BAB I PENDAHULUAN. wajib dilakukan oleh setiap orang muslim dan menjadi persoalan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai a little mosque on the tundra oleh media Kanada, menjadi

BAB III DALAM PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA. Radjo adalah salah seeorang ahli falak kelahiran Bukittinggi (29 Rabi ul Awal

BAB I PENDAHULUAN. adalah ilmu falak, karena ilmu ini berkaitan dengan hal-hal yang ada

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB II HISAB AWAL WAKTU SALAT. A. Pengertian Salat Menurut bahasa kata salat (الصالة) berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. Waktu merupakan bagian terpenting yang tidak bisa dilepaskan oleh

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

BAB V HISAB AWAL WAKTU SHALAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM KITAB SYAWARIQ AL-ANWAR

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG WAKTU SALAT DI DAERAH KUTUB. A. Biografi Intelektual Saadoe ddin Djambek

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 1

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB I PENDAHULUAN. mulia yang mempunyai tugas utama yaitu bersujud atau melakukan ibadah

BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN AKURASI JAM MATAHARI PERUMAHAN KOTABARU PARAHYANGAN PADALARANG JAWA BARAT

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB I PENDAHULUAN. olehnya yang terus berdinamika dan bergerak maju, dan tak akan pernah kembali

BAB I PENDAHULUAN. kepada nabi Muhammad saw ketika melaksanakan misi suci yaitu Isra Mi raj,

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB I PENDAHULUAN. sempurna dibanding dengan mahkluk ciptaannya yang lain. Kesempurnaan

TELAAH KRITIS SYAFAQUL AHMAR

Shubuh Terlalu Dini; Bukti Empiris

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai waktu pelaksanaannya Allah hanya memberikan Isyarat saja, seperti

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10

BAB II DASAR HUKUM WAKTU SALAT DAN TINJAUAN UMUM JAM MATAHARI ( BENCET ) Secara bahasa kata salat berasal dari akar kata صلى یصلى صلاة) ) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi umat Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

BAB IV ANALISIS AWAL WAKTU SHUBUH. A. Analisis Konsep Fajar Shadiq dalam Perspektif Fiqh dan Ketinggian. Matahari dalam Perspektif Astronomi

PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, Bintangbintang

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL-FALAKIYYAH KARYA MA SUM BIN ALI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perintah langsung dari Allah Swt yang diberikan kepada Nabi

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

JADWAL WAKTU SALAT ABADI

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

PERBANDINGAN METODE PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT MENURUT MUHAMMADIYAH DAN NU

WAKTU SHALAT DAN PUASA DI DAERAH KUTUB (PERBANDINGAN PEMIKIRAN ANTARA SAADOE DDIN DJAMBEK DAN AGUS MUSTOFA) SKRIPSI. Oleh: JUMARI ARDIYANDI

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KALIBRASI JAM WAKTU SALAT DI MASJID AGUNG BAITUNNUR PATI DAN MASJID JAMI KAJEN SERTA KOMPARASINYA

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

Tathbiq Ayat Penentuan Awal Waktu Salat Asar

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

BAB II PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DAN DASAR PEMROGRAMAN PHP DAN MYSQL. waktu tersebut adalah wahyu Allah kepada Rasulullah ketika isra mi raj.

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG WAKTU PUASA DI DAERAH KUTUB. A. Sekilas tentang Saadoe ddin Djambek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penentuan awal waktu shalat, para ulama telah sepakat tidak

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam


BAB V PENUTUP. beberapa kesimpulan yang akan penulis uraikan. 1. Perhitungan Awal Waktu Salat dalam Aplikasi Digital Falak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sesuai tuntutan zaman, baik pada zaman pra-

MENYAMBUT ISTIWA UTAMA 16 JULI 2013 ; AYO LURUSKAN ARAH KIBLAT KITA!

BAB V PENUTUP. 1. Dalam hadits-hadits Nabi saw. waktu Shalat Isya dimulai pada

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS TERHADAP URGENSI KETINGGIAN TEMPAT DALAM FORMULASI PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

2014 KAJIAN TENTANG PERILAKU SISWA DALAM SALAT JUMAT

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB II FIQIH HISAB RUKYAT WAKTU SALAT. peristiwa Isra dan Mi raj. Nabi Muhammad telah menerima wahyu secara

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan

BAB II FIKIH WAKTU SALAT

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Dunia" PBB, ada sekitar 7,2 miliar manusia di bumi 1 dan 1,6

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan

BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM. pada hari Kamis Kliwon, tanggal 14 Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA MASJID AGUNG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengahadap kiblat adalah salah satu syarat sah shalat. Kiblat yang

BAB I PENDAHULUAN. keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS PENENTUAN ARAH KIBLAT KARYA M. MUSLIH HUSEIN

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibadah salat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima yang wajib dilakukan oleh setiap orang muslim dan menjadi persoalan yang signifikan ketika dihubungkan dengan sah atau tidaknya ibadah salat tersebut. Dalam menunaikannya ibadah salat mempunyai waktu-waktu tertentu (ibadah muwaqqat). Hal ini telah diterangkan dalam Al-Qur an surat an-nisā ayat 103 yang berbunyi: ف ا ق يم وا الص لاة إ ن الص لاة ك ان ت ع ل ى ال م و م ن ين ك ت ابا م و ق وتا (النساء: ۱۰۳ ) Artinya: Maka laksanakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. 1 (QS. An-Nisā (4) : 103). Dari ayat di atas, dapat diketahui dengan jelas bahwa ibadah salat yang diwajibkan (salat maktubah) mempunyai waktu-waktu tertentu. Ayat tersebut masih belum bisa menjelaskan mengenai waktu-waktu salat secara rinci, sehingga memberikan tafsiran yang berbeda. Ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa waktu salat itu ada tiga, dan ada pula yang lima. Akan tetapi pendapat yang lebih banyak diikuti adalah yang menyatakan bahwa waktu salat itu ada lima dengan didasarkan pada hadis dengan sanad dari Jabir bin `Abdillah. 1 Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-qur an, al-qur an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit J-art, 2005, hlm. 96. 1

2 Surat an-nisā ayat 103, hanya sebagian dalil yang ada di dalam al- Qur an yang menjelaskan mengenai waktu salat. 2 Secara keseluruhan dalil-dalil tersebut belum bisa menjelaskan secara rinci waktu-waktu salat maktubah, dan disinilah sunnah Nabi berperan, yaitu sebagai bayan atau penjelas atas apa yang tersirat di dalam al-qur an 3, sehingga silang pendapat bisa sedikit mereda. 2 Ayat-Ayat Al-Qur an yang mengisyaratkan adanya waktu-waktu salat Zuhur, Asar Magrib, Isya dan Subuh diantaranya adalah surat Hūd :114 ( Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. ), surat al-isrā :78 ( Dirikanlah salat dari sesudah Matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan oleh malaikat ), dan surat Thāha:130 (maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji tuhanmu, sebelum terbit Matahari dan sesudahnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu siang hari supaya kamu merasa senang. ), surat ar-rūm 17-18 ( maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-nya-lah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur ) untuk selengkapnya lihat ibid, hlm. 234, 291, 322, 407. 3 Salah satu dari hadis-hadis Nabi yang menerangkan waktu-waktu salat adalah hadis عن جابر رضى االله عنه قال أن النبي صلى االله عليه وسلم yang diriwayatkan oleh Ahmad, an-nasā i dan at-turmudzi جاءه جبريل عليه السلام فقال له قم فصله فصلى الظهر حين زالت الشمس ثم جاءه العصر فقال قم فصله فصلى العصر حين صار ظل كل شيي مثله ثم جاي ه المغرب فقال قم فصله فصلى المغرب حين وجبت الشمس ثم جاءه العشاء فقال قم فصله فصلى العشاء حين غاب الشفق ثم جاءه الفجر فقال ثم فصله فصلى الفجر حين برق الفجر او قال سطع البحر ثم جاءه بعد الغد للظهر فقال قم فصله فصلى الظهر حين صار ظل كل شي مثله ثم جاءه العصر قم فصله فصلى العصر حين صار ظل كل شي مثليه ثم جاءه المغرب وقتا واحدا لم يزل عنه ثم جاءه العشاء حين ذهب نصف (رواه الليل اوقال ثلث الليل فقال قم فصله فصلى العشاء حين جاءه حين اسفر جدا فقال قم فصله فصلى الفجر ثم قال ماهذين الوقتين وقت (Jabir bin Abdullah r.a menerangkan: bahwasannya Nabi s.aw. didatangi Jibril di احمد والنسائ والترمذى waktu Zuhur, lalu berkata kepada Nabi: Wahai Muhammad bangunlah bersembahyang. Maka Nabipun mengerjakan sembahyang Zuhur di ketika telah tergelincir Matahari. Kemudian Jibril datang pula kepada Nabi di kala Asar, lalu berkata kepada Nabi: Wahai Muhammad bangunlah bersembahyang. Maka Nabipun bersembahyang Asar di ketika telah menjadi bayangan sama panjang dengannya. Sesudah itu Jibril datang lagi di waktu Maghrib lalu berkata kepada Nabi: Wahai Muhammad bangunlah bersembahyang. Maka Nabipun mengerjakan sembahyang maghrib, di ketika telah terbenam Matahari. Kemudian datang lagi Jibril di ketika sembahyang Isya, lalu berkata: Wahai Muhammad, bangunlah bersembahyang! Maka Nabipun bersembahyang di ketika hilang syafaq yang merah. Kemudian Jibril datang di waktu Subuh lalu berkata kepada Nabi: Wahai Muhammad, bangunlah bersembahyang. Maka Nabipun mengerjakan sembahyang Subuh di kala telah bersinar fajar. Pada hari keesokannya datang lagi Jibril untuk waktu Zuhur lalu berkata kepada Muhammad, bangun bersembahyanglah, wahai Muhammad. Maka Nabipun bangun bersembahyang untuk Zuhur di ketika telah jadi bayangan suatu sepertinya. Di waktu Asar Jibril datang pula pada hari itu lalu berkata: Ya Muhammad, bangunlah bersembahyang. Maka Nabipun bersembahyang Asar di ketika bayangan sesuatu telah dua kali sepanjangnya. Di waktu Magrib datang juga Jibril lalu menyuruh Nabi bersembahyang. Maka Nabipun bersembahyang di waktu Matahari telah terbenam. Kemudian datang lagi Jibril untuk Isya, lalu meyuruh Nabi

3 Dari ketentuan yang telah termuat dalam al-qur an dan hadis dapat dipahami bahwa ketentuan salat tersebut berkaitan dengan posisi Matahari pada bola langit. Karena itu, dalam penentuan awal waktu salat, data astronomis (zij) 4 terpenting adalah posisi Matahari, terutama tinggi (h), jarak zenith (bu du as-sumti) 5, fenomena awal fajar (morning twilight), Matahari terbit (sunrise), Matahari melintasi meridian (culmination), Matahari terbenam (sunset), dan akhir senja (evening twilight) yang semuanya berkaitan dengan posisi atau kedudukan Matahari. 6 Untuk memudahkannya ilmu Falak mencoba menterjemahkan hadis tersebut ke dalam gambaran kedudukan atau posisi Matahari pada saat-saat membuat atau mewujudkan keadaan-keadaan yang merupakan pertanda bagi awal atau akhirnya waktu salat. Pada mulanya penentuan awal waktu salat hanya menggunakan metode penglihatan langsung (rukyat) seperti melihat bayang-bayang Matahari dengan bantuan tongkat istiwa 7 untuk mengetahui awal waktu salat Zuhur dan bersembahyang. Maka Nabipun bersembahyang di ketika telah lewat sedikit separo malam (di ketika telah lewat sepertiga malam). Kemudian datang lagi untuk subuh lalu menyuruh Nabi bersembahyang. Maka Nabipun bersembahyang di ketika telah terang sinar cahaya pagi. Sesudah itu Jibril berkata: di antara dua waktu ini, itulah waktu masing-masing sembahyang. Keterangan selengkapnya bisa dilihat dalam Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, Jilid 2, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, hlm. 44. 4 Zij berasal dari bahasa Sansakerta, yang masuk ke bahasa Arab dan Persia melalui bahasa Pahlavi, berarti tabel astronomi. Selengkapnya lihat dalam Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat. Yogyakarta: pustaka pelajar, Cet. ke-2, 2008, hlm. 246. 5 Jarak Zenith adalah jarak dari titik zenit ke titik pusat suatu bintang yang diukur melalui lingkaran vertikal yang melalui titik pusat bintang tersebut. Dalam bahasa Inggris jarak zenith disebut Zenith Distance dan dalam bahasa Arab disebut Bu du as-sumti. Ibid, hlm. 111. 6 Lihat Moedji Raharto, Posisi Matahari untuk Penentuan Awal Waktu Salat dan Bayangan Arah Kiblat makalah disampaikan dalam Workshop Nasional Mengkaji Ulang Penentuan Awal Waktu Salat & Arah Kiblat, Yogyakarta Auditorium UII, 7 April 2001, hlm. 8. 7 Istiwa (tongkat istiwa ) merupakan tongkat yang biasa ditancapkan tegak lurus pada bidang datar di tempat terbuka (sinar Matahari tidak terhalang). Kegunaannya untuk menentukan arah secara tepat dengan menghubungkan dua titik (jarak kedua titik ke tongkat harus sama) ujung

4 Asar, melihat fenomena alam seperti pada saat terbenamnya Matahari sebagai pertanda dimulainya awal waktu Magrib, pudarnya mega merah (syafaq alahmar) sebagai pertanda masuknya waktu Isya, dan terbitnya fajar shadiq sebagai pertanda masuknya waktu Subuh, sebagaimana yang telah dijelaskan pada hadis-hadis Nabi tentang salat. Kemudian muncul metode lain dalam menentukan awal waktu salat yaitu dengan cara menghitung (menghisab), yang berarti menentukan awal waktu salat dengan cara menghitung posisi Matahari sesuai yang dijelaskan syar i berdasarkan peredarannya. Seiring berkembangnya zaman dengan ditandainya munculnya aneka teknologi modern dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, dan dengan melihat perkembangan hidup manusia yang semakin bergantung pada hal-hal yang sifatnya praktis dan instan, sehingga dapat membantu manusia khususnya umat Islam dengan begitu mudahnya untuk menentukan awal waktu salat tanpa harus melihat fenomena alam yang terjadi, dengan tanpa mengesampingkan keakuratan dari ketentuan syar i, disediakan atau dihadirkanlah beberapa sarana pembantu dalam penentuan awal waktu salat tersebut. Yaitu dengan munculnya aneka software-software 8 baik itu menggunakan aplikasi komputer offline ataupun online, ataupun juga aneka bayangan tongkat saat Matahari disebelah timur dengan ujung bayangan setelah Matahari bergerak ke barat. Kegunaan lainnya adalah untuk mengetahui secara persis waktu Zuhur, tinggi Matahari, dan -setelah menghitung arah barat- menentukan arah kiblat. Adapun yang disebut dengan istiwa (waktu istiwa ) adalah waktu yang didasarkan pada perjalanan Matahari hakiki. Menurut waktu hakiki, Matahari berkulminasi pada pukul 12.00 dan berlaku sama untuk setiap hari dan untuk dijadikan waktu rata-rata, dikoreksi dengan perata waktu atau equation of time. Uraian selengkapnya baca Susiknan Azhari, op.cit, hlm. 105. 8 Software-software tersebut salah satunya adalah software Islamic finder, software awal waktu salat oleh Ahmad Izzuddin, software Shollu dan juga software mawaqit oleh Ing Khafidz, dsb. Dengan beberapa software tersebut kita bisa menentukan awal waktu salat secara praktis, yaitu cukup dengan menyesuaikan daerah yang akan dihitung awal waktu salatnya.

5 jadwal waktu salat abadi yang telah dihitung oleh beberapa ahli falak dan juga telah terpasang di beberapa masjid. Namun, masih terdapat beberapa kalangan yang meragukan kesahihan dari jadwal waktu salat abadi tersebut. Baik itu karena kurangnya pengetahuan mereka, ataupun memang berdasarkan pemahaman yang berbeda atas suatu teori atau metode penghitungan. Mengapa disebut dengan jadwal waktu salat abadi, ini merupakan sebuah pertanyaan yang harus dijelaskan. Apakah memang jadwal-jadwal tersebut keberlakuannya memang sepanjang masa, abadi dan untuk selamalamanya. Ataukah ada batas waktu tertentu untuk keberlakuan dari jadwaljadwal tersebut. Jadwal waktu salat abadi disebut juga dengan jadwal waktu salat sepanjang masa ataupun jadwal salat untuk selama-lamanya. Penamaan itu karena jadwal waktu salat tersebut dapat digunakan dalam penentuan awal waktu salat untuk selama-lamanya, abadi atau sepanjang masa. Pada jadwal waktu salat tersebut terdapat penentuan awal waktu salat selama satu tahun penuh dari bulan Januari sampai bulan Desember. Munculnya jadwal-jadwal waktu salat abadi bukanlah tanpa alasan, hal ini dilakukan guna mempermudah umat Islam dalam menjalankan ibadahnya. Banyak sekali jadwal-jadwal waktu salat abadi baik itu sudah berupa hasil ataupun masih dalam bentuk pedoman yang kini telah beredar luas dan menjadi pedoman dikalangan masyarakat, salah satunya adalah Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa yang ditulis oleh Saādoe ddin Djambek dan diterbitkan pada Februari tahun 1974 M.

6 Gelar jadwal waktu salat tertua dimiliki oleh jadwal waktu salat yang dibuat oleh KH. Ahmad Dahlan Termas salah seorang menantu dari KH. Soleh Darat pada tahun 1900 M. 9 Jadwal waktu salat tersebut ditemukan terpasang di Masjid As-Sajad Sendangguwo Semarang. Kini jadwal yang ditulis dengan menggunakan angka dan huruf arab berbahasa jawa (pegon) tersebut sudah dimuseumkan di Masjid Agung Jawa Tengah sebagai bukti berkembangnya islam pada masa tersebut. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Anashom 10, sampai jadwal tersebut dipindahkan dan dimuseumkan di Masjid Agung Jawa Tengah pada sekitar tahun 2005 M, masyarakat di daerah tersebut masih menggunakannya sebagai pegangan dalam menjalankan ibadah salat. Selain jadwal waktu salat tertua, terdapat pula pedoman waktu salat tertua dan satu-satunya pedoman waktu salat yang pernah ada yaitu Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa yang ditulis oleh Saādoe ddin Djambek. Dalam pedoman tersebut, terdapat jadwal waktu salat untuk daerah dengan lintang 2 LU sampai 10 LS dengan waktu hakiki, dan untuk menjadikannya sebagai waktu lokal terlebih dahulu harus dilakukan koreksi sesuai dengan tempat yang diinginkan. Kelebihan lain dari pedoman tersebut adalah bisa terlahirkannya jadwal waktu salat untuk semua tempat di Indonesia bahkan untuk wilayah Malaysia bagian barat. 11 9 Hasil wawancara dengan Anashom di ruang pembantu dekan 1 Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 10 Ia adalah salah seorang budayawan dan dosen Islam dan Budaya Jawa di IAIN Walisongo Semarang. 11 Saādoe ddin Djambek, Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa, Jakarta: Tintamas, 1974.

7 Pedoman tersebut merupakan satu-satunya pedoman waktu salat yang tertua dan beredar di masyarakat luas. Hal itu terbukti sejauh penulusuran penulis tidak ada lagi pedoman waktu salat sepanjang masa yang muncul di permukaan luas sebelum tahun 1974 M. Melihat pada tahun diterbitkannya Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa, muncul pertanyaan akan relevansi dari pedoman tersebut. Data-data yang digunakan dalam pembuatan pedoman tersebut merupakan data-data lama yang sebenarnya harus dikritisi saat ini. Setelah diamati, dalam pembuatan Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa, Saādoe ddin Djambek menggunakan data dari Almanak Nautika 12 yang dikeluarkan pada tahun 1966 M. 13 Hal ini menjadi sebuah landasan penulis untuk mengkaji pedoman waktu salat tersebut dalam konteks masa kini dengan mencoba membandingkan data Almanak Nautika tahun 1966 M dengan data-data terbaru yang selalu diperbaharui setiap tahunnya (Almanak Nautika tahun 2013 M). Menurut hemat penulis, akurasi hisab awal waktu salat bergantung pada kevaliditasan data yang digunakan. Seperti halnya deklinasi Matahari dan equation of time yang diambil dari Almanak Nautika tahun 1966 M akan berbeda nilainya dengan Almanak Nautika tahun 2013 M. Sekecil apapun selisihnya pasti akan mempengaruhi hasil daripada hisab awal waktu salat tersebut. 12 Almanak Nautika adalah data kedudukan benda langit yang sering digunakan untuk keperluan pelayaran. Data ini selalu update setiap tahunnya. Susiknan Azhari, op.cit, hlm. 161. Dalam Pedoman Waktu Salat, Depag RI menjelaskan bahwa Almanak Nautika adalah data Matahari yang diterbitkan oleh US Naval Observatory. 13 Saādoe ddin Djambek, Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hlm. 18.

8 Alasan-alasan tersebut menjadi landasan penulis mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Karena menurut hemat penulis Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa yang dibuat oleh Saādoe ddin Djambek perlu dikaji ulang. B. Rumusan Masalah Bertolak dari permasalahan yang telah dipaparkan, dan untuk membatasi agar penelitian ini lebih spesifik dan tidak terlalu melebar, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana metode hisab Saādoe ddin Djambek dalam membuat Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa? 2. Bagaimana akurasi dan relevansi Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoe ddin Djambek pada saat sekarang? C. Tujuan penelitian Atas dasar pokok permasalahan yang diangkat di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui metode hisab Saādoe ddin Djambek dalam membuat Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa. 2. Mengetahui akurasi dan relevansi Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoe ddin Djambek pada saat sekarang.

9 D. Kajian pustaka Kajian pustaka yang penulis lakukan adalah mengupayakan mendapatkan gambaran tentang hubungan pembahasan dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu. Diantara pustaka-pustaka tersebut adalah: Penelitian yang telah dilakukan oleh Ayuk Khoirunnisak dengan judul Studi Analisis Awal Waktu Shalat Shubuh (Kajian Atas Relevansi Nilai Ketinggian Matahari Terhadap Kemunculan Fajar Shadiq). Dalam skripsi tersebut permasalahan yang diangkat adalah mengenai konsep fajar shadiq perspektif syar i dan astronomi sebagai pertanda dimulainya awal waktu salat Subuh. Dengan banyaknya kriteria ketinggian Matahari (antara 17-20 dibawah ufuk) yang telah dipercaya dan dijadikan patokan dalam penentuan awal waktu salat Subuh, ia dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ketinggian Matahari yang sesuai dengan munculnya fajar shadiq adalah 18 di bawah ufuk. 14 Selanjutnya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Yuyun Hudhoifah dengan judul Formulasi Penentuan Awal Waktu Shalat Yang Ideal (Analisis Terhadap Urgensi Ketinggian Tempat Dan Penggunaan Waktu Ihtiyat Untuk Mengatasi Urgensi Ketinggian Tempat Dalam Formulasi Penentuan Awal Waktu Shalat). Dalam skripsinya ia menjelaskan bahwa ketinggian tempat mempunyai pengaruh penting dalam penentuan awal waktu salat khususnya pada waktu terbit dan Magrib. Karena Matahari akan terbit lebih 14 Ayuk Khoirunnisak, Studi Analisis Awal Waktu Shalat Shubuh (Kajian Atas Relevansi Nilai Ketinggian Matahari Terhadap Kemunculan Fajar Shadiq), Skripsi Sarjana Fakultas Syari ah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2010.

10 dahulu ditempat yang tinggi dari permukaan laut, dan saat ghurub sebaliknya yaitu Matahari terbenam lebih akhir ditempat yang lebih tinggi dari permukaan laut. Dan formulasi waktu salat yang paling ideal adalah formulasi yang di dalamnya terdapat koreksi kerendahan ufuk dengan penggunaan data ketinggian tempat dan rumus kerendahan ufuk sebagai berikut: - (ku + ref + sd) dengan dip/ku: 1,76 (meter) atau 0.98 (feet). 15 Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti Mufarrohah dengan judul Konsep Awal Waktu Salat Asar Imam Syafi i dan Hanafi (Uji Akurasi Berdasarkan Ketinggian Bayang-Bayang Matahari Di Kabupaten Semarang). Dimana dalam skripsinya, ia mencoba mentarjih pendapat Imam Syafi i dan Imam Hanafi mengenai awal waktu salat Asar yang dalam literatur fikih masih terjadi perdebatan dengan cara observasi atau melihat kedudukan bayang-bayang Matahari awal waktu salat Asar dengan uji akurasi dalam perspektif astronomi yang dilakukan di Kabupaten Semarang. Uji akurasi bayang-bayang Matahari awal waktu salat Asar yang sesuai dengan kedudukan Matahari dan pengamatan secara langsung terhadap posisi Matahari, menunjukkan bahwa yang sesuai adalah pendapat Imam Syafi i yaitu ketika bayang-bayang tongkat panjangnya sama dengan panjang bayangan 15 Yuyun Hudhoifah, Formulasi Penentuan Awal Waktu Shalat Yang Ideal (Analisis Terhadap Urgensi Ketinggian Tempat Dan Penggunaan Waktu Ihtiyat Untuk Mengatasi Urgensi Ketinggian Tempat Dalam Formulasi Penentuan Awal Waktu Shalat), Skripsi Sarjana Fakultas Syari ah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2010.

11 waktu tengah hari (kulminasi) ditambah satu kali panjang tongkat sebenarnya. 16 Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Maryani dengan judul Studi Analisis Metode Penentuan Waktu Salat Dalam Kitab ad-durus al-falakiyyah Karya Ma sum bin Ali. Dalam penelitiannya, ia mencoba menganalisis perhitungan waktu salat Kitab ad-durus al-falakiyyah Karya Ma sum bin Ali, yang merupakan kitab terbitan abad ke-7 Hijriyah. Dalam perhitungannya dilakukan dengan menggunakan alat bantu Rubu Mujayyab yang merupakan alat klasik yang dipopulerkan sekitar abad ke-2 Masehi oleh Ptolomeus. Ia menyatakan bahwa kerelevanan daripada metode tersebut hanya sebatas jika tidak ditemukan data yang lebih kontemporer, meskipun di beberapa tempat metode ini masih diajarkan dan dikembangkan. 17 Selain penelitian yang telah tersebut diatas, salah satu telaah pustaka penting lainnya adalah buku Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi atas Pemikiran Saādoe ddin Djambek) yang ditulis oleh Susiknan Azhari. Ia dalam bukunya menjelaskan mengenai sosok Saādoe ddin Djambek dan tipologi beserta pola-pola pemikiran hisabnya baik itu mengenai awal bulan kamariah, awal waktu salat dan arah kiblat. Jika disimpulkan, Susiknan Azhari dalam lebih mengungkap dan memunculkan sosok Saādoe ddin Djambek dan juga peran pentingnya dalam dunia ilmu Falak. 16 Siti Mufarrohah, Konsep Awal Waktu Salat Asar Imam Syafi i dan Hanafi (Uji Akurasi Berdasarkan Ketinggian Bayang-Bayang Matahari Di Kabupaten Semarang), Skripsi Sarjana Fakultas Syari ah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2010. 17 Maryani, Studi Analisis Metode Penentuan Waktu Salat Dalam Kitab ad-durus al- Falakiyyah Karya Ma sum bin Ali, Skripsi Sarjana Fakultas Syari ah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2010.

12 Penelitian yang penulis lakukan disini, lebih kepada mengungkap akurasi Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoe ddin Djambek yang diterbitkan pada tahun 1966 M. Dari beberapa telaah pustaka yang telah penulis sebutkan, belum ada tulisan yang membahas secara spesifik tentang Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoe ddin Djambek. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif 18, dimana penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskriptif alami. Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya ini dikenal dengan sebutan pengambilan data secara alami atau natural. Berdasarkan tempat penelitiannya, maka penelitian yang penulis lakukan termasuk pada penelitian kepustakaan (library research); yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu. 18 Analisis Kualitatif pada dasarnya lebih menekankan pada proses deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Lihat dalam Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. ke-5, 2004, hlm. 5.

13 2. Sumber Data Dalam penulisan skripsi ini, yang menjadi aspek penelitian adalah metode hisab yang dipakai oleh Saādoe ddin Djambek dalam membuat pedoman waktu salat sepanjang masa, data-data yang digunakan dalam pembuatan pedoman tersebut, berikut juga akurasi dan relevansinya pada saat sekarang. Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang dikumpulkan oleh penulis, yaitu: a. Sumber Data Primer Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoe ddin Djambek yang diterbitkan bulan Februari tahun 1974 M. b. Sumber Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini, penulis peroleh dari dokumentasi, wawancara dan observasi (pengamatan). Dokumentasi yaitu berupa pustaka hisab rukyat baik kajian fikih maupun astronomi, dan untuk mengetahui biografi intelektual Saādoe ddin Djambek penulis mendapatkan datanya dari tulisan Susiknan Azhari dalam bukunya Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi atas Pemikiran Saādoe ddin Djambek). 3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka metode yang penulis gunakan adalah metode dokumentasi,

14 wawancara dan observasi (pengamatan). Dalam hal ini penulis mengumpulkan beberapa dokumen, data, dan buku-buku yang berkaitan dengan waktu salat salah satunya adalah hisab waktu salatnya Saādoe ddin Djambek, kemudian menelaah, mengkaji serta menganalisanya. Wawancara penulis lakukan pada beberapa tokoh yang berbeda. Pertama kepada Slamet Hambali, Judhistira Aria Utama dan Thomas Djamaluddin untuk mendapatkan data terkait hal-hal yang berhubungan dengan ilmu Falak khususnya mengenai pengaruh penggunaan data-data lama dalam hisab awal waktu salat dan perjalanan matahari beserta akibatnya, selanjutnya kepada Anashom untuk mendapatkan sejarah daripada jadwal waktu salat tertua. 4. Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah metode kualitatif. 19 Hal ini dikarenakan data-data yang akan dianalisis merupakan data yang diperoleh dengan cara pendekatan kualitatif. Analisis data yang akan dilakukan terdiri atas deskripsi dan analisis isi (content analysis). Deskripsi penulis akan memaparkan data-data atau hasil penelitian melalui teknik pengumpulan data yang telah disebutkan di atas. Dari situ akan diketahui bagaimana konsep hisab yang dimiliki oleh Saādoe ddin Djambek dalam membuat pedoman waktu salat sepanjang masa. 19 Analisis kualitatif pada dasarnya menggunakan pemikiran logis, analisis dengan logika induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat Tatang Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo persada, 1995, hlm. 95.

15 Bukan hanya itu, setelah semua data terkumpul, penulis mencoba untuk melakukan pengujian atas hasil karya Saādoe ddin Djambek dengan menganalisis data-data yang digunakan dalam pembuatan jadwal waktu salat tersebut dan juga membandingkannya dengan metode kontemporer. Metode kontemporer sengaja digunakan, karena metode ini berdasarkan pada perhitungan yang lebih canggih yaitu menganut pada unsur spherical trigonometry dan penggunaan data-data yang selalu up-to-date. Selain itu penulis juga melakukan observasi dengan cara mengamati keadaan alam pada saat tanda-tanda dimulainya awal waktu salat tiba sesuai dengan hasil perhitungan yang terdapat pada jadwal. Penelitian ini tidak hanya menguraikan karya Saādoe ddin Djambek akan tetapi juga mengujinya dengan melihat fakta alam yang terjadi, sehingga metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif analitis verifikatif. Pengujian dilakukan penulis di beberapa tempat, yaitu: di Pantai Marina yang terletak di Kota Semarang bagian Barat, Pantai yang berada di Benteng Portugis yang terletak di desa Ujung Watu (perbatasan antara kota Jepara dan Pati) dan Pulau Karimun Jawa. Tempat-tempat tersebut dipilih karena letaknya yang jauh dari perkotaan sehingga bisa didapatkan keadaan ufuk yang bersih (horizon) tanpa terganggu oleh bangunan-bangunan ataupun lampu-lampu kota.

16 Jika disimpulkan metodologi penelitian yang penulis lakukan akan tergambar jelas dari bagan berikut. Jenis Penelitian Kualitatif Sumber data Sumber primer: Jadwal Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoe ddin Djambek Sumber sekunder: Pustaka hisab rukyat baik kajian fikih maupun astronomi dan juga buku-buku yang berkaitan dengan hisab waktu salat Saādoe ddin Djambek Pengumpulan Data Library Research berupa Dokumentasi, wawancara dan observasi (pengamatan). Teknik Analisis Data Deskriptif analitis verifikatif. Hasil Penelitian 1. Mengetahui metode hisab awal waktu salat Saādoe ddin Djambek 2. Mengetahui akurasi dan relevansi Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoe ddin Djambek pada saat ini.

17 5. Sistematika Penulisan Secara garis besar, penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, dimana dalam setiap bab terdapat sub-sub bab permasalahan yaitu: Pada bab I membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kajian pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan. Pada bab II terdapat berbagai sub pembahasan, yaitu tentang Pengertian Salat, Dasar Hukum Awal Waktu Salat, Waktu-waktu Salat Maktubah, Konsep Awal Waktu Salat perspektif Astronomi, dan selanjutnya adalah Hisab Awal Waktu Salat berikut juga data-data yang diperlukan. Di dalam bab III mengemukakan tentang biografi intelektual Saādoe ddin Djambek, karya-karya ilmiahnya, data-data yang digunakan dalam pembuatan pedoman waktu salat sepanjang masa, proses hisabnya berikut juga tata cara penggunaannya. Bab IV merupakan pokok dari pembahasan penulisan skripsi ini, yang mengemukakan tentang analisis metode, akurasi dan juga relevansi daripada Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoe ddin Djambek pada saat ini. Bab V mengemukakan tentang penutup, dalam bab ini akan memuat kesimpulan atas bahasan yang penulis angkat, kemudian saransaran dan kata penutup.