BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keanekaragaman bangsa Indonesia ditandai dengan adat istiadatnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Tari pada

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan etnis dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada, sehingga dapat menjadi sebuah daya tarik bagi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Musik dapat

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman bangsa Indonesia ditandai dengan adat istiadatnya masing-masing dan sesuai dengan kebudayaannya yang dipatuhi dan dilaksanakan kaumnya. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku memiliki seni budaya, masing-masing suku di Indonesia mempunyai seni budaya tersendiri yang masih banyak belum diketahui asal usulnya, keberadaanya dan bentuk penyajiannya. Kebudayaan di setiap daerah sangat berpengaruh dalam pola pikir dan kebiasaan masyarakat. Setiap daerah mempunya ciri khas dan kebiasaan di dalam kelompok masyarakat daerah tersebut, seperti Suku Batak, dapat dikenal dan kita ketahui dari cara mereka berbicara dengan suara yang keras, terkadang banyak orang berangapan bahwa mereka sedang marah namun sebenarnya tidak. Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa kebudayaan berpengaruh dalam pola pikir dan jati diri masyarakat Indonesia. Sumatera merupakan salah satu pulau besar yang terletak di sebelah Barat Indonesia dan memiliki suku yang berbeda-beda serta bahasa yang beragam. Pulau Sumatera terbagi atas tiga bagian yaitu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Sumatera Selatan yang terletak di sebelah selatan Pulau Sumatera dengan ibukotanya Palembang. Sumatra Barat sebelah barat Pulau Sumatera dan ibukotanya Padang, dan Sumatera Utara dengan ibukotanya Medan. Ketiga pulau di Sumatera ini memiliki kebudayaan dan suku yang berbeda-beda. 1

2 Unsur-unsur kebudayaan seperti sistem bahasa, sistem kesenian, sistem kemasyarakatan, sistem religi, sistem teknologi, sistem ekonomi, sistem organisasi sosial merupakan unsur-unsur yang bersifat universal. Dan oleh karena itu dapat diperkirakan bahwa kebudayaan suatu bangsa mengandung suatu aktivitas adat-istiadat dari antara ketujuh unsur universal tersebut (Koenjtaraningrat 1997:4). Kenyataan ini dapat juga kita jumpai di pulau yang kaya akan adat istiadat dan budaya adalah Sumatera bagian Utara. Sumatera Utara adalah sebuah propinsi di Indonesia yang mamiliki beranekaragam suku yang tingal dan menetap di sana, misalnya Melayu, Jawa, Nias, Batak. Ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias. Masing-masing etnik memiliki bermacam kebudayaan dan tradisi yang berbeda-beda pula, baik dibidang kesenian daerah,adat istiadat, musik dan lain-lain. Salah satu hasil budaya yang paling menonjol dari tiap-tiap daerah adalah lagu dan musik. Musik dan lagu merupakan jalan atau cara bagi manusia untuk secara langsung mengungkapkan jiwanya, getaran jiwanya berupa lagu yang berirama, jeritan, kerinduan atau kebahagian yang diungkapkan melalui nyanyian. Seni budaya tersebut harus dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu kebudayaan Indonesia. Walaupun pada masa Nenek Moyang kita itu,kita dikatakan primitif, tetapi patut kita kagumi, pemikiran mereka dahulu. Karena sampai pada saat zaman nuklir ini, masih dapat kita kenal dan nikmati hasil pikiran mereka itu. Sampai sekarang berbagai macam seni yang diciptakan mereka itu, masih banyak yang menginginkan, mencari-cari untuk digali kembali.

3 Itulah patut kita puji dan salut atas macam seni yang dapat kita warisi sampai sekarang ini. Salah satu etnik yang masih mewarisi seni dan masih dapat kita temui adalah pada masyarakat Mandailing di daerah Tapanuli Selatan. Mandailing adalah suatu masyarakat hukum adat yang merupakan suatu wadah kemasyarakatan, sebagaimana halnya dengan negara, sebagai wadah yang lebih besar, mendiami suatu wilayah. Wilayah Mandailing ini tidak dapat disamakan dengan pembagian wilayah menurut pembagian wilayah yang ditetapkan undang-undang negara, yang mengatur tentang pembagian wilayah. Wilayah Mandailing berada di sepanjang jalan raya lintas Sumatera di daerah Tapanuli Selatan. Masyarakat Mandailing memiliki dua jenis folklor yang cukup terkenal, yaitu ende dan ende-ende. Ende adalah nyanyian tradisional (folksong), sedangkan ende-ende adalah kesusasteraan lama berbentuk puisi (adakalanya disebut pantun ) yang dilantunkan secara oral (lisan), dimana keduanya merupakan warisan budaya leluhur mereka. Dalam penyajiannya, baik ende maupun ende-ende menampilkan representasi struktur, fungsi, dan nilai-nilai budaya yang sebagian masih berlaku dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Mandailing sampai sekarang. Ende dan ende-ende memiliki berbagai macam fungsi seperti untuk sosial-kemasyarakatan, pendidikan, komunikasi dan informasi, serta hiburan. Sedangkan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya mencakup nilai religius, filsafat dan estetika. Sementara struktur makronya mengungkapkan

4 tema-tema umum menyangkut gotong royong, etika, motivasi, kritik sosial, patriotisme, dan lain-lain. Sedangkan struktur mikronya menyangkut penggunaan kosa kata dan gaya bahasa yang merepresentasikan ideologi kultural masyarakat Mandailing. Ende dan ende-ende pada umumnya menggunakan kosa kata dari dua ragam Hata Mandailing yaitu hata somal (ragam bahasa Mandailing yang dipergunakan oleh orang-orang Mandailing dalam percakapan sehari-hari sampai pada saat ini) dan hata andung (semacam ragam bahasa sastra, yang pada masa dahulu khusus digunakan oleh orang-orang Mandailing pada waktu meratapi jenasah dalam upacara kematian. Juga digunakan oleh gadis ketika ia meratap di hadapan orang tuanya pada saat akan berangkat meninggalkan mereka untuk selanjutnya dibawa ke rumah keluarga calon suaminya), sementara gaya bahasa yang digunakan adalah metafora, personifikasi, hiperbola, dan repetisi. Menurut James Danandjaja (1984) Secara etimologi folklor (folklore, bahasa Inggris) berasal dari kata folk dan lore. Folk artinya kolektif atau bersamasama, sedangkan lore menunjukkan pada proses tradisi pewarisan kebudayaan secara turun-temurun. Folklor berkembang pada masyarakat yang memiliki kesamaan cita-cita, ciri-ciri fisik, sosial dan budaya. Jadi folklor lebih menunjukkan pada kesamaan identitas dalam suatu kelompok etnik untuk membedakannya dengan kelompok-kelompok etnik lainnya. Folklor adalah suatu kebudayaan masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun dalam bentuk lisan, gerak isyarat dan alat bantu pengingat (mnemonic device). Folklor merupakan sebagian dari unsur kebudayaan yang penyebarannya dilakukan secara lisan (dari mulut ke mulut) atau dengan cara-cara lain, sehingga folklor terdiri atas

5 "folklor lisan" dan "folklor non-lisan". Sebagai tradisi lisan, folklor berkembang sejak masyarakat pra-sejarah atau pra-aksara sampai sekarang. Dengan demikian tradisi lisan merupakan unsur dari folklor itu sendiri, sedangkan cakupan folklor lebih luas jika dibandingkan dengan "tradisi lisan". Sehingga antara jenis folklor dengan "tradisi lisan" memiliki perbedaan. Dalam hal ini, folklor mencakup semua "tradisi lisan", "tari-tarian rakyat" dan "nyanyian rakyat", sedangkan "tradisi lisan" terdiri dari "cerita rakyat", "teka-teki rakyat", "peribahasa rakyat" dan "nyanyian rakyat". Bagi sekelompok masyarakat yang memiliki kesamaan identitas, folklor memiliki fungsi sebagai: (1) sistem proyeksi untuk mencerminkan angan-angan suatu kelompok tertentu; (2) alat untuk mengesyahkan "pranata-pranata sosial" dan lembaga-lembaga kebudayaan; (3) sarana pendidikan terhadap anak-anak dalam menerima pewarisan kebudayaan; dan (4) alat pemaksa terhadap "norma-norma sosial" agar dipatuhi oleh warga atau anggota kelompok bersangkutan. Masyarakat Mandailing memiliki berbagai corak nyayian tradisional (folksongs) dan mereka menyebutnya sebagai ende. Seorang ibu misalnya yang sedang bernyanyi sambil menimang anaknya agar tertidur disebut ende buebue. Begitu pula, ketika seorang ayah misalnya mengungkapkan rasa iba lewat nyanyian kepada anaknya yang ditinggal mati oleh ibunya dinamakan ende urouro. Selain itu, ende mamuro dapat hadir di dangau ketika seorang petani menghalau silopak (burung pipit) yang sedang memakan padi di sawahnya. Adapula seorang penjaja atau penjual ngiro (air nira) di dalam wadah bambu sewaktu ari poken (hari pekan) berteriak: ngiro na ngiro na!!! patalak

6 patalak so u patungkap ( air nira nah air nira nah!!! buka buka biar ku tuang ) adalah termasuk nyanyian yang lebih mementingkan lirik ketimbang lagunya sendiri, yang lebih dikenal dengan sebutan peddler s cries. Perlu diketahui bahwa ende sitogol dari Mandailing Godang memiliki "gaya ritmis" dan "pola melodis" yang jauh berbeda (cukup kontras) dengan ende onang-onang dari kelompok etnis Angkola, dan ende sitogol di Mandailing tidak pernah hadir (dinyanyikan) dalam konteks upacara adat perkawinan, sedangkan ende onang-onang dari Angkola itu merupakan nyanyian adat yang dihadirkan bersama tari adat tortor dengan iringan ensembel musik adat gondang dua. Meskipun ada ende onang-onang yang dinyanyikan bukan dalam konteks upacara adat, namun penggarapan gaya musikalnya tidak jauh berbeda, biasanya hanya lirik atau syairnya saja yang berbeda. Jadi jelas bahwa penggunaan ende sitogol dari Mandailing Godang ini tidak sama dengan ende onang-onang dari Angkola. Dalam hal ini, Angkola adalah satu kelompok etnik tetangga terdekat kelompok etnik Mandailing di Tapanuli bagian selatan, sehingga di antara kedua kelompok etnik ini memang banyak dijumpai persamaan adat dan budaya karena keduanya bertetangga sangat dekat dan mereka hidup berdampingan dengan rukun karena terjalin erat oleh sistem sosial Dalian Na Tolu dan sistem kekerabatan kahanggi, mora, dan anakboru. Baik ende ungut-ungut maupun ende sitogol memiliki lirik atau syair berbahasa Mandailing dan umumnya berisi keluh-kesah (ungkapan perasaan) tentang cinta atau pun kemelaratan. Karena itu keduanya lebih mementingkan lirik ketimbang lagunya.

7 Ende sitogol ini bersifat individual dan dinyanyikan di tempat-tempat tertentu yang biasanya tidak disaksikan oleh orang banyak. Ende Sitogol biasanya diorbitkan seseorang dengan gaya dan suara yang lantang, tinggi dan merdu. Dilaksanakan di luar desa, seperti di padang pemeliharaan ternak (parmahanan), di kebun atau di sawah, sewaktu menjaga padi (mamuro), di atas pedati (parpadati), dan diwaktu-waktu santai. Ende sitogol biasanya diselang-selingi dengan alat musik tiup bernama uyup-uyup durame (olanglio, dibuat dari puput padi), dan sesekali membunyikan dosik (suitan dengan mulut) oleh seseorang yang melantunkan ende itu sendiri, atau oleh seorang temannya. Dilarang Marsitogol di dalam rumah, di kampung dan di tempat peribadatan. Dengan demikian Ende Sitogol memiliki fungsi sebagai media komunikasi, hiburan, atau beberapa fungsi yang lain. Namun, Ende Sitogol juga menggambarkan suatu ciri atau kebudayaan masyarakat Mandailing lewat teks/syair dan menyampaikan makna yang terkandung dalam teks/syair tersebut. Dalam menganalisis tekstual disini, penulis tidak hanya mencari apa yang menjadi arti dari syair yang dinyanyikan. Namun mencari makna yang terkadung dalam ende sitogol dan melihat karakteristik dari kebudayaannya. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menjadikan sebagai topik penelitian. Maka untuk itu penulis mengambil Judul Bentuk dan Makna Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan

8 B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berasal dari uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah yang akan diteliti dan lingkup permasalahan yang lebih luas. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah serta mencakup masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Menurut pendapat Hadeli (2006:23) menagatakan bahwa: Identifikasi masalah adalah situasiyang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebaisaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan. Berdasarkan pendapat di atas serta melihat latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian inidapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana struktur melodi dan teks/syair dari Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan? 2. Bagaimana cara penyajian Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan? 3. Bagaimana bentuk dan makna Ende Sitogol tersebut Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan? 4. Apa fungsi Ende Sitogol tersebut pada masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan? 5. Bagaimana tanggapan masyarakat dan pemerintah setempat dalam melestarikan Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan?

9 6. Bagaimana perkembangan Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan? C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah dan untuk mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana, kemampuan penulis, maka penulis mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat Sukardi (2003:30) yang mengatakan bahwa: dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung kepada kesenangan peneliti. Oleh karena itu,perlu hatihati dan jeli dan mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masal di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur melodi dan teks/syair dari Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan? 2. Bagaimana cara penyajian Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan? 3. Bagaimana bentuk dan makna Ende Sitogol tersebut Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan?

10 4. Bagaimana tanggapan masyarakat dan pemerintah setempat dalam melestarikan Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan? D. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukuan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban. Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana bentuk dan makna Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan? E. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, pada umumnya pasti mempunyai tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu tujuan tertentu yang jelas maka kegiatan tersebut tidak akan dapat terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan terlihat pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:

11 1. Untuk mengetahui struktur melodi dan teks/syair dari Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan. 2. Untuk mengetahui cara penyajian Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan. 3. Untuk mengetahui bentuk dan makna Ende Sitogol tersebut Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan. 4. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat dan pemerintah setempat dalam melestarikan Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dicapai, diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan. 2. Sebagai bahan dokumentasi untuk mengenal kesenian tradisional Mandailing kepada masyarakat. 3. Sebagai bahan referensi dan acuan yang relevan bagi peneliti berikutnya. 4. Sebagai upaya dalam melestarikan salah satu kebudayaan Mandailing guna mencegah kepunahan.

12 5. Sebagai kajian teori bagi kepustakaan Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan khususnya program Studi pendidikan Seni Musik. 6. Sebagai wawasan bagi penulis sendiri dalam membuat sebuah penelitian ilmiah berikutnya.