Analisis Sloshing 2D pada Dinding Tangki Tipe Membran Kapal LNG Akibat Gerakan Rolling di Gelombang Regular

Rancang Bangun Sistem Takeoff Unmanned Aerial Vehicle Quadrotor Berbasis Sensor Jarak Inframerah

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUATAN DAN DEVELOPMENT FRONT WHEEL ALIGNMENT (FWA) PADA MITSUBISHI LANCER SL SPESIFIKASI DRIFTING

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (214) ISSN: 231-9271 1 Analisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2 Fachri Nugrahasyah Putra dan Unggul Wasiwitono Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6111 Indonesia e-mail: unggul@me.its.ac.id Abstrak - Sistem steering merupakan salah satu hal yang paling krusial dalam pendesainan sebuah mobil, desain steering system harus mengacu pada sistem kemudi ideal yang disebut Ackermann. Hal ini sangat penting untuk meminimalkan besarnya steering error pada saat melakukan gerak belok. Dalam hal ini kondisi gerak belok ideal ackerman ini sangat sulit tercapai pada saat kendaraan berbelok. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendekati gerak belok ideal adalah dengan melakukan analisa kinematik tiap link steering. Pada tugas akhir ini dilakukan analisa secara kinematis sistem kemudi rack and pinion pada mobil. Dari analisa kinematis ini didapatkan besarnya steering error yang terjadi. Kemudian, steering error untuk berbagai variasi posisi rack dan dimensi steering arm akan dianalisa. Hasil penelitian menunjukan jika posisi rack diturunkan menjadi 12.5 cm diatas wheel axis dan dimajukan 2 cm dari posisi semula menghasilkan nilai steering error yang minimum yaitu.938. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa adanya perubahan nilai steering error jika posisi rack divariasikan. Kata Kunci : Steering Error, Ackermann, Tie rod, Steering arm, Rack and pinion I. PENDAHULUAN Sistem kemudi ini merupakan salah satu sistem yang terdapat pada chasis kendaraan yang berfungsi untuk merubah arah kendaraan dan laju kendaraan. Perubahan arah ini dilakukan dengan menggerakkan atau membelokkan rodaroda depan kendaraan dan menjaga agar posisi tetap stabil. Kondisi ideal kendaraan saat melakukan gerakan belok dikenal dengan nama kondisi Ackermann. Kondisi Ackermann juga sering disebut perilaku gerakan belok ideal yang artinya menganggap bahwa tidak ada sudut slip yang terjadi pada ban. Kondisi ini pada kenyataanya sangat sulit terjadi atau hanya mungkin terjadi pada gerakan belok dengan kecepatan sangat rendah atau pada radius belok besar sehingga gaya sentrifugal yang terjadi belum mampu membentuk sudut slip pada ban. Steering error berkaitan dengan perilaku kendaraan belok ideal/ackermann dengan perilaku kendaraan belok nyata. Pada saat kendaraan berbelok maka roda akan membentuk sudut sehingga kendaraan akan bergerak sesuai dengan sudut yang dibentuk oleh roda. Steering error merupakan selisih dari sudut belok ideal/ackermann dengan sudut belok actual. II. URAIAN PENELITIAN A. Observasi Lapangan Sebagai langkah awal untuk pembuatan penelitian ini adalah memasukan data spesifikasi steering system dari kendaraan ini, yaitu panjang tie rod, dimensi dan posisi dari rack and pinion, dan dimensi steering arm. Data spesifikasi steering system yang di ambil dari objek penelitian ini akan dilakukan analisa kinematis secara spatial yang menghasilkan output berupa sudut belok outer aktual dengan sudut belok outer. Wb Wt β V CG Ra Gambar 2.1 Perilaku belok kendaraan ideal/ackermann Keterangan : O = pusat belok ackermann R a = radius belok ackermann (ideal) δ i = sudut belok inner δ o = sudut steer rata-rata roda depan β = sudut slide slip kendaraan Wb = panjang sumbu roda Wt = lebar sumbu roda cot + wt Stabilitas kendaraan dapat dinilai ketika kendaraan tersebut mengalami gerakan belok. Kondisi ideal kendaraan saat melakukan gerakan belok dikenal dengan nama kondisi Ackermann. Kondisi Ackermann adalah kondisi dimana arah belok kendaraan hanya dipengaruhi oleh sudut belok roda depan yang diberikan pengemudi. Pada kondisi belok ini kendaraan sangat mudah dikendalikan oleh pengemudi atau stabilitas kendaraan tidak terganggu. Kondisi ideal bisa terjadi apabila saat berbelok gaya lateral yang dialami roda sangat kecil (tidak mampu membentuk sudut slip pada ban). δo (1)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (214) ISSN: 231-9271 2 B. Tahap Analisa kinematika steering system Pemodelan spatial dilakukan dengan menggunakan software kinematik dimana steering arm dihubungkan dengan revolute joint dan menggunakan ball joint sebagai penghubung ke tie rod. Rack and pinion itu sendiri dimodelkan dengan bentuk perismatik dan dihubungkan dengan tie rod menggunakan ball joint. Simulasi yang dilakukan dengan memasukkan input berupa force (gaya) untuk waktu dengan range -.4 sec sehingga mendapatkan sudut belok maksimum yang diinginkan yaitu sebesar 3. Nilai output yang didapatkan berupa sudut pada steering arm dan perhitungan untuk mendapatkan sudut aktual pada roda menggunakan persamaan δ l = θ l - θ lo dan δ r = θ r - θ r. Nilai θ lo dan θ r merupakan sudut awal pada steering arm, sementara untuk θ l dan θ r merupakan sudut steering arm yang terbentuk akibat dari force untuk range waktu.4 sec. Hasil yang didapatkan akan membentuk sudut aktual dan sudut ackerman dimana selisihnya merupakan nilai dari steering error. Steering error berkaitan dengan perilaku kendaraan belok ideal/ackermann dengan perilaku kendaraan belok nyata. Pada saat kendaraan berbelok maka roda akan membentuk sudut sehingga kendaraan akan bergerak sesuai dengan sudut yang dibentuk oleh roda. Steering error merupakan selisih dari sudut belok ideal/ackermann dengan sudut belok aktual. Rumus dari steering error adalah sebagai berikut : Gambar 3. 1 Pemodelan steering system dengan posisi rack h yang divariasikan pada sumbu (y) Seperti gambar diatas, garis kuning menunjukkan wheel axis kendaraan. Panah merah menujukkan variasi posisi rack yang akan dilakukan untuk mencari nilai dari steering error yang minimum. Variasi dilakukan dengan memindahkan posisi rack 5cm diatas wheel axis dan 5cm dibawah wheel axis. SE = δoa δo (2) Keterangan : SE Steering error ( ) δoa Sudut steer ideal/ackerman ( ) δo Sudut steer Outer Nyata ( ). C. Analisa Spesifikasi Setelah steering system dimodelkan maka panjang tie rod, sudut steering arm dan posisi rack dapat dievaluasi sehingga dapat menghasilkan steering error yang minimum dengan mengacu pada konstruksi kendaraan. Kemungkinan konstruksi kendaraan dirubah total sangat minim sehingga variasi dimensi steering arm dan posisi rack dibatasi agar tidak merubah konstruksi dari kendaraan ini. III. DESAIN PEMODELAN STEERING SYSTEM Posisi rack pada sumbu (y) divariasikan sebesar 5cm kearah positif (naik) dan 5cm kearah negatif (turun). Posisi rack pada sumbu (z) divariasikan sebesar 5cm kearah positif (maju) dan 5cm kearah negatif (mundur). Sudut Belok maksimal kendaraan ini adalah 3⁰ mengacu pada penilitian rekan penulis yang membahas tentang analisa kestabilan dari kendaraan HyVi Sapujagad 2. Gambar 3. 2 Pemodelan steering system dengan posisi rack h yang divariasikan pada sumbu (z) Seperti gambar diatas, garis kuning menunjukkan wheel axis kendaraan. Panah merah menujukkan variasi posisi rack yang akan dilakukan untuk mencari nilai dari steering error yang minimum. Variasi dilakukan dengan memindahkan posisi rack 5cm didepan wheel axis dan 5cm dibelakang wheel axis. 11.18 ⁰ Gambar 3. 3 Pemodelan steering system dengan sudut steering arm yang di variasikan Seperti dilihat digambar berwarna merah merupakan gambar steering arm yang memiliki sudut sebesar 11.18⁰. Variasi yang dilakukan adalah dengan penambahan sudut steering arm hingga 116.8⁰ dan pengurangan sudut hingga

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (214) ISSN: 231-9271 3 14.18⁰. IV. HASIL DAN ANALISA Berdasarkan data spesifikasi pada kendaraan HyVi Sapujagad 2, maka untuk menganalisa steering error dapat dilakukan dengan persamaan SE = δoa δo (1) Pada simulasi ini kendaraan berbelok kanan maka δ l = δ o dan δ r = δ i. Hubungan dari δo dengan δ i aktual dibandingkan dengan sudut belok ideal yang sesuai dengan prinsip ackerman dengan persamaan cot + wt (2) 1 Analisa Kinematis Spatial dari Data Awal pada steering system Kendaraan Diketahui : Panjang rack : 65 cm Posisi rack : 14.5 cm diatas wheel axis Panjang tie rod : 36.6 Sudut steering arml : 11.18⁰ Gambar 4.1 Pemodelan steering system kendaraan kondisi sebenarnya Gambar diatas menunjukkan pemodelan dari steering system kendaraan ini. Rack ditunjukkan dengan warna biru dengan panjang 65 cm, tie rod ditunjukkan dengan warna ungu, dan warna merah menujukkan gambar dari steering arm. Tabel 4. 1 Hasil pemodelan steering system kendaraan kondisi sebenarnya Posisi Awal No time δo δoa SE 1 11.1 1.7635 1.7765 1.7421.214 21.2 7.247 7.4272 6.8639.348 31.3 16.858 18.127 15.1589 1.6991 38.37 26.786 3.128 22.9679 3.818 41.4 32.11 37.17 26.9998 5.18 Berikut adalah ringkasan hasil dari simulasi steering system kendaraan, output dari simulasi steering system adalah berupa sudut belok roda kiri (δo) dan sudut belok roda kanan (). Kemudian mencari sudut belok roda kiri sebenarnya dengan rumus (δoa). Mari kita menghitung pada bagian yang diberi warna kuning dengan menggunakan rumus (1) dan (2). cot + wt 14 cm cot 3.128+ 22 cm δοa = 22.9679 Setelah itu menghitung besarnya steering error dengan rumus :SE = δoa δo SE = 22.9679 26.786 SE = 3.818 δo 35 3 25 2 15 1 5 δo vs 2 4 aktual ackerman Gambar 4. 2 Grafik δo vs dari hasil pemodelan steering system kendaraan Jika mengamati grafik δo vs seperti di atas, terlihat hubungan antara sudut belok roda kanan dan roda kiri. Sudut belok roda kanan (δ i) akan selalu membentuk sudut yang lebih besar dari sudut belok roda kiri (δo). Semakin besar sudut belok kendaraan maka akan semakin besar perbedaan antara garis sudut belok aktual yang ditunjukkan dengan warna biru dan sudut belok Ackermann yang ditunjukkan dengan warna merah. Selisih antara sudut belok aktual dan sudut belok ackermann disebut steering error. Dari grafik dapat dilihat bahwa kendaraan ini masih memiliki steering error yang besar. 2 Analisa Kinematis Steering system dengan posisi rack h yang divariasikan pada sumbu (y) Analisa ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi posisi rack h ( sumbu y) terhadap steering error. Gambar 4. 3 Pemodelan steering system kendaraan posisi rack "h" 9.5cm pada sumbu (y) dari wheel axis Panjang tie rod yang ditunjukkan dengan warna biru menjadi 36,3 cm dengan steering error bernilai 2,3191. Posisi rack yang ditunjukkan dengan warna kuning menjadi 9.5 cm diatas wheel axis. Untuk perhitungan δoa dan nilai steering error sama seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (214) ISSN: 231-9271 4 Steering error (SE) - degree Variasi posisi rack "h" (sumbu y) 8 7 6 5 4 3 2 1 2 4 (degree) (+) 15.5 cm (+) 16.5 cm (+) 17.5 cm (+) 18.5 cm (+) 19.5 cm (-) 13.5 cm (-) 12.5 cm (-) 11.5 cm (-) 1.5 cm (-) 9.5 cm posisi semula Gambar 4. 4 Grafik steering error vs dari hasil rack "h" sumbu (y) kanan (). Setiap variasi rack menghasilkan nilai steering error yang berbeda, grafik diatas menunjukkan bahwa adanya pengaruh variasi ketinggian rack terhadap steering error. Variasi perpindahan rack yang diamati penulis sebesar 5 cm kearah positif sumbu (y) dan 5 cm kearah negatif sumbu (y), hal ini disebabkan karena posisi penempatan baterai pada kendaraan, sehingga menyebabkan ruang gerak dari rack menjadi terbatas. Semakin dekat posisi rack dengan wheel axis maka nilai steering error akan semakin kecil. Dari analisa grafik di atas terlihat bahwa steering error yang paling kecil pada saat posisi rack diturunkan sejauh 5 cm dari posisi semula. 3. Analisa Kinematis Steering System dengan posisi rack h yang divariasikan pada sumbu (z) Analisa ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi posisi rack h ( sumbu z) terhadap besarnya nilai steering error. Analisa ini dapat di tunjukkan pada gambar dibawah ini Steering error (SE) - degree 4 3 2 1 Variasi posisi rack "h" (sumbu z) 5 1 15 2 25 3 35 4 (degree) (+) 1 cm (+) 2 cm (+) 3 cm (+) 4 cm (+) 5 cm (-) 1 cm (-) 2 cm (-) 3 cm (-) 4 cm (-) 5 cm posisi awal Gambar 4. 6 Grafik steering error vs dari hasil rack "h" sumbu (z) dari wheel axis kanan (). Grafik diatas menunjukkan bahwa pengaruh variasi rack h pada sumbu (z) tidak menghasilkan nilai steering error yang signifikan. Hal ini disebabkan pergerakan lengan rack memiliki batas, jika posisi rack dipindahkan pada sumbu (z) maka sudut yang terbentuk pada setiap lengan tie rod semakin besar sehingga mengurangi pergerakan rack, dan juga komponen ball joint yang tersedia memiliki pergerakan yang terbatas, sehingga berpengaruh pada sudut belok roda yang menjadi kecil. Dari grafik diatas menunjukkan bahwa steering error yang terjadi dari perpindahan rack terhadap sumbu z ini memberikan pengaruh yang kecil. Variasi penempatan rack terhadap sumbu Z ini memberikan steering error minimum dengan menempatkan rack ke arah positif sebesar 5 cm. 4 Analisa Kinematis Steering System terhadap Variasi Sudut Steering Arm dengan perpindahan Rack yang Memberikan Steering Error Minimum Dari hasil penggabungan penempatan rack baik terhadap sumbu (y) maupun terhadap sumbu (z) didapat steering error yang paling minimum sebesar 1.7958 dengan menurunkan sejauh 2 cm dan memajukan rack tersebut sejauh 2 cm. Posisi ini kemudian di variasikan terhadap perubahan sudut pada steering arm yang bervariasi dengan perubahan sebesar 1 derajat sampai 6 derajat. Gambar 4. 5 Pemodelan steering system kendaraan posisi rack "h" dimajukan 5cm pada sumbu (z) dari wheel axis Panjang tie rod yang di tunjukkan dengan warna biru menjadi 37,548 cm dengan steering error bernilai 3,742. Posisi rack menjadi 5 cm didepan wheel axis. Untuk perhitungan δoa dan nilai steering error sama seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Gambar 4. 7 Pemodelan steering system dengan sudut steering arm 116.18⁰ pada posisi rack "h" sumbu (y) 12.5cm dan sumbu (z) 2cm dari wheel axis Sudut steering arm yang ditunjukkan dengan warna merah menjadi 116.18. Panjang tie rod yang ditunjukkan dengan warna biru menjadi 38,24 cm dengan steering error bernilai,938. Posisi rack yang ditunjukkan dengan warna hijau menjadi 2 cm didepan wheel axis dan 12.5 cm diatas wheel axis. Untuk perhitungan δoa dan nilai steering error sama seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (214) ISSN: 231-9271 5 Steerirng Error (SE) 2.4 2.2 2. 1.8 1.6 1.4 1.2 1..8.6.4.2. 2 4 Gambar 4. 8 Grafik steering error vs dari hasil rack "h" sumbu (z) dari wheel axis kanan (). Grafik diatas menunjukkan bahwa pengaruh variasi sudut steering arm memberikan nilai steering error yang variatif. Hal ini disebabkan adanya penambahan sudut pada lengan tie rod terhadap lengan steering arm jadi sudut yang terbentuk mempengaruhi pergerakan rack Dari penambahan sudut pada steering arm menyebabkan steering system lebih cepat untuk mencapai sudut belok roda yang maksimal. Dari grafik diatas menunjukkan bahwa nilai steering error yang terjadi dari variasi sudut ialah jika steering arm diubah sudutnya menjadi 116.18⁰. V. SPESIFIKASI BARU KENDARAAN Dari hasil analisa kinematis steering system maka kendaraan ini memiliki posisi rack, dimensi steering arm, dan panjang tie rod yang baru. Kemudian Data ini akan menjadi masukan untuk pengembangan steering system dari kendaraan Hybrid Vehicle Sapujagad 2. Tabel 5. 1 Data spesifikasi baru dari kendaraan HyVi "Sapujagad 2" Panjang tie rod Posisi rack SE variasi sudut θl : 38.24 cm (+) 1 derajat (+) 2 derajat (+) 3 derajat (+) 4 derajat (+) 5 derajat (+) 6 derajat (-) 1 derajat (-) 2 derajat (-) 3 derajat gabungan awal : 12.5 cm diatas wheel axis dan 2 cm didepan wheel axis Sudut steering arm : 116,18 Sudut belok maksimum : 28.66⁰ Nilai steering error :,938 dekat dengan sumbu axis roda dan memperbesar sudut steering arm dapat meminimalkan steering eror. 2. Dari hasil variasi (h) kearah sumbu y yaitu dengan menaikan dan menurunkan posisi rack terhadap sudut axis roda didapatkan nilai steering error minimum sebesar 2.3191 dengan menghasilkan spesifikasi baru sebesar Tie rod (lt) = 36.3 cm Posisi rack ke sumbu axis roda (h) sumbu y = 9.5 cm Maksimum sudut belok roda depan (sudut inner) = 25.6 3. Dari hasil variasi (h) kearah sumbu z terhadap sudut axis roda yaitu dengan memajukan dan memundurkan posisi rack didapatkan nilai steering error minimum sebesar 3.742 dengan menghasilkan spesifikasi baru sebesar Tie rod (lt) = 37,548 cm Posisi rack ke sumbu axis roda (h) sumbu z = dimajukan 5 cm Maksimum sudut belok roda depan (sudut inner) = 26.46 4. Dari hasil variasi h yaitu pada sumbu z dirubah menjadi 2 cm ke arah positif dan pada sumbu y dirubah menjadi 2 cm kearah negatif. Posisi tersebut divariasikan lagi terhadap steering arm dengan memperbesar sudut sebesar 6 derajat yang menghasilkan steering error yang paling minimal yaitu sebesar.938,panjang tie rod menjadi 38.24 cm, dengan sudut belok maksimum roda depan (inner) sebesar 28.66. DAFTAR PUSTAKA [1] Reza N. Jazar. 28. Vehicle Dynamics: Theory and Applications. New York. USA. [2] I. N. Sutantra and B. Sampurno. 21. Teknologi Otomotif. Surabaya. Indonesia [3] M. L. Felzien and D. L. Cronin. 1982. Steering Error Optimization of The Macpherson Strut Automotive Front Suspension. Missouri. USA. [4] Simonescu and Smith. 2. Initial Estimates in the Design of Rack-and-Pinion Steering Linkages. Newcastle. UK. VI. KESIMPULAN Dari hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada analisa kinematis spatial pada sistem kemudi ini, jarak rack ke sumbu axis roda (h), panjang tie rod (la) sudut steering arm (θ) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap steering error (SE). Penempatan rack lebih