BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis tindakan serta penjelasan istilah dari penelitian yang diteliti. A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyampaikan ide/gagasan, informasi ataupun perasaannya kepada orang lain. Tidak hanya itu, dengan menggunakan bahasa, ilmu dan teknologi dapat dikembangkan sehingga dapat mengembangkan nilai-nilai moral dan kehidupan. Sejak lahir, manusia sudah menggunakan bahasa. Bahasa diperoleh seorang anak secara alami dari ibunya atau bisa disebut dengan bahasa ibu. Banyak hal diperolehnya dari pengalaman langsung di dalam lingkungannya berupa interaksi dengan keluarga, teman sebayanya maupun lingkungan lain yang lebih luas dalam konteks yang alami dan tidak dibuat-buat. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari bidang studi. Dengan pembelajaran bahasa, diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mengenal dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Selain itu juga, bahasa digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. (Depdiknas, 2009, hlm. 100) Dalam pelajaran Bahasa Indonesia ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap aspek keterampilan itu sangat erat sekali
2 hubungannya satu sama lain. Biasanya dalam memperoleh keterampilan berbahasa itu kita menjalani setiap aspek secara berurutan, mulai dari bayi kita menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca dan menulis. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan keberadaan orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari yang namanya berbicara. Orang yang tunawicara sekalipun dapat berbicara meskipun dengan menggunakan kode atau isyarat yang mereka gunakan agar lawan bicaranya memahami apa yang mereka maksud. Sebagai makhluk sosial, manusia juga harus melakukan interaksi dengan sesamanya, dan peranan penting dalam suatu interaksi sosial itu adalah dengan adanya komunikasi yakni salah satu sebagai pembicara dan yang lainnya adalah penyimak. Aktivitas berbicara tidak mungkin berlangsung tanpa situasi dan lingkungan tertentu baik formal atau sebaliknya. Berbicara dalam lingkungan informal dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Sedangkan dalam lingkungan formal, berbicara haruslah menggunakan bahasa yang santun, baik dan benar sesuai dengan lingkungan dimana kita berada. Sejalan dengan pentingnya berbicara, aspek menyimakpun sama pentingnya dengan kegiatan berbicara. Seseorang akan dapat berbicara ketika dirinya telah menyimak suatu hal. Proses menyimak dan berbicara memang saling berkesinambungan. Menyimak dan berbicara kita pelajari sejak kecil sebelum memasuki sekolah. Brooks, (dalam Tarigan, 2013, hlm. 3) Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sendiri, kegiatan berbicara seperti bertanya, mengemukakan pendapat/komentar sangatlah penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain untuk menjadi ciri-ciri keaktifan dan tolak ukur pemahaman siswa, bertanya ataupun mengemukakan pendapat/komentar juga menjadi sebuah penunjang keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
3 Namun, menurut hasil pengamatan peneliti selama Program Latihan Profesi (PLP) di SD Negeri 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, keterampilan berbicara dan menyimak siswa sangatlah rendah, terutama dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual sehingga tujuan pembelajaran sering kali tidak tercapai. Kegiatan menyimak dan berbicara siswa di Kelas V SD Negeri 1 Cibogo ini kurang baik secara menyeluruh. Hanya minoritas siswa yang dapat mengemukakan komentar/pendapat sedangkan yang lainya kurang dan tidak bisa sama sekali. Sebagai contoh, ketika siswa diberi tugas mengomentari persoalan faktual yang diberikan guru, kebanyakan dari siswa hanya diam dan hanya menyebutkan isi dari persoalan faktual tersebut seperti tempat kejadian dan kronologisnya. Siswa tidak bisa membedakan bagaimana mengemukakan pendapat atau komentar dengan mengidentifikasi pokok persoalan faktual. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, khususnya di kelas V SD Negeri 1 Cibogo menunjukkan hasil belajar yang rendah. Dari 16 siswa hanya ±5 siswa (33%) yang mampu menyimak dengan baik, dan ±11 siswa (68%) belum mampu menyimak dengan baik atau masih berada di bawah ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), atau memperoleh nilai di bawah 65. Adapun dalam kegiatan berbicara, hanya ±3 siswa (25%) yang mampu menunjukkan keterampilan berbicara dalam diskusi kelas maupun kelompok, terutama dalam memberikan komentar, sedangkan ±13 siswa (75%) belum mampu menunjukkan keterampilan berbicara yang memadai. Fakta tersebut menjadi bukti penguat yang menunjukan bahwa anak belum mencapai tujuan pembelajaran yang dilaksanakan. Kekurangan siswa ini mungkin terjadi karena beberapa penghambat belajar misalnya kurang baiknya siswa dalam menyimak pembelajaran sehingga berdampak pula pada kegiatan berbicaranya. Ataupun kurang menariknya media pemebelajaran sehingga motivasi siswa dalam belajar menjadi rendah. Dari latar belakang masalah di atas juga terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, diantaranya sebagai berikut.
4 1. Masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengomentari atau berpendapat tentang persoalan faktual yang diberikan oleh guru. 2. Nilai rata-rata siswa berada dibawah KKM yaitu di bawah 65. 3. Siswa kurang dapat mengembangkan kata-kata dan menyusun kalimat saat memberikan komentar. 4. Siswa belum terbiasa berbicara baik di depan kelas maupun dalam kelompok. 5. Pembelajaran yang monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk menyimak persoalan faktual yang diberikan guru. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara siswa dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual. Diperlukan pula suasana belajar yang lebih menyenangkan agar siswa dapat terangsang keaktifan dan motivasi belajarnya. Strategi pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin, maka dari permasalahan inipun peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di Kelas V SD Negeri 1 Cibogo. Pada model pembelajaran Time Token, siswa diajak untuk memecahkan permasalahan yang ditemui sepanjang kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa juga dilibatkan untuk aktif sehingga keterampilan sosial siswa dapat berkembang sehingga secara keseluruhan siswa tidak ada yang mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan mengkaji dalam suatu penelitian tindakan kelas dengan judul yaitu, Penerapan Model Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah, Bagaimanakah meningkatkan keterampilan kegiatan menyimak dan berbicara siswa khususnya
5 pada pokok bahasan mengomentari persoalan faktual melalui penerapan model pembelajaran Time Token di kelas V SD Negeri 1 Cibogo? Untuk menjawab masalah itu, disusun beberapa pertanyaan penelitian yang mengarahkan pada jawaban terhadap permasalahan utama penelitian itu. 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di kelas V SD Negeri 1 Cibogo? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di kelas V SD Negeri 1 Cibogo? 3. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo khususnya dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Time Token? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal berikut. 1. Mengetahui perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di kelas V SD Negeri 1 Cibogo. 2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dalam pokok bahasan mengomentari persoalan faktual di kelas V SD Negeri 1 Cibogo.
6 3. Mengetahui peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Cibogo khususnya pokok bahasan mengomentari persoalan faktual setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Time Token. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak antara lain sebagai berikut. 1. Bagi Siswa Diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran Time Token dalam meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara ini siswa dapat lebih termotivasi untuk mengembangkan kata-kata atau ide dalam mengomentari persoalan faktual, selain itu juga siswa menjadi berani dan terbiasa untuk berbicara di depan orang banyak baik dalam situasi formal ataupun informal. 2. Bagi Guru a. Memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang sesuai dengan materi Bahasa Indonesia khususnya pada pokok bahasan mengomentari persoalan faktual. b. Memberikan sumbangan pikiran sebagai pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai kajian mahasiswa atau guru dalam meningkatkan hasil belajar melalui metode pembelajaran Time Token. c. Mendorong guru agar dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa memiliki rasa ketertarikan belajar yang tinggi dan siswa dapat menemukan makna dalam proses pembelajaran. E. Hipotesis Tindakan
7 Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak dan Berbicara bagi Siswa Sekolah Dasar yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. "Jika proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam materi mengomentari persoalan faktual menggunakan model pembelajaran Time Token dimungkinkan dapat menumbuhkan ide serta imajinasi siswa dalam mengomentari persoalan faktual lebih baik serta lebih menarik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya". F. Penjelasan Istilah Istilah utama penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara di kelas V SD. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian, maka istilah-istilah dalam judul penelitian ini dijelaskan masing-masing batasannya secara operasional dalam uraian berikut. 1. Model pembelajaran Time Token Model Pembelajaran Time Token adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa karena dalam model pembelajaran ini guru merangsang keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan kupon berbicara, dalam kupon berbicara tersebut terdapat waktu bicara ±30 detik perkupon dan mengharuskan setiap siswa yang memiliki kupon dapat berbicara mengomentari persoalan faktual yang tertera pada kupon sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam kupon itu juga. Dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa secara menyeluruh akan seimbang dan tidak ada yang mendominasi berbicara ataupun diam sama sekali. 2. Keterampilan Menyimak
8 Keterampilan menyimak adalah suatu keterampilan yang didalamnya terdapat kegiatan lebih dari sekedar mendengarkan yaitu lebih memahami apa yang diujarkan seseorang. 3. Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara adalah suatu kegiatan mengungkapkan gagasan atau ide secara lisan setelah melihat atau menyimak suatu hal/persoalan.