BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dari keinginan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

RESCHEDULING DAN KOLEKTABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. syariah dapat berperan sebagai intermediasi antara unit-unit ekonomi yang

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mulai bermunculan di Indonesia yaitu Baitul Ma>l wat. BMT adalah singkatan dari Baitul Ma>l wat Tamwi>l yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memang bidang utama usahanya adalah menyediakan fasilitas pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang makin meningkat/padat,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

Intermediary) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB I PENDAHULUAN. memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya penyediaan modal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB I PENDAHULUAN. 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan dan kecukupan dalam keuangan, maka masyarakat dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang dapat kita rasakan seperti sekarang, dimana hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar sangat strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi nasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Judul skripsi ini adalah ANALISIS KEBIJAKAN PERBANKAN SYARIAH DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan. sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa-jasa dari bank tersebut. Disamping itu juga tergantung pada. perbankan sangat identik dengan instrumen bunga.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB III PEMBAHASAN. I. Pengertian, Unsur, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan. penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyerasikan dan mengembangkan perekonomian dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkan lagi dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat. Hal ini terutama karena fungsi bank sebagai perantara (intermediary) antara pihak-pihak kelebihan dana (surplus of funds) dan pihak yang memerlukan dana (luck of funds). Sebagai agent of development, bank syariah merupakan alat pemerintah dalam membangun perekonomian bangsa melalui pembiayaan, yaitu sebagai financial intermediary (perantara keuangan) yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara. 1 Bank syariah telah menjadi istilah yang dipakai secara luas didunia. Bank syariah telah berkembang pesat pada dekade terakhir serta telah menjadi satu tren yang sangat penting dalam dunia keuangan. Pengembangan aplikasi yang sesuai syariah atau hukum Islam menjadi alternatif lain untuk mengakomodasi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dari keinginan konsumen. Pengembangan perbankan yang didasarkan kepada konsep dan prinsip ekonomi Islam merupakan suatu inovasi dalam sistem perbankan internasional. Di Indonesia, bank syariah pertama adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.3. 1

2 telah berdiri pada tahun 1992. 2 Perbankan Syariah kemudian berkembang dan menunjukkan eksistensi yang ditandai oleh munculnya Bank Rakyat Syariah pada tahun 2008, Bank Syariah Mandiri dan Bank Negara Indonesia dan lain-lain. Salah satu kegiatan dan fungsi bank syariah adalah menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan kepada masyarkat yang membutuhkan dana dengan prinsip bagi hasil. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah/2: 245 Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-nya-lah kamu dikembalikan. 3 Seperti bank konvensional, salah satu aktivitas bank syariah yang dominan adalah penyaluran pembiayaan kepada masyarakat. Penyaluran pembiayaan menjadi bagian yang sangat penting bagi bisnis bank karena menunjukan keberpihakan bank pada kemajuan ekonomi masyarakat. 4 Pembiayaan di bank syariah atau disebut kredit di bank konvensional, pada dasarnya merupakan sebuah kesepakatan bank dengan nasabah yang memerlukan 2 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 1. 3 Departemen Agama, Al Qur an Dan Terjemahannya(Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur an, 1993), hlm.60. 4 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm. 202.

3 dana untuk membiayai kegiatan atau aktifitas tertentu. Kesepakatan penyaluran pembiayaan bank kepada nasabah tersebut dapat dibedakan berdasarkan akad yang digunakan. Akad pembiayaan bisa berupa akad jual beli, akad penanaman modal atau investasi. Akad sewa dan akad lain-lain. Ada pula akad pinjammeminjam uang tanpa tambahan atas pokok atau bunga. Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan yang berkelanjutan dan senantiasa berada dalam kualitas yang baik selama jangka waktunya. 5 Bank syariah melandasi kegiatan penyaluran pembiayaan dengan Al-Qur an dan hadist. Al-Qur an sudah sangat jelas melarang riba. Dalam Al-Qur an surah Al-Baqarah ayat 275 Allah berfirman:...allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. 6 Dan QS. Al-Baqarah ayat 278, Allah berfirman yang berbunyi: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba, jika kamu orang-orang yang beriman 7 5 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm. 2. 6 Departemen Agama, Al Qur an Dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur an, 1993), hlm.65.. 7 Ibid., hlm. 66.

4 Atas dasar itu bank syariah mengimplementasikan pembiayaan yang bebas riba. Pembiayaan bank syariah tidak menggunakan mekanisme bunga, melainkan menggunakan skema murabahah (akad jual beli), mudharabah, musyarakah (penanaman modal/investasi), ijarah (akad sewa/sewa-beli), salam/istisna (akad jual beli sewa dengan penyerahan barang di belakang), akad qard (pinjaman), serta kombinasi dari akad-akad tersebut. Selanjutnya yang di kemukakan oleh Antonio Pembiayaan yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit dan pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank. 8 Selanjutnya menurut Kasmir mengemukakan bahwa: pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Adapun pembiayaan dapat dibagi dalam beberapa jenis sebagai berikut: 1. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil a. Mudharabah b. Musyarakah 2. Pembiayaan dengan prinsip jual beli a. Murabahah b. Salam 8 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek (Jakarta: PT. Gema Insani 2013), cet ke 20, hlm. 160.

5 3. Pembiayaan dengan prinsip pelengkap a. Hawalah b. Rahn c. Qard 4. Pembiayaan Multi Jasa a. Ijarah b. Kafalah. 9 Pembiayaan pada bank syariah selain memberi keuntungan bagi bank itu sendiri, di sisi lain berpotensi pula menimbulkan persoalan pembiayaan bermasalah. Persoalan pokok pembiayaan bermasalah adalah ketidaksediaan debitur untuk melunasi atau ketidaksanggupan untuk memperoleh pendapatan yang cukup untuk melunasi pembiayaan seperti yang telah disepakati. Sebagai salah satu upaya untuk meminimalkan potensi kerugian yang disebabkan oleh pembiayaan bermasalah, BUS dan UUS dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran dan masih memiliki prospek usaha yang baik serta mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/Dpbs tahun 2011 tentang perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/Dpbs tahun 2008 yang membahas pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah antara lain dengan cara sebagai berikut: 9 M. Kharis Kurniawan, Pembiayaan Multi Jasa BTN Pada PT. Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Banjarmasin (Skripsi tidak diterbitkan, Fakutas Syariah & Ekonomi Islam, IAIN Antasari Banjarmasin, 2014), hlm. 81.

6 1. Penjadwalan kembali (Rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, tidak termasuk perpanjangan atas pembiayaan mudharabah atau musyarakah yang memenuhi kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan disebabkan nasabah mengalami penurunan kemampuan membayar; 2. Persyaratan kembali (Reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain meliputi: a. Perubahan jadwal pembayaran; b. Perubahan jumlah angsuran; c. Perubahan jangka waktu; d. Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah; e. Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah; f. Pemberian potongan. 3. Penataan kembali (Restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan yang antara lain meliputi: a. Penambahan dana fasilitas pembiayaan BUS atau UUS; b. Konversi akad pembiayaan; c. Konversi pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah;

7 d. Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah yang dapat disertai dengan reschedulingatau reconditioning. 10 Rescheduling diatur pula didalam ketentuan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang penjadwalan kembali tagihan murabahah yang menjelaskan bahwa: LKS boleh melakukan penjadwalan kembali (Rescheduling) tagihan murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan: 1. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa; 2. Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil; 3. Perpanjangan masa pembayaran harus didasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 11 Ukuran untuk mengetahui pembiayaan bermasalah, bahwa penilaian atau penggolongan suatu pembiayaan kedalam tingkat kolektabilitas pembiayaan tertentu didasarkan pada keadaan pembiayaan oleh nasabah yang tercermin dalam catatan pembukuan bank, yaitu mencakup ketepatan pembiayaan/angsuran pokok, margin maupun kewajiban lain. Bank umum syariah atau kantor cabang syariah bank konvensional, untuk penyaluran dana dibedakan untuk prinsip jual beli dan prinsip bagi hasil. Untuk 10 Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/Dpbs dalam http : // www.bi.go.id.pdf (20 juli 2016). 11 Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah, (Fatwa DSN MUI. No. 48/DSN- MUI/II/2005 tentang penjadwalan kembali tagihan Murabahah), hlm 3.

8 prinsip jual beli kolektabilitas dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik sebuah penjelasan bahwa kolektabilitas nasabah pembiayaan tidak bisa lepas dari pada proses pembiayaan dimana kolektabilitas dijadikan bank umum syariah sebagai acuan dalam mengukur kualitas aktiva produktif kolektabilitas yang buruk akan mempengaruhi Non Performing Finance (NPF) pada bank itu sendiri, maka bank akan melakukan upaya untuk meminimalkan risiko pembiayaan bermasalah dengan implementasi rescheduling. Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti tertarik untuk lebih jauh memahami, mengkaji dan menganalisis implementasi dan mengetahui bagaimana kolektabilitas nasabah pada pembiayaan bermasalah setelah dilakukan rescheduling di PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin. Kemudian menyusunnya dalam skripsi yang berjudul Rescheduling Pembiayaan Macet (Kolektabilitas 5) Pada PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan di teliti adalah : 1. Bagaimana penerapan rescheduling pembiayaan macet (kolektabilitas 5) Pada PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin?

9 2. Bagaimana kolektabilitas nasabah pada pembiayaan bermasalah setelah dilakukan rescheduling di PT. BNI SyariahCabang Banjarmasin? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan rescheduling pembiayaan macet (kolektabilitas 5) Pada PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin 2. Untuk mengetahui bagaimana kolektabilitas nasabah pada pembiayaan bermasalah setelah dilakukan rescheduling di PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a. Melalui penelitian ini peneliti dapat menggali lebih dalam masalah yang terdapat dalam PT.BNI Syariah cabang Banjarmasin mengenai rescheduling pembiayaan macet (kolektabilitas 5) sehingga meningkatkan pengetahuan dan kapabilitas seputar topik yang dibahas. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para akademisi yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut seputar topik yang dibahas dan membantu masyarakat untuk mengenal lebih jauh berbagai masalah yang dihadapi perbankan syariah.

10 2. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pihak PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin dalam memberikan pelayanan yang berhubungan dengan rescheduling pembiayaan macet (kolektabilitas 5) ketika menghadapi pembiayaan bermasalah. E. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul penelitian ini, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut: 1. Rescheduling adalah perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, tidak termasuk perpanjangan atas pembiayaan mudharabah atau musyarakah yang memenuhi kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan disebabkan nasabah mengalami penurunan kemampuan membayar; 12 2. Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya. 13 12 Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/Dpbs, dalam http://www.bi.go.id. pdf (20 juli 2016). 13 Ahmad Ifham, Ini Lho Bank Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015, Hlm 72

11 3. Pembiayaan Macet (kolektabilitas 5) adalah ketidakmampuan nasabah dalam pembayaran pokok atau angsuran pokok dan margin pembiayaan dengan masa tunggakan lebih dari 280 hari. 14 F. Kajian Pustaka. 1. M Rahmatullah, Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel, dengan judul skripsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme rescheduling pada pembiayaan murabahah di bank Bukopin Syariah Kantor Cabang Surabaya. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa pembiayaan di Bank Bukopin Syariah Kantor Cabang Surabaya bisa di restrukturisasi dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) dan cara tersebut sesuai dengan surah al-baqarah (2) ayat 280 yang menjelaskan tentang memberikan keringanan terhadap orang yang dalam keadaan kesulitan untuk membayar hutangnya. Adapunbentuk akad rescheduling pada pembiayaan murabahah di Bank Bukopin Syariah Kantor Cabang Surabaya tetap menggunakan akad murabahah yaitu pihak bank tidak merubah akad hanya memperbaharui akad yang lama dengan akad yang baru karena nasabah hanya meminta perpanjangan jangka waktu dan perubahan jumlah cicilan atau angsuran untuk pelunasan pembiayaan murabahah tanpa menambah jumlah pembiayaannya. 15 14 Sholihin, Ahmad Isham, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 413. 15 Fadhilah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme rescheduling pada pembiayaan murabahah di bank Bukopin Syariah Kantor Cabang Surabaya, (skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel, 2013)

12 2. Saudah, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, skripsi dengan judul Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Bank BNI Syariah Banjarmasin penelitian ini dilatarbelakangi terjadinya pembiayaan bermasalah pada Bank BNI Syariah Banjarmasin. terjadinya penunggakan pembayaran selama 60 hari dan juga penunggakan 6 bulan. Dari jumlah total semua nasabah pembiayan sejak bulan Maret sampai Mei 2015 ada terdapat 185 nasabah pembiayaan. Dari 185 nasabah pembiayaan terdapat 10 pembiayaan bermasalah pada Bank BNI Syariah Banjarmasin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah pada Bank BNI Syariah Banjarmasin dan untuk mengetahui proses maupun upaya yang dilakukan oleh pihak Bank BNI Syariah Banjarmasin agar pembiayaan bermasalah itu dapat diseleasaikan dengan baik. 16 3. Durroh Abdur Rokhis, Jurusan Muamalat Fakultas Syariah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul skripsi Pelaksanaan Rescheduling Terhadap Nasabah Wanprestasi Pada Akad Murabahah Hasil penelitian menunjukkan dalam melaksanakan rescheduling terhadap nasabah yang melakukan wanprestasi pada akad murabahah telah sesuai dengan hukum Islam. Bank BRI Syariah Yogyakarta dalam melaksanakan rescheduling 16 Saudah, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Bank BNI Syariah Banjarmasin, (skripsi tidak diterbitkan, jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, 2015)

13 memperhatikan kemampuan nasabah dalam mengangsur (repayment capacity) dan juga tidak menambahkan margin terhadap sisa angsuran. 17 G.Sistematika Penulisan. Sesuai dengan pedoman penulisan skripsi, maka penulis membagi skripsi ini dalam 5 bab, yaitu: Bab I membahas mengenai pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah yang menguraikan dari permasalahan yang ditemukan peneliti di lapangan, sehingga menjadikan alasan peneliti dalam pengangkatan judul, barulah setelah itu permasalahan tersebut dijadikan sebagai rumusan masalah dalam rangka memperoleh tujuan penelitian. Pada bab ini juga membahas definisi operasional, kegunaan penelitian dan kajian pustaka serta sistematika penulisan yang disusun secara naratif, terdiri dari komponen-komponen materi bahasan. Bab II membahas mengenai landasan teori yang terdiri dari: pengertian pembiayaan, jenis pembiayaan, pengertian pembiayaan bermasalah, pengertian rescheduling, dasar hukum rescheduling, tujuan rescheduling, Bab III membahas mengenai metodologi penelitian, untuk mempermudah melakukan penelitian maka perlu dibuat jenis penelitian yaitu penelitian lapangan, sifat dan lokasi penelitian. Dalam melakukan penelitian agar tepat sasaran apa yang ingin dicapai maka perlu adanya subjek dan objek penelitian, data dan sumber data juga diperlukan dalam penelitian ini agar hasil yang didapatkan menjadi jelas dan valid. 17 Durroh Abdur Rokhis Pelaksanaan Rescheduling Terhadap Nasabah Wanprestasi Pada Akad Murabahah (skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008)

14 Bab IV membahas mengenai penyajian data dan analisis yang terdiri dari; Identitas, Informan, gambaran umum BNI Syariah Cabang Banjarmasin, deskripsi hasil wawancara. Analisis data terdiri dari jawaban dari rumusan masalah yakni analisis terhadap penerapan rescheduling pembiayaan macet (kolektabilitas 5) Pada PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin dan kolektabilitas nasabah pada pembiayaan bermasalah setelah dilakukan rescheduling di PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin. BAB V yaitu penutup yang terdiri dari; Simpulan dan Saran-saran yang diperlukan.