BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

KERANGKA PEMIKIRAN III.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB II KAJAIN PUSTAKA. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang (Kasmir, 2002:23). Bank adalah merupakan salah satu badan usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.

DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehari-hari yang menuntut masyarakat untuk menggunakan jasa-jasa bank. Para

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kabupaten kota. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1993 Pasal 1

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank 1. Pengertian Bank Terdapat banyak pengertian bank, salah satunya menurut Undang- Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian bank menurut (Subagio, dkk) dalam bukunya Latumaerissa (2011:135), bank adalah suatu badan usaha yang kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan/atau pihak lainnya, kemudian mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Raharjo (2009:1), bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dari pihak suatu proses masyarakat individu atau kelompok untuk memperoleh apa yang mereka perlukan dan inginkan melalui menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk dan jasa berharga dengan orang lain. Dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara lebih luas bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan (Kasmir, 2008:25). Bank tidak semata-mata berorientasi pada keuntungan saja,

melainkan lebih menekankan pada peningkatan taraf hidup orang banyak. Bank memberikan pelayanan jasa dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang kebutuhan nasabahnya. 2. Pengertian Bank Syariah Pengertian bank syariah menurut Undang-Undang RI Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Menurut Sudarsono (2003:27), bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya. Menurut Manurung (2004:222), bank syariah adalah bank yang menjalankan fungsi intermediasinya berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank syariah merupakan salah satu lembaga keuangan dari beberapa lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Menurut Mangani (2009:34), bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain dalam penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha. Menurut Budisantoso dan Sigit (2006:153), bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam

rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah hukum Islam yang bersumber dari Al Qura an dan Al Hadist. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan perintah dan larangan dalam Al Qur an dan Sunnah Rasul Muhammad SAW. 3. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensinal Menurut Budisantoso dan Sigit (2006:157), secara ringkas perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensonal Bank Syariah Bank Konvensional 1 Berinvestasi pada usaha yang halal Bebas nilai 2 Atas dasar bagi hasil, margin keuntungan dan fee 3 Besaran bagi hasil berubah-ubah tergantung kinerja usaha Sistem Bunga Besarannya tetap 4 Profit dan falah oriented Profit oriented 5 Pola hubungan kemitraan Hubungan debitur-kreditur 6 Ada Dewan pengawas Syaraiah Tidak ada lembaga sejenis Sumber: Budisantoso, Totok dan Sigit Triandu. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat 4. Jenis-jenis Bank Menurut Kasmir (2008:34), perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi bank, segi kepemilikan bank, segi status dan segi penentuan

harga. Dari segi fungsi, perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Dari segi kepemilikan bank, dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya. Dari segi status, perbedaan dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka layani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu. Sedangkan dari segi penentuan harga, jenis perbankan dibagi ke dalam caranya menentukan harga jual dan harga beli. Jenis perbankan tersebut yaitu : a. Dilihat dari Segi Fungsinya Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari : 1) Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensioanal dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut : 1) Bank milik pemerintah Baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah.

2) Bank milik swasta nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. 3) Bank milik koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. 4) Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. 5) Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. c. Dilihat dari Segi Status Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi dalam dua macam yaitu berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status yang dimaksud adalah sebagi berikut : 1) Bank devisa Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara kesuluruhan.

2) Bank non devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga 1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu : a) Menetapkan bunga sebagi harga (spread based). b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase (fee based). 2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga menggunakan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut : a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah). c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).

d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). e) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga menentukan biaya sesuai syariah Islam. B. Pembiayaan dan Kredit 1. Pengertian Pembiayaan Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Menurut Sholahuddin dan Lukman (2008:135), pembiayaan adalah pembiayaan yang menggunakan prinsip syariah, transparasi yang penuh tanggung jawab serta jujur dalam bertransaksi. Pembiayaan syariah menggunakan kerangka hukum positif yang berlaku namun tetap dalam bingkai syariah. Sedangkan menurut Antonio (2001:160), pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk mendukung investasi yang telah direncanakan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 2. Pengertian Kredit Kata kredit berasal dari kata Credere yang artinya Percaya. Pemberian kredit kepada debitur berdasarkan atas kepercayaan. Bank percaya bahwa kredit yang telah diberikan kepada debitur akan dapat dikembalikan di kemudian hari pada saat jatuh tempo kredit, sesuai dengan kondisi yang tertulis dalam perjanjian kredit. Dengan demikian istilah kredit mempunyai arti yang khusus, yaitu meminjamkan uang. Dasar dari kredit adalah kepercayaan, oleh karena itu apabila seorang sudah mendapat kredit berarti dia telah memperoleh kepercayaan. Menurut Mulyono (1993:9), pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam praktek sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Menurut Suyatno, dkk (1988:44), pinjaman yang diberikan (kredit) ialah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan lain pihak dalam hal, pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 3. Unsur Kredit Menurut Kasmir (2008:98), adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit yang diberikan adalah sebagai berikut : a. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan yang diberikan oleh bank dimana sebelumnya telah dilakukan analisis terhadap nasabah dalam memberikan kredit baik secara intern maupun eksteren. b. Kesepakatan Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pihak bank dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.

c. Jangka waktu Setiap kredit yang dberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu pendek, jangka menengah atau jangka panjang. d. Risiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja. e. Balas jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 4. Tujuan Kredit Pemberian kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Menurut Kasmir (2008:100), tujuan utama suatu pemberian kredit adalah sebagai berikut :

a. Mencari keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga untuk bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah. b. Membantu usaha nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu nasabah yang memerlukan dana. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. c. Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan maka akan semakin baik, mengingat semakin banyak kredit disalurkan berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. 5. Fungsi Kredit Di samping tujuan dalam pemberian kredit, pemberian kredit juga memiliki fungsi sebagai berikut : a. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang dan jasa oleh penerima kredit. b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

c. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. d. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit juga dapat membantu dalam mengekspor barang dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara. f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi debitur tentu akan dapat meningkatkan kegiatan berusaha, apalagi bagi debitur yang memang modalnya pas-pasan. g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yag disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. h. Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasioanal akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.

Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya. 6. Prinsip-prinsip pemberian kredit Bank dalam memberikan kredit kepada masyarakat harus percaya dan yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Kepercayaan dan keyakinan tersebut diperoleh dari hasil analisis kredit sebelum kredit tersebut diberikan atau disalurkan. Untuk mengetahui dan menentukan bahwa seseorang dipercaya untuk menerima kredit, kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P. Menurut Sutarno (2009:93), analisis dengan 5 C adalah sebagai berikut: a. Character (watak) Watak atau (character) adalah sifat dasar yang ada dalam hati seseorang. Watak dapat berupa baik atau jelek bahkan ada yang terletak diantara baik dan jelek. Watak merupakan pertimbangan untuk mengetahui risiko. Oleh karena itu seorang analis perlu menyelidiki dan mencari informasi tentang asal-usul kehidupan pribadi pemohon kredit. b. Capital (modal) Seseorang atau badan usaha yang akan mengajukan permohonan kredit harus memiliki modal, besarnya modal yang dimiliki pemohon kredit dapat dicermati dari laporan keuangannya. c. Capacity (kemampuan) Untuk dapat memenuhi kewajiban pembayaran debitur harus memiliki kemampuan yang memadahi yang berasal dari pendapatan pribadi atau

pendapatan perusahaan. Seorang analis harus mampu menganalisa kemampuan debitur untuk membayar kembali hutangnya. d. Collateral (jaminan) Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna menjamin kepastian pelunasan hutang jika dikemudian hari debitur tidak melunasi hutangnya dengan jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari penjualan. e. Condition of ekonomi (kondisi ekonomi) Kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu dimana kredit itu diberikan oleh bank kepada pemohon. Menurut Kasmir (2008:108), penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut : a. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. b. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. c. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

d. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. e. Payment Yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. f. Profitability Untuk menganilisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat dengan adanya tambahan kredit yang akan diperoleh nasabah. g. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. 7. Jenis-jenis kredit Kasmir (2008:103), secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut : a. Dilihat dari segi kegunaan 1) Kredit investasi Digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.

2) Kredit modal kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. b. Dilihat dari segi tujuan kredit 1) Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit jenis ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. 2) Kredit konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi atau badan usaha. 3) Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. c. Dilihat dari segi jangka waktu 1) Kredit jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun. 2) Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun. 3) Kredit jangka panjang Kredit yang jangka waktu pengembaliannya diatas 3 atau 5 tahun.

d. Dilihat dari segi jaminan 1) Kredit dengan jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. 2) Kredit tanpa jaminan Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur. e. Dilihat dari sektor usaha 1) Kredit pertanian Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. 2) Kredit peternakan Merupakan kredit untuk membiayai peternakan dan biasanya untuk jangka pendek. 3) Kredit industri Merupakan kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar. 4) Kredit pertambangan Merupakan kredit untuk membiayai jenis usaha tambang yang biasanya jangka panjang.

5) Kredit pendidikan Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat berupa kredit untuk para mahasiswa. 6) Kredit profesi Merupakan kredit yang diberikan kepada profesioanal. 7) Kredit perumahan Merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. 8. Pengawasan Kredit Dalam mendukung pemberian kredit yang sehat dan penerapan unsur pengendalian intern dalam kegiatan perkreditan, bank dituntut melakukan pengawasan atas tahap-tahap proses pemberian kredit yang dilakukannya. Pengawasan kredit merupakan tahap lebih lanjut dari proses pemberian kredit dan merupakan upaya agar kredit yang telah dicairkan tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:268), pengawasan kredit adalah kegiatan pengawasan/monitoring terhadap tahap-tahap proses pemberian kredit, pejabat kredit yang melakukan proses pemberian kredit serta fasilitas kreditnya. C. Pembiayaan bermasalah 1. Pengertian Pembiayaan bermasalah

Dalam hal pembiayaan ada nasabah yang tidak dapat mengembalikan pembiayaan kepada bank yang telah meminjamkannya. Akibat nasabah telat dalam membayar pinjamannya dan tidak membayar lunas utangnya, maka terjadi pembiayaan terhenti dan bermasalah. Untuk mengatasi pembiayaan macet atau pembiayaan bermasalah pihak bank melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, diantaranya : a. Menurut Supramono (1996:131), pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas pembiayaan pada bank tepat pada waktunya. b. Menurut Widjanarto (1997:41), pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang tidak dapat atau berpotensi untuk tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba, tanpa menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala lebih dahulu. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajiban terhadap bank yang telah disepakati oleh kedua pihak yaitu pihak bank dan nasabah sehingga terdapat tunggakan pembiayaan. 2. Kolektibilitas kredit Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut :

a. Lancar (pas) Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila : 1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu. 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif. 3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). b. Dalam perhatian khusus (special mention) Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari. 2) Kadang-kadang terjadi cerukan. 3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. 4) Mutasi rekening reklatif aktif. 5) Didukung dengan pinjaman baru. c. Kurang lancar (substandard) Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya : 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari. 2) Sering terjadi cerukan. 3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari. 4) Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah. 5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.

6) Dokumen pinjaman yang lemah. d. Diragukan (doubtful) Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya : 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari. 2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen. 3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari. 4) Terjadi kapitalisasi bunga. 5) Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. e. Macet (loss) Dikatakan macet apabila kriteria antara lain : 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari. 2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru. 3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar. 3. Penyelamatan Kredit Bermasalah Menurut Sutarno (2009:266), untuk mengatasi kredit bermasalah dan menghindarkan kerugian yang besar di perbankan, Bank Indonesia mengeluarkan petunjuk dan pedoman tentang tata cara penyelamatan kredit melalui retrukturisasi kredit bermasalah dengan Surat Direksi Bank Indonesia nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998. Fasilitas atau kebijakan yang dapat digunakan untuk melakukan restrukturisasi kredit

bermasalah menurut Keputusan Direksi Bank Indonesia tersebut diatas antara lain: a. Penurunan Suku Bunga Kredit Merupakan salah satu bentuk restrukturisasi yang bertujuan memberikan keringanan kepada debitur sehingga dengan penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur setiap tanggal pembayaran menjadi lebih kecil. b. Pengurangan Tunggakan Bunga Kredit Adalah pengurangan tunggakan bunga dan atau denda dalam rangka pelunasan pembiayaan bermasalah. c. Pengurangan Tunggakan Pokok Kredit Adalah sejumlah pinjaman uang yang diberikan bank kepada debitur. d. Perpanjangan Jangka Waktu Kredit Merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan memperingan debitur untuk mengembalikan hutangnya. e. Penambahan Fasilitas Kredit Merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan agar usaha debitur akan berjalan kembali dan berkembang dengan penambahan fasilitas kredit. f. Pengambilan Alih Agunan/Aset Debitur Pengambil alihan aset debitur dalam hukum dapat disebut dengan kompensasi atau penjumpaan hutang. Agunan kredit yang diambil alih bank dibayar dengan menggunakan kredit yang tertunggak.

g. Jaminan Kredit Dibeli oleh Bank Untuk menyelamatkan kredit bank dapat membeli agunan melalui penjualan umum atau lelang. h. Konversi Kredit Menjadi Modal Sementara dan Pemilikan Saham Sejumlah nilai kredit dikonversikan menjadi saham pada perusahaan debitur atau Dept Equity Swap. i. Novasi (Pembaharuan hutang) Merupakan suatu perjanjian baru yang menghapuskan perjanjian lama dan pada saat yang sama memunculkan perjanjian baru. j. Subrogasi Merupakan penggantian hak-hak si berpiutang atau kreditur oleh seorang pihak ketiga yang telah membayar atas hutang si berhutang/debitur kepada si berpiutang/kreditur. D. Restrukturisasi 1. Pengertian Restrukturisasi Pembiayaan Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya. Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.

Sedangkan retrukturisasi kredit menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 adalah upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya. Jadi tujuan restrukturisasi kredit adalah: a. Untuk menghindari kerugian bagi bank karena bank harus menjaga kualitas kredit yang telah diberikan. b. Untuk membantu memperingan kewajiban debitur sehingga dengan keringanan ini debitur mempunyai kemampuan untuk melanjutkan kembali usahanya. c. Dengan restrukturisasi maka penyelesaian kredit melalui lembagalembaga hukum dapat dihindarkan karena penyelesaian melalui lembaga hukum dalam prakteknya memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit dan hasilnya lebih rendah dari piutang yang ditagih. Dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 10/18/PBI 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, bank dilarang melakukan restrukturisasi pembiayaan dengan tujuan untuk menghindari: a. Penurunan penggolongan kualitas pembiayaan; b. Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) yang lebih besar; atau c. Penghentian pengakuan pendapatan margin atau ujrah secara akrual. Restrukturisasi pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan b. Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi. Menurut Latumaerissa (2011:345), bank dapat melaksanakan restrukturisasi pembiayaan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Bank wajiib menjaga dan mengambil langkah-langkah agar kualitas pembiayaan setelah direstrukturisasi dalam keadaan lancar. Restrukturisasi pembiayaan wajib didukung dengan analisis dan bukti-bukti yang memadai serta terdokumentasi dengan baik. Restrukturisasi pembiayaan dapat dilakukan paling banyak 3 kali dalam jangka waktu akad pembiayaan awal. Restrukturisasi pembiayaan terhadap nasabah yang memiliki beberapa fasilitas pembiayaan dari bank, dapat dilakukan terhadap masing-masing pembiayaan. Restrukturisasi dapat dilakukan dalam berbagai cara, serta dapat dilakukan pada saat kredit belum termasuk kriteria Non Performing Loan. Restrukturisasi kredit bertujuan untuk penyelamatan kredit sekaligus menyelamatkan usaha debitur agar kembali sehat. Restrukturisasi pembiayaan dapat dilakukan apabila bank mempunyai keyakinan bahwa debitur masih mempunyai prospek usaha yang baik, dan mampu memenuhi kewajibannya setelah kreditnya direstrukturisasi. 2. Kriteria Penilaian Itikad & Prospek Usaha Kemampuan Membayar Debitur a. Itikad

Agar restrukturisasi berhasil dengan baik, diperlukan itikad debitur sebagai berikut: 1) Berinisiatif Debitur harus mempunyai insiatif atau semangat untuk terus berjuang menghadapi kesulitannya dan secara aktif melakukan negosiasi dengan kreditur. 2) Full disclosure Debitur memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kreditur untuk mengetahui mengenai keadaan perusahaan dan grupnya atau kondisi keuangannya, jadi debitur harus transparan agar masalah benar-benar dapat diatasi, sehingga penyelesaiannya juga tepat. 3) Bersedia memikul beban kerugian yang akan ditetapkan sebagai hasil negosiasi Dalam restrukturisasi, tidak berbicara mendapatkan keuntungan, namun mengurangi risiko kerugian, sehingga pada dasarnya debitur dan bank sama-sama mendapatkan kerugian atau kehilangan beberapa kesempatan. Dari sisi bank, harus mencadangkan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktiv (PPAP), yang mengurangi kesempatan bank untuk mengelola dana yang dihimpunnya guna membiayai debitur lain yang membutuhkan. 4) Mempunyai Business Plan Debitur mempunyai rencana restrukturisasi atau akan menyampaikan rencana restrukturisasi untuk dibahas dengan

kreditur. Debitur juga harus mempunyai Business Plan, karena dengan membuat Business Plan, debitur masih dapat melihat prospek usaha ke depan. b. Prospek Usaha Dari sisi Prospek usaha, maka restrukturisasi akan berhasil jika: 1) Potensi perusahaan atau keuangan debitur untuk menghasilkan arus kas yang positif (net cash flow yang positif), yang berarti debitur masih mempunyai laba operasional. 2) Ada multiplier effect. Usaha yang mempunyai efek multiplier harus mendapat perhatian, karena dengan restrukturisasi diharapkan perusahaan dapat tetap hidup, yang kehidupan ini akan mempengaruhi perkembangan usaha lainnya. 3) Prospek produk dan Jasa. Dari sisi produk dan jasa yang dihasilkan, masih ada kemungkinan untuk tumbuh dan bisa mampu bersaing. 4) Ada peluang efisiensi. Usaha debitur, selain berupaya menghasilkan produk dan jasa yang mampu bersaing di pasar, juga masih ada peluang efisiensi yang dapat dilakukan, sehingga bilamana target cash flow tak tercapai, masih ada margin yang berasal dari efisiensi.