BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja telah berkembang menjadi isu global saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya menjamin kualitas barang dan jasa serta dapat memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitarnya dari bahaya penyakit dan kecelakaan kerja perlindungan terhadap tenaga kerja dari ancaman kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan hak asasi pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan yang mempekerjakan (Joedoatmodjo, 2000). Peran keselamatan dan kesehatan kerja sangatlah vital, selain sebagai salah satu aspek perlindungan terhadap tenaga kerja juga berperan untuk melindungi aset perusahaan. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, sehingga proses produksi berjalan lancar. Hak atas jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya (Pudjowati, 1998).
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat menganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak bagi masyarakat luas (Kusuma, 2004). Masalah keselamatan dan kesehatan kerja sering diabaikan oleh manajemen perusahaan dan tidak mengintegrasikan program keselamatan dan kesehatan kerja dalam manajemen perusahaan, tidak menyediakan alat keselamatan dan pengamanan untuk pekerjanya karena enggan mengeluarkan biaya tambahan. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak banyak diketahui oleh pekerjanya sendiri padahal manajemen perusahaan dan pekerja merupakan objek dan subjek dalam masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja (Tiarsa, 2007). Laporan International Labour Organization (ILO), dalam Arianto (2010) memasukkan Indonesia sebagai negara dengan angka kecelakaan kerja terbesar kedua di dunia. Laporan itu didasarkan pada survei terhadap 53 negara tahun lalu, sesuai data ILO terjadi 65.474 kecelakaan kerja di Indonesia. Di antara jumlah tersebut, 1.457 orang tenaga kerja meninggal dunia. Selain itu, 5.326 pekerja cacat tetap dan 58.697 sembuh tanpa cacat. 2
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian didunia yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Arianto, 2010). Data kecelakaan di PT Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali pada bulan April tahun 2016 antara lain, sobeknya pipi sebelah kiri mata akibat terkena per/pegas yang melesat saat memperbaiki handlift sebanyak 2 orang, mengalami luka robek dan kuku patah pada ibu jari kaki kanan akibat kejatuhan roll saat mengembalikan roll kain sebanyak 4 orang dan bahu tangan terkilir akibat terpeleset dan jatuh saat bekerja sebanyak 1 orang, sedangkan sesak napas saat benang halus terhirup akibat penggunaan masker yang tidak sesuai dengan fungsinya sebanyak 5 orang. Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor utama yaitu tindakan tidak aman (unsafe action) seperti tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan dan kondisi yang tidak aman (unsafe conditions) yaitu keadaan yang akan menyebabkan kecelakaan di tempat atau lingkungan kerja (Budiono, 2003). Kecelakaan kerja dapat terjadi karena disebabkan oleh faktor lain, antara lain adanya faktor teknologi, manajemen dan manusia. Faktor teknologi terkait dengan kemampuan dari suatu peralatan atau mesin. Faktor manajemen yaitu berupa komitmen, kebijakan, pengawasan dan prosedur kerja mengenai pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. 3
Faktor manusia yaitu faktor perilaku atau kebiasaan kerja yang tidak aman (Suma mur, 2009). Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan kerja adalah dengan menghilangkan resikonya atau mengendalikan sumber bahayanya secara teknis dan apabila mungkin, bila tidak mungkin maka perusahaan perlu menyediakan alat pelindung diri yang sesuai bagi pekerja yang beresiko, sesuai dengan UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab 1X pasal 13 yang menyatakan barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati semua petujuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri yang diwajibkan (Suma mur, 2009). Penggunaan alat pelindung diri merupakan tahap akhir dari metode pengendalian kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Meskipun demikian, penggunaan alat pelindung diri akan menjadi sangat penting apabila pengendalian teknis dan administratif telah dilakukan secara maksimal namun potensi resiko masih tergolong tinggi. Besarnya manfaat dari penggunaan alat pelindung diri ini pada saat bekerja tidak menjamin semua pekerja akan memakai karena ternyata masih banyak juga pekerja yang tidak menggunakannya. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, perusahaan telah menyediakan alat pelindung diri berupa earplug dan masker untuk pekerja bagian weaving. Saat survei pendahuluan berlangsung, peneliti menemukan perilaku tidak patuh pekerja yang menggunakan earplug dan masker tidak sesuai dengan fungsinya selama bekerja. Fungsi masker sebagai 4
alat pelindung pernapasan dari serat-serat halus benang pada saat proses penenunan dan earplug sebagai alat pelindung pendengaran diri yang tidak digunakan secara semestinya dan seringnya pekerja memasang, melepas kembali masker dengan alasan mengganggu pernapasan selama bekerja. Perusahaan membuat peraturan-peraturan kerja, berbagai alat pelindung diri dikembangkan, dan prosedur kerja disusun, maka masalah yang timbul selanjutnya adalah bagaimana membuat pekerja patuh. Selanjutnya, upayaupaya promosi kesehatan di tempat kerja mulai dikembangkan agar pekerja dapat mematuhi perturan-peraturan kerja, misalnya penggunaan alat pelindung diri ketika bekerja. Kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri di industri yang high risk, memerlukan komitmen keselamatan dan kesehatan kerja baik perusahaan, manajemen, maupun pekerja (Notoatmodjo, 2005). Kepatuhan salah satu bentuk perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. kepatuhan terhadap penggunaan APD merupakan perilaku keselamatan spesifik terhadap objek lingkungan kerja. Kepatuhan terhadap penggunaan APD memiliki peran yang penting dalam menciptakan keselamatan ditempat kerja. Berdasarkan penelitian Ruhyandi (2008), terdapat hubungan yang signifikan (nyata) dengan P Value = 0,000 < 0,05 antara pengetahuan dengan perilaku kepatuhan menggunakan alat pelindung diri. Pengetahuan tentang APD yang kurang pada pekerja sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam penggunaan masker dan earplug disebabkan karena pekerja banyak yang tidak mengikuti ataupun menyimak penyuluhan yang 5
diberikan oleh petugas tenaga kesehatan dan petugas P2K3 yang ada di perusahaan PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. Kesadaran akan manfaat penggunaan alat pelindung diri perlu ditanamkan pada setiap tenaga kerja, karena perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) merupakan salah satu alasan mengapa seorang pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri. Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan mereka. Salah satu cara yang efektif adalah melalui penelitian. Peningkatan pengetahuan dan wawasan akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri, sehingga efektif dan benar dalam penggunaannya (Budiono, 2003). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengetahui Hubungan Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Bagian Weaving Di PT Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja bagian weaving di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali?. 6
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja bagian weaving di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur tingkat pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja bagian weaving di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. b. Mengetahui kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja bagian weaving di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali selama bekerja. c. Menganalisis hubungan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja bagian di weaving PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan dan menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan khususnya undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat pelindung diri. 7
2. Bagi Peneliti Lain Menambah wawasan keilmuan peneliti lain tentang ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya dibidang keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Bagi Pekerja di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. Meningkatkan kesadaran pekerja terhadap pentingnya penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat pelindung diri. 8