BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Poncol dan RSJ Dr Amino

TESIS Untuk Memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-2. Program Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Kesehatan.

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

KERANGKA PEMIKIRAN. Penderita ketergantungan terhadap NAZA sangat sulit untuk pulih secara normal

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

17. Keputusan Menteri...

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

2012, No.1156

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

2 Pecandu Narkotika dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahg

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terus meningkat di negara ini. Berawal dijadikan

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2013, No

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Kebijakan dan Program Kerja Deputi Rehabilitasi

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

Indonesia Nomor 5211); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 9.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang. Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012

KEBIJAKAN NARKOTIKA, PECANDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSKESMAS JAGIR JALAN BENDUL MERISI NO. 1 SURABAYA 12 JUNI JUNI 2017

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA KENDARI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

BAB IV PENUTUP. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. A.Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan, penulis mengambil kesimpulan. sebagai berikut :

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG

3 Badan Narkotika Provinsi Sulut, Op Cit, h.43 4 Pasal 1 angka 16 UU No 35 tahun 2009 tentang

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kementerian Sosial RI

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Narkoba merupakan istilah untuk narkotika, psikotropika, dan bahan

2 Mengingat : 1. c. bahwa Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Yang Dalam Pr

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penyalahgunaan Narkoba meliputi pelayanan rehabilitas medis yaitu dengan pelaksanaan terapi rumatan metadon bisa melalui pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan pecandu narkoba mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi. Pecandu narkoba yang sudah cukup umur juga wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Di Puskesmas Poncol pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon Sudah sesuai dengan Permenkes No 57 tahun 2013 tentang Pedoman penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Metadon, dari segi tim pelaksana sudah terdiri dari dokter, perawat dan apoteker. Dari segi alur penerimaan pasien juga sudah sesuai muali dari tahap penerimaan, tahan inisiasi, tahap stabilisasi dan tahap evaluasi. Tetapi 97

dari segi sarana dan prasarana masih belum sesuai dengan Permenkes No 57 tahun 2013, yaitu masih di gabungnya ruang pemeriksaan dan ruang konseling program terapi dengan pasien layanan umum. Dari segi kompetensi dari pelaksana hanya 1 perawat yang telah mengikuti pelatihan khusus Program Terapi Rumatan Metadon dan itu tidak sesuai dengan Permenkes No 57 tahun 20013 tentang pedoman penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Metadon. Di RSJ Dr Amino Gondohutomo pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon juga Sudah sesuai dengan Permenkes No 57 tahun 2013 tentang Pedoman penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Metadon, dari segi tim pelaksana sudah terdiri dari dokter, perawat dan apoteker dan dilengkapi dengan psikolog. Dari segi alur penerimaan pasien juga sudah sesuai, mulai dari tahap penerimaan, tahan inisiasi, tahap stabilisasi dan tahap evaluasi, dari segi sarana dan prasarana sudah sesuai dengan Permenkes No 57 tahun 2013, yaitu sudah dipisahnya ruang pemeriksaan dan ruang konseling program terapi dengan pasien layanan umum. Dari segi kompetensi dari pelaksana hanya baik dokter maupun perawat pelaksana sudah pernah mengikuti pelatihan khusus Program Terapi Rumatan Metadon dan hal ini sesuai dengan Permenkes No 57 tahun 20013 tentang pedoman penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Metadon. 98

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan korban penyalahgunaan narkoba pada PTRM Pasien yang menjalani Program Terapi Rumatan Metadon mayoritas merupakan pasien yang datang sukarela bukan sebagai pelaksana putusan pengadilan. Pasien yang datang mayoritas diantar oleh keluarganya dengan harapan utama untuk dapat sembuh dari kecanduan narkoba. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal: pengetahuan, pendidikan dan motivasi untuk kembali hidup normal dan lepas dari kecanduan narkoba. Faktor eksternal: dukungan keluarga, peran LSM maupun masyarakat dan biaya menikuti Program Terapi Rumatan Metadon. B. Saran 1. Pemerintah kota Semarang Masukan buat Pemerintah Kota Semarang dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk melakukan monitoring evaluasi terhadap pelayanan rehabilitas medis baik di Puskemas maupun di RsJ Dr Amino Gondohutomo. 2. RSJ Dr Amino Gondohutomo a. Melakukan kegiatan sosialiasi Peraturan Bersama kepada masyarakat agar penyalahgunaan narkoba atau pecandu narkoba secara sukarela melaporkan dirinya ke Institusi 99

penerima wajib lapor seperti Rumah sakit dan Puskesmas yang menjalani program rehabilitas medis. b. Meningkatkan pelayanan terapi rumatan metadon dengan terus mewajibkan pelaksana program terapi untuk mengikuti pelatihan dan seminar tentang rehabilitas medis. c. Membuat suatu kegiatan di RSJ para peserta rehabilitas seperti kegiatan membuat suatu karya yang bermanfaat guna untuk mengajarkan mereka ke hal yang lebih positif. 3. Puskesmas Poncol a. Meningkatkan sarana dan prasarana yang membendakan ruang konsul buat pasien Program Terapi Rumatan Metadon denga Pasein Umum. b. Meningkatkan SDM dengan mengikuti berbagai pelatihan dan seminar-seminar terbaru tentang pelaksanaan pelayanan terapi rumatan metadon. c. Meningkatkan dukungan bagi pasien untuk tidak menggunakan narkoba kembali. 4. Pasien Program Terapi Rumatan Metadon a. Bagi pasien agar tetap melanjutkan mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon sebagai terapi pemulihan diri dari ketergantungan narkoba 100

b. Para pasien untuk tidak terpengaruh atau terpancing pergaulan dan lingkungan yang mendorong untuk kembali menggunakan narkoba. c. Para pasien yang sudah mengikuti program sebaiknya saling memberikan motivasi kepada pasien lain untuk terus mengikuti program sampai sembuh dan terlepas dari kecandun narkoba. 101