IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN HASIL KEDELAI PADA BEBERAPA POLA TANAM DI KAWASAN HUTAN JATI MUDA

dokumen-dokumen yang mirip
SOSIALISASI DAN GELAR TEKNOLOGI BUDI DAYA KEDELAI DI KAWASAN HUTAN DI JAWA TENGAH

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

Teknologi Produksi Kedelai

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) KEDELAI

Pedoman Umum. PTT Kedelai

PENGARUH PENGGUNAAN MULSA JERAMI TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA DAN HASIL PADA DUA VARIETAS KEDELAI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

Pedoman Umum. PTT Kedelai. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

ANALISIS INFEKSI Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) TERHADAP TANAMAN KEDELAI Glycine max DENGAN MENGGUNAKAN UJI ELISA

(PTT) KEDELAI PETUNJUK TEKNIS

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

Introduksi Varietas Kedelai Mendukung Program Peningkatan Produksi Menuju Swasembada Kedelai di Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

PERAN PTT DALAM PENINGKATAN ADOPSI TEKNOLOGI PRODUKSI KEDELAI DI NTB

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Kedelai dapat dikonsumsi langsung atau dalam bentuk olahan seperti

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5

Peluang Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Sawah

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

Teknologi Budidaya Kedelai

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS KACANG HIJAU SEBAGAI TANAMAN SELA DI ANTARA KELAPA PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT PROVINSI JAMBI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI TERHADAP TANAMAN PADI DAN JAGUNG

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

PELUANG AGRIBISNIS BENIH JAGUNG KOMPOSIT DI JAWA TENGAH

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai

PERSEPSI PETANI KABUPATEN BANTUL DI YOGYAKARTA TERHADAP VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN PENERAPAN PTT

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUH PERTANIAN ACEH BEKERJA SAMA DENGAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NAD 2009

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI LAHAN KERING MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN

KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Transkripsi:

IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN HASIL KEDELAI PADA BEBERAPA POLA TANAM DI KAWASAN HUTAN JATI MUDA Bambang Prayudi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah ABSTRAK Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi kedelai dengan kontribusi sebesar 14,2% terhadap produksi nasional, sehingga diharapkan dapat berperan dalam memenuhi target produksi nasional menuju swasembada kedelai 2014. Dalam upaya perluasan areal tanam, lahan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dengan tegakan jati muda berpeluang dan terbukti dapat menjadi sumber pertumbuhan baru kedelai. Salah satu kendala yang masih membelit petani kedelai adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Untuk dapat mengelola OPT utama kedelai di kawasan hutan jati muda dengan baik, telah dilaksanakan pengkajian identifikasi dan mengukur intansitas serangan OPT pada beberapa pola tanam di lahan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Telawa, pada Febtuari Juli 2012, menggunakan varietas Grobogan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jenis OPT utama kedelai pada lahan yang baru dimanfaatkan untuk kedelai berbeda dengan yang telah lama diusahakan untuk padi gogo maupun jagung. OPT utama kedelai yang ditanam di lahan yang baru dimanfaatkan adalah belalang (Locusta sp.) dan ulat grayak (Spodoptera litura); pada lahan setelah padi gogo adalah kepik hijau (Nezara viridula), penggerek polong (Etiella zinckenella), dan virus mosaik kedelai; dan pada lahan setelah jagung adalah penggerek polong (E. zinckenella) dan virus mosaik kedelai. Kehilangan hasil kedelai akibat serangan OPT mencapai 58,6 61,0%. Keberhasilan pengelolaan OPT kedelai di kawasan hutan jati muda memerlukan upaya identifikasi OPT secara akurat, pemantauan perkembangan OPT secara rutin, taktik pengendalian yang komprehensif dan komplementer, dan partisipasi aktif petani. Kata kunci: hutan jati muda, kedelai, OPT ABSTRACT Identification of crop pests attack and soybean yields on several cropping patterns in young teak forests. Central Java is one of the central areas of soybean production with about 14.2% contribution of the national soybean production, which is expected to play a role in national targets towards self-sufficiency in soybean production in 2014. In the expansion of planting area, Perum Perhutani Unit I Central Java s land with young teak stands have a chance and proved to be a source of soybean new growth. One of the main obstacles still twisted soybean farmers are crop pests attack. To manage the major pest of soybean in young teak forests properly, identification and assessment has been carried out to measure pest attacks intencity on some cropping patterns in Forest Management Unit (FMU) Telawa, on Februari up to July 2012, using a Grobogan variety. The study showed that the major pests of soybean in the new land which has been used in contrast to long cultivated upland rice and maize. Major pest of soybeans grown in the new land are locust (Locusta sp.) and armyworms (Spodoptera litura); on land after upland rice are green ladybugs (Nezara viridula), pod borer (Etiella zinckenella) and soybean mosaic virus; and the field after maize are pod borer (E. zinckenella) and soybean mosaic virus. Soybean yield losses due to pests attack reach 58.6 to 61.0%. For the successful management of soybean pests in young teak forests requires effort to identify the pest accurately, pest monitoring developments on a regular basis, as well as comprehensive control tactics and complementary to each other, as well as the active Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 215

participation of farmers. Keywords: young teak forests, soybean, crop pests attack PENDAHULUAN Sumbangan kedelai dalam penyediaan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi cukup besar, karena mengandung protein nabati tinggi dan asam amino yang lebih lengkap dari bahan pangan lainnya. Kedelai merupakan bahan utama tempe, tahu, kecap, susu kedelai, dan tauco. Karena itu konsumsi kedelai di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan per kapita, dan kesadaran masyarakat akan nilai gizi makanan (Badan Litbang Pertanian 2007). Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi kedelai dengan kontribusi 14,2% terhadap produksi nasional, sehingga diharapkan dapat berperan dalam memenuhi target produksi nasional menuju swasembada kedelai 2014. Sejak tahun 2008, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah telah melakukan upaya peningkatan produksi kedelai, antara lain melalui program percepatan penerapan peningkatan mutu intensifikasi (PMI) dan pengelolaan tanaman terpadu (PTT), mendorong optimalisasi pemanfaatan lahan, perluasan areal tanam, pengembangan penangkar dan produsen benih kedelai, serta memantapkan sistem jaringan benih antarlapang (Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah 2008). Namun peningkatan produksi dapat mengimbangi peningkatan laju permintaan. Upaya pengembangan kedelai yang lebih nyata diarahkan melalui peningkatan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal tanam dilakukan melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) di lahan sawah irigasi dan tadah hujan, lahan kering yang diberakan dengan sistem monokultur maupun tumpangsari, areal tanam perkebunan, dan hutan yang belum menghasilkan (tegakan muda), sementara upaya peningkatan produktivitas dilakukan melalui penggunaan varietas unggul bermutu serta budidaya kedelai yang baik dan benar. Upaya perluasan areal dan peningkatan produktivitas dihadapkan pada rendahnya nilai kompetitif kedelai dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya, terlebih pada lahan sawah irigasi, tadah hujan, dan lahan kering (Prasetyo 2011). Salah satu terobosan peningkatan areal kedelai adalah di areal hutan Perum Perhutani yang dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Potensi lahan untuk pengembangan tanaman pangan termasuk kedelai di areal hutan perhutani Jawa Tengah seluas 108.451 ha (Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 2011). Sebagai sarana untuk mendiseminasikan inovasi teknologi budidaya kedelai di kawasan hutan, Adhie et al. (2011) dan Prayudi et al. (2012) menyatakan bahwa gelar teknologi budidaya kedelai di kawasan hutan jati muda di Ngawi dan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Telawa memberikan hasil yang baik. Kendala utama bagi petani kedelai di kawasan hutan jati muda yang masih memerlukan pendampingan yang intensif adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Dari hasil pengamatan pendahuluan diperoleh informasi bahwa jenis dan intensitas serangan OPT kedelai berbeda antar kawasan, terutama kawasan yang baru dimanfaatkan untuk ditanami kedelai, dibandingkan dengan kawasan yang sudah biasa ditanami padi gogo atau jagung. Dengan informasi pendahuluan tersebut, telah dilaksanakan pengkajian yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan intensitas serangan OPT pada pertana- 216 Prayudi: OPT, hasil kedelai pada pola tanam di kawasan hutan jati muda

man kedelai, dan hasil yang dicapai pada beberapa pola tanam di kawasan hutan jati muda. METODOLOGI Pengkajian identifikasi OPT kedelai (khususnya varietas Grobogan) dilaksanakan dalam Wilayah KPH Telawa dengan tegakan jati muda (2 3 tahun), di Desa Guwo dan Bodeh, pada Februari Juli 2012. Pengamatan OPT kedelai dilakukan pada lahan dengan kondisi sebagai berikut: (a) baru pertama kali dimanfaatkan dan ditanami kedelai, (b) ditanam setelah padi gogo, dan (c) ditanam setelah jagung, masing masing pada petak seluas 100 m 2, dengan dua ulangan. Pertanaman kedelai tersebut tidak dikendalikan dari serangan OPT, dan ditanam agak terpisah dengan pertanaman petani lainnya. Jenis OPT yang ada selama pertumbuhan tanaman diinventarisasi dan diidentifikasi (Kalshoven 1981, Puslitbangtan 1990, Semangun 1991, Tengkano dan Soehardjan 1993, Soedjadi et al. 1993, Marwoto et al. 2006). Selanjutnya ditentukan intensitas serangan setiap OPT yang ada, dengan rumus sebagai berikut. 1. Apabila OPT mengakibatkan kematian tanaman dipakai rumus a IS = X 100% b di mana IS : intensitas serangan OPT, a : Jumlah tanaman yang terserang, b : Jumlah tanaman yang diamati 2. Apabila OPT mengakibatkan kerusakan sebagian tanaman, terlebih dulu dilakukan skoring tingkat kerusakan dari tidak ada serangan sampai kerusakan paling berat, selanjutnya digunakan rumus: (ni x vi) IS = - x 100% N x V di mana IS : intensitas serangan OPT ni : Jumlah tanaman dengan skor i vi : Nilai skor pada tanaman ke-i N : Jumlah Tanaman yang diamati V : Nilai skor tertinggi Besarnya kehilangan hasil tanaman kedelai pada masing-masing pola tanam akibat serangan OPT ditentukan dengan membandingkan hasil yang dicapai pada petak yang dikendalikan dari serangan OPT dan petak yang tidak dikendalikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Intensitas Serangan OPT Kedelai Hasil pengkajian menunjukkan telah diidentifikasi 13 jenis OPT pada tanaman kedelai yang diusahakan di kawasan hutan jati muda. Pada Tabel 1 terlihat bahwa keberadaan OPT pada lahan yang baru dimanfaatkan berbeda dengan lahan yang telah dimanfaatkan untuk kedelai untuk usahatani padi gogo atau jagung. Pada lahan yang baru diman- Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 217

faatkan untuk kedelai tidak ditemukan lalat bibit (O. phaseoli) dan kutu kebul (B. tabaci), tetapi serangga belalang (Locusta sp.) merupakan hama yang dominan, diikuti oleh ulat grayak (S. litura). Fakta tersebut memberikan indikasi bahwa belalang maupun ulat grayak yang bersifat polifag telah eksis di kawasan hutan sebelum kedelai diusahakan. Kedua jenis OPT tersebut mampu bertahan hidup dengan vegetasi yang tumbuh di bawah tegakan jati muda. Sementara sembilan jenis OPT lainnya menunjukkan intensitas serangan relatif sama dan merupakan OPT yang potensial berkembang pada pertanaman kedelai yang akan datang. Pada pertanaman kedelai setelah padi gogo, OPT yang dominan adalah virus mosaik kedelai, kepik hijau (N. viridula), dan penggerek polong (E. zinckenella), diikuti oleh layu kecambah (R. solani), Aphis (A. glycines), dan ulat penggulung daun (L. indicata). Tujuh jenis OPT lainnya menunjukkan intensitas serangan yang relatif sama. Virus mosaik kedelai berkembang pesat karena patogen dapat menular melalui biji dan ditularkan oleh A. glycines (Puslitbangtan 1990, Semangun 1991, Soejadi et al. 1993). Kepik hijau juga merupakan OPT yang dominan karena kepik hijau dapat berkembang dengan baik pada tanaman padi gogo. Ketidakcermatan mengantisipasi kepik hijau pada padi gogo berakibat tingginya intensitas serangan hama ini pada kedelai. Tabel 1. Jenis OPT Jenis dan intensitas serangan organisme pengganggu tanaman kedelai varietas Grobogan pada beberapa pola tanam di kawasan hutan dengan tegakan jati muda. Telawa, 2012. Baru dimanfaatkan Intensitas serangan pada pola tanam Setelah padi gogo Setelah jagung Lalat bibit (Ophiomya phaseoli) - * * Layu kecambah (Rhizoctonia solani) * ** ** Aphis (Aphis glycines) * ** ** Kutu kebul (Bemisia tabaci) - * * Karat daun (Phakopsora pachirrhyzi) * * * Belalang (Locusta sp.) *** * ** Ulat grayak (Spodoptera litura) ** * * Ulat penggulung daun (Lamprosema indicata) * ** ** Pustul bakteri (Xanthomonas axonopodis) * * * Virus mosaik kedelai (Virus) * *** *** Kepik polong (Riptortus linearis) * * * Kepik hijau (Nezara viridula) * *** ** Penggerek polong (Etiella zinckenella) * *** *** -) tidak ditemukan, *) intensitas serangan <1 10%, **) intensitas serangan >10 25%, ***) intensitas serangan >25 50%. Penggerek polong juga merupakan OPT dominan. Hal ini disebabkan pada saat berusahatani padi gogo, petani juga menanam kacang tanah dan kacang panjang yang juga merupakan inang penggerek polong kedelai. Umumnya petani tidak pernah melakukan pengendalian OPT tersebut pada kacang tanah maupun kacang panjang, sehingga OPT berkembang lebih lanjut pada tanaman kedelai. Layu kecambah (R. solani) merupakan penyakit yang potensial berkembang lebih lanjut. Hal ini disebabkan patogen dapat berkembang pada pelepah daun padi gogo. Apabila jerami padi gogo yang terdapat patogen 218 Prayudi: OPT, hasil kedelai pada pola tanam di kawasan hutan jati muda

dimanfaatkan untuk mulsa kedelai, besar kemungkinan patogen menular dari jerami padi ke kedelai, seperti yang dilaporkan Prayudi et al. (2002). Pada pertanaman kedelai setelah jagung, OPT yang dominan adalah virus mosaik kedelai dan penggerek polong (E. zinckenella), diikuti oleh layu kecambah (R.solani), Aphis (A. glycines), belalang (Locusta sp.), ulat penggulung daun (L. indicata), dan kepik hijau (N. viridula). Virus mosaik kedelai berkembang pesat karena patogen dapat menular melalui biji, dan ditularkan oleh A. glycine. Penggerek polong juga merupakan OPT dominan. Hal ini disebabkan pada saat melakukan usahatani jagung, petani juga menanam secara selingan kacang tanah dan kacang panjang yang juga merupakan inang penggerek polong kedelai. Umumnya petani tidak pernah melakukan pengendalian OPT tersebut pada kacang tanah maupun kacang panjang, sehingga OPT berkembang lebih lanjut pada tanaman kedelai. Layu kecambah (R. solani) merupakan penyakit yang potensial untuk dapat berkembang lebih lanjut. Hal ini disebabkan patogen dapat berkembang pada pelepah daun jagung bahkan sampai pada tongkol. Apabila jerami jagung yang terdapat patogen dimanfaatkan untuk mulsa kedelai, besar kemungkinan patogen menular dari jerami jagung ke kedelai. Hasil Kedelai Hasil kedelai pada petak yang tidak dikendalikan dengan petak yang dikendalikan dari OPT disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kehilangan hasil kedelai varietas Grobogan akibat serangan OPT di kawasan hutan jati muda. Telawa, 2012. Pola tanam Hasil kedelai (t/ha) Kehilangan hasil kedelai Dikendalikan Tidak dikendalikan akibat serangan OPT (t/ha) Baru dimanfaatkan 1,28 0,53 0,75 (58,6%) Setelah padi gogo 1,62 0,64 0,98 (60,5%) Setelah jagung 1,54 0,60 0,94 (61,0%) Dari data tersebut diperoleh informasi bahwa kehilangan hasil akibat serangan 13 jenis OPT cukup besar (58,6 61,0%). Hal ini terutama disebabkan oleh kerusakan tanaman, terutama daun dan polong (biji), bahkan tanaman mati. Soekarna dan Harnoto (1993) menyatakan bahwa kerusakan daun yang parah mengakibatkan tanaman tidak mampu melakukan fungsi fisiologi dengan maksimal, bahkan terhenti melakukan berfotosintesis proses pengisian polong terhenti. Biji yang rusak dan tidak menarik menyebabkan harganya rendah di pasaran. Pengendalian OPT utama dilaksanakan dengan menggunakan karbosulfan 25,5% sebagai perawatan benih untuk mengendalikan hama lalat bibit. Penyemprotan satu kali sipermetrin 15 g/l bertujuan untuk mengendalikan hama perusak daun, dan dua kali penyemprotan deltametrin 25 g/l untuk mengendalikan hama perusak polong, sesuai dengan anjuran Marwoto et al. (2006). Untuk antisipasi OPT pada usahatani kedelai selanjutnya, diperlukan strategi pengendalian yang komprehensif dan ramah lingkungan. KESIMPULAN Jenis dan intensitas serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) utama kedelai yang diusahakan di kawasan hutan jati muda pada lahan yang baru dimanfaatkan untuk kedelai berbeda dengan yang telah lama diusahakan dengan padi gogo maupun jagung. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 219

Pengendalian OPT untuk mempertahankan stabilitas hasil kedelai di kawasan hutan jati muda cukup efektif dengan mengaplikasikan insektisida berbahan aktif karbosulfan 25,5%, beta sipermetrin 15 g/l, dan deltametrin 25 g/l sesuai jenis OPT sasaran. SARAN Keberhasilan pengelolaan OPT kedelai di kawasan hutan jati muda memerlukan identifikasi OPT secara akurat, pemantauan perkembangan OPT secara rutin, dan taktik pengendalian yang komprehensif dan komplementer, serta partisipasi aktif petani. DAFTAR PUSTAKA Adhie, M., Marwoto, T. Sundari, G. Wahyu, A. Inayati, A. Taufik, C. Prahoro, E. Marsudi, J.S. Utomo dan A. Musaddad. (2011). Sosialisasi dan Gelar Teknologi Budidaya Mendukung Pencanangan Tanam Perdana Kedelai di Kawasan Hutan Jati. Laporan Kegiatan. Balikabi, Malang. 37 p. Badan Litbang Pertanian, 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah. 2008. Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah 2008 20013. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Ungaran. Kalshoven, L.G.E. 1981. The pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. Marwoto; S. Hardaningsih, dan A. Taufik. 2006. Hama, Penyakit, dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai. Identifikasi dan Pengendaliannya. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. 67 p. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 2011. Laporan Tahunan Perum Perhutani Jawa Tengah Tahun 2011. Semarang. 293 p. Prasetyo, T. 2011. Manajemen Usaha Tani Kedelai Berwawasan Agribisnis. Makalah pada Semiloka Nasional 14 Juli 2011. Dukungan untuk Pemberdayaan Petani dalam Pengembangan Agribisnis Pedesaan. Semarang. 10 p. Prayudi, B. (2002). Efek Dosis Trichoderma harzianum dalam Pengendalian Penyakit Layu Semai terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Rawa. pp: 165 171. Dalam Prayudi. B., A. Jumberi, M. Sarwani, I. Noor (Ed.) Prosiding Seminar Nasional Pertanian Lahan Kering dan Lahan Rawa. Banjarbaru. Prayudi, B., T. Sudaryono, Suprapto, T. Prasetyo, A. Hermawan, dan Yulianto. (2012). Sosialisasi dan Gelar Teknologi Budidaya Kedelai di Kawasan Hutan Jati Muda di Jawa Tengah. Laporan Hasil Kegiatan BPTP Jawa Tengah, Ungaran. 42 p. Puslitbang Tanaman Pangan. 1990. Petunjuk Bergambar untuk Identifikasi Hama dan Penyakit Kedelai di Indonesia. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. 115 p. Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada Univ. Press. 449 p. Soedjadi, M., M. Amir., dan R. Martoatmodjo. 1993. Penyakit Kedelai dan Penanggulangannya. pp: 331 356. Dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung, Yuswadi. (Ed.). Kedelai. Cetakan kedua. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Soekarna, D. dan Harnoto. 1993. Pengendalian Hama Kedelai. hlm 319 330. Dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung, Yuswadi. (Ed.). Kedelai. Cetakan kedua. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Tengkano, W dan M. Soehardjan. 1993. Jenis Hama Utama pada Berbagai Fase Pertumbuhan Tanaman Kedelai. hlm 295 318. Dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung, Yuswadi. (Ed.). Kedelai. Cetakan kedua. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. 220 Prayudi: OPT, hasil kedelai pada pola tanam di kawasan hutan jati muda