BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pajak merupakan penerimaan terbesar Indonesia. Pajak merupakan alat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI KUALITAS PELAYANAN. NI LUH SUPADMI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara dan pembangunan nasional adalah pajak. Pemungutan pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri, salah satunya berupa pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu. dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB II KAJIAN TEORI. menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat. untuk menyelenggarakan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena

BAB I PENDAHULUAN. dana, tenaga, dan ilmu yang tidak sedikit, yang tidak mungkin hanya

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Penghasilan : Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa seluruh pembiayaan negara harus dibiayai dari pendapatan negeri dalam

SURVEY KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGUSAHA UKM DI KOTAMADYA DEPOK

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

ACCOUNT REPRESENTATIVE JEMBATAN PENGHUBUNG BAGI KEPATUHAN WAJIB PAJAK. Eddy Suryanto HP Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Disusun Oleh: EINVRI ARDIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account. mengimplementasikan Organisasi Modern.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kewajiban warga negara untuk membayar iuran atas penghasilan yang didapat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam peraturan perundang-undangan maupun sistem. wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan perbaikan, pembangunan, dan kemajuan negara ini salah

PENDAHULUAN BAB I. terus berupaya dalam memaksimalkan potensi pajak untuk memenuhi APBN

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pajak, dengan menjaring wajib pajak baru (

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Pendapatan Negara. PERKEMBANGAN PENDAPATAN NEGARA Tahun (dalam milyaran rupiah)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku perpajakan Mardiasmo (2008) : a. Iuran dari rakyat kepada negara. b. Berdasarkan undang-undang.


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disetujui masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan suatu kondisi dimana seseorang taat terhadap perintah atau

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pembangunan dan pengeluaran Negara. sistem perpajakan dari Official Assessment System menjadi Self

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan alat yang digunakan pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat dalam membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang sifatnya memaksa dan dipungut berdasarkan norma hukum tanpa mendapat jasa timbal balik (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum, Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. (2012) dalam Siti Resmi (2012). Peranan pajak dirasakan semakin penting, maka dari itu pemerintah akan meningkatkan target penerimaan pajak. Usaha meningkatkan penerimaan negara di sektor pajak mempunyai kendala yaitu antara lain tingkat kesadaran Wajib Pajak yang masih rendah. Hal ini ditunjukan melalui masih adanya Wajib Pajak yang membayar kewajiban pajaknya lebih kecil daripada yang seharusnya. Pembiayaan belanja negara yang semakin meningkat memerlukan penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri tanpa harus bergantung pada bantuan dan pinjaman dari luar negeri. Hal ini berarti bahwa semua pembelanjaan negara harus dibiayai dari pendapatan negara, yaitu penerimaan dari pajak dan penerimaan bukan pajak, Said (2006) dalam Jatmiko (2006). 1

Bab I. Pendahuluan 2 Sebelum era reformasi perpajakan, sistem pemungutan pajak yang ditetapkan adalah official assessment system. Sistem ini merupakan sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada fiskus untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak (WP) (Tarjo dan Kusumawati, 2006). Kelebihan dari sistem ini adalah segala risiko pajak yang akan timbul menjadi tanggung jawab fiskus, seperti terlambat membayar atau melapor dikarenakan keterlambatan fiskus menetapkan besarnya jumlahnya pajak terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Kelemahan dari sistem ini adalah Wajib Pajak bersifat pasif mengikuti ketentuan dan ketetapan yang dikeluarkan oleh fiskus. Sistem self assessment memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak (WP) untuk menghitung, membayar, dan melaporkan seluruh pajak yang menjadi kewajibannya (Tarjo dan Kusumawati, 2006). Dengan kata lain, Wajib Pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Kelebihan dari sistem self assesment ini adalah Wajib Pajak diberi kepercayaan oleh fiskus untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Kelemahan dari sistem ini adalah segala risiko pajak yang akan timbul menjadi tanggung jawab Wajib Pajak. Pernyataan hampir senada juga dikemukakan oleh Harahap (2004) bahwa dianutnya sistem self assessment membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung sistem self assessment. Selanjutnya, sistem self assesment dalam pelaksanaannya sulit dijalankan.. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar Wajib Pajak yang sengaja tidak patuh,

Bab I. Pendahuluan 3 kesadaran Wajib Pajak yang rendah atau kombinasi dari keduanya, sehingga membuat Wajib Pajak enggan untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak. Pelaksanaan self assesment system belum bisa diterapkan oleh Wajib Pajak. Hal ini ditunjukan dengan Wajib Pajak seringkali tidak melaporkan penghasilan yang sebenarnya, Tarjo dan Indra (2006) dalam Novianti (1997). Pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh Wajib Pajak merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh Wajib Pajak karena tanpa adanya pengetahuan tentang pajak, maka sulit bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pemerintah telah melakukan upaya untuk menambahkan pengetahuan bagi para Wajib Pajak, diantaranya melalui penyuluhan, iklan-iklan di media massa maupun media elektronik dengan tujuan agar para Wajib Pajak lebih mudah mengerti dan lebih cepat mendapatkan informasi perpajakan. Informasi perpajakan tersebut tidak hanya berisi tentang kewajiban Wajib Pajak. Oleh karena itu, Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak. Pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak menjadi peranan penting terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Petugas pajak dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada Wajib Pajak serta dapat memupuk kesadaran tentang tanggung jawab membayar pajak (Gardian dan Haryanto, 2006). Petugas pajak yang memberikan pelayanan baik, diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak. Salah satu tolak ukur untuk mengukur perilaku Wajib Pajak adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban menyampaikan Surat

Bab I. Pendahuluan 4 Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat waktu. Semakin tinggi tingkat kebenaran dalam menghitung, menyetor dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat waktu, diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya. Kepatuhan yang dikatakan oleh Norman D. Nowak merupakan suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang tercermin dalam situasi, Devano (2009) dalam Supadmi (2009), sebagai berikut: a. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Pengertian kepatuhan Wajib Pajak menurut Chaizi Nasucha (2010) dalam Rahayu (2010), menyatakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan dari: a. Kewajiban Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri. b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan. c. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang. d. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Adapun menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 tanggal 3 Juni 2003, Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak patuh yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila memenuhi semua syarat sebagai berikut: a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2 (dua) tahun terakhir.

Bab I. Pendahuluan 5 b. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. c. SPT Masa yang terlambat itu disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa-masa pajak berikutnya. d. Tidak mempunyai tunggakan Pajak untuk semua jenis pajak 1. Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. 2. Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP (Surat Tagihan Pajak) yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir. e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir. f. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal. Laporan audit harus: 1. Disusun dalam bentuk panjang long form report. 2. Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal. Di sisi lain dengan adanya berbagai kasus korupsi di bidang perpajakan pelaku korupsi merupakan petugas pajak yang berdampak dan akan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas pajak yang menyebabkan turunnya tingkat kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak. Di Indonesia, otoritas pemegang kebijakan fiskal berada di Departemen Keuangan yang tugas dan wewenangnya dipegang oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Bab I. Pendahuluan 6 Meskipun tingkat kepatuhan masyarakat masih dinilai rendah untuk membayar pajak, Direktorat Jenderal Pajak terus berusaha untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak. Menurut Supadmi (2009) untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan. Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan. Hakikat pelayanan yang baik adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi pemerintah di bidang pelayanan umum. Pelayanan umum berkualitas apabila pelaksanaannya tidak menyulitkan, prosedurnya tidak banyak selukbeluknya, dan persyaratan mudah dipenuhi pelanggan. b. Pelayanan petugas pajak yang cepat, memuaskan dan sikap petugas pajak yang tanggap serta sangat membantu. c. Aparatur yang bertugas melayani pelanggan harus memberikan penjelasan sejujur-jujurnya, apa adanya dalam peraturan atau norma, jangan menakutnakuti, jangan merasa berjasa dalam memberikan pelayanan agar tidak timbul keinginan mengharapkan imbalan dari pelanggan. Standar pelayanan harus diumumkan, ditempel pada pintu utama kantor. d. Pemberian sosialisasi atau penyuluhan tentang peraturan pajak yang dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami dan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak.

Bab I. Pendahuluan 7 Berdasarkan uraian di atas penulis ingin menganalisis perbedaan persepsi mengenai kepatuhan Wajib Pajak, maka penelitian ini akan diberi judul: Analisis Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Lingkungan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegallega Bandung). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang ada pada penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak? 2. Apakah ada pengaruh lingkungan terhadap kepatuhan Wajib Pajak? 3. Apakah ada pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak? 2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kepatuhan Wajib Pajak? 3. Untuk mengetahui pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak?

Bab I. Pendahuluan 8 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi pengambil kebijakan dalam hal meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak, antara lain : 1. Bagi Mahasiswa, sebagai langkah awal dalam mengaplikasikan semua ilmu yang telah diperoleh khususnya di bidang perpajakan. 2. Bagi Pihak Pemerintah, sebagai langkah untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakan. 3. Bagi Akademis, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumber informasi dan referensi kajian teori bagi peneliti yang berminat pada bidang dan topik permasalahan yang sama.