BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan konservasi di Indonesia baik darat maupun laut memiliki luas lebih dari 28 juta hektar yang kini menghadapi ancaman dan persoalan pengelolaan yang sangat berat. Ancaman tersebut dapat berupa ancaman langsung maupun tidak langsung. Ancaman langsung meliputi praktik penebangan liar, penyerobotan dan konversi lahan, penangkapan hewan langka, pengeboman ikan, maupun yang disebabkan oleh faktor-faktor alam seperti kebakaran hutan dan fenomena pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Ancaman tidak langsung meliputi hal-hal yang disebabkan oleh adanya kebijakan yang berkonotasi dua (ambiguity), ketidakjelasan akan hak-hak dan akses masyarakat, peraturan perundang-undangan yang kurang memadai dan tumpang tindih, serta penegakan hukum yang lemah sehingga pengelolaan kawasan konservasi termasuk yang berkategori taman wisata alam laut tidak efektif. Pengelolaan terumbu karang di kawasan Teluk Kupang merupakan salah satu kawasan konservasi di Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) juga menghadapi pemasalahan seperti yang dipaparkan sebelumnya. Hal tersebut bahkan diperburuk dengan minimnya pendanaan untuk operasional konservasi dan kurangnya kesadaran dari masyarakat akan arti penting sumberdaya terumbu karang baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya. Penangkapan ikan dengan cara-cara tidak ramah lingkungan, seperti penangkapan ikan dengan bom telah 1
2 menghancurkan ekosistem terumbu karang di beberapa kawasan Teluk Kupang, demikian pula aktivitas pariwisata sering menimbulkan dampak terhadap kehidupan karang. Rusaknya ekosistem terumbu karang merupakan indikator yang sangat nyata. Pada saat ini terdapat suatu program untuk memperbaiki kondisi terumbu karang sedang dilaksanakan. Program tersebut, tampaknya dapat diimplementasikan dengan mempertimbangkan perilaku masyarakat, pihak swasta dan instansi pemerintah (pusat dan daerah) yang memiliki kewenangan terhadap akses dan pemanfaatan sumber daya alam pesisir di Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang. Sejak ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam pada tahun 1993, berbagai upaya pelestarian Kawasan TWAL Teluk Kupang telah dilakukan oleh berbagai pihak (Departemen Kehutanan 1997). Namun sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang di kawasan TWAL Teluk Kupang telah mengalami kerusakan (Bappeda Provinsi NTT 2003, Dewi 2009, Salean 2004). Berbagai kerusakan ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang kurang dari pengelolaan kawasan TWAL Teluk Kupang tersebut. Pengelolaan TWAL Teluk Kupang, sebagaimana halnya pengelolaan kawasan konservasi pada umumnya, seyogianya melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Dalam berbagai kasus, sering terjadi bahwa masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan sering kurang mendapat perhatian (Mudita & Natonis, 2008) telah menyatakan bahwa dalam pengelolaan ketahanan hayati (biosecurity), suatu rencana pengelolaan betapapun sempurnanya rencana tersebut, tidak akan menghasilkan apapun bila masyarakat sebagai pemangku kepentingan utama tidak dilibatkan.
3 Kenyataan yang terjadi adalah laju kerusakan lingkungan semakin meningkat, yang ditandai dengan kerusakan semakin parah pada beberapa ekosistem pesisir di sekitar kawasan. Kerusakan ekosistem terumbu karang di Teluk Kupang, mengacu pada hasil penelitian Ninef, dkk (2002), mencapai 30,6%. Kegiatan memulihkan kondisi terumbu karang juga dilakukan melalui program transplantasi karang. Meskipun kegiatan ini relatif berhasil, namun daya pulih terumbu karang relatif lebih lama, sementara penambangan karang dan penangkapan secara destruktif di daerah di dalam kawasan masih berlangsung (Angwarmasse 2009). Kesenjangan antara upaya pelestarian dan upaya pengelolaan kawasan yang tidak ramah lingkungan, perlu dipersempit. Dengan demikian, terdapat keterpaduan antara pemahaman masyarakat dan program kegiatan tepat guna dan tujuan pemberian status kawasan pelestarian alam Teluk Kupang. Secara sederhana, sejak ditetapkan sebagai kawasan konservasi dalam bentuk taman wisata alam laut, seyogianya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan di dalam kawasan berada pada nilai minimal sama dengan pada saat ditetapkan, sehingga tidak terjadi penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan. Kerusakan yang masih terus terjadi di kawasan TWAL Teluk Kupang tersebut mengancam keberlanjutan TWAL Teluk Kupang. Mengingat lokasi TWAL Teluk Kupang yang sangat strategis sebagai etalase pelestarian (karena terletak tepat di depan Kota Kupang), maka ancaman kerusakan tersebut perlu ditemukan akar permasalahannya guna menghasilkan suatu strategi pengelolaan yang dapat mengakomodasi kepentingan berbagai pihak pemangku. Seiring dengan perkembangan paradigma pengelolaan kawasan konservasi yang mutak-
4 hir, maka bukan tidak mungkin bahwa untuk mengatasi berbagai kerusakan yang masih terus terjadi tersebut diperlukan perubahan paradigma pengelolaan dari pengelolaan yang bersifat top-down menjadi pengelolaan bersifat bottom up. Pengelola Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Kupang, tampaknya sangat memahami bahwa pembangunan yang terkait dengan sumber daya alam adalah tanggung jawab penuh yang tantangan dan perlu dilaksanakan, dengan mempertimbangkan kebutuhan para pihak yang kehidupannya sangat tergantung pada sumber daya alam tersebut, baik di masa sekarang maupun di masa depan. Upaya untuk mencari suatu strategi pengelolaan dengan menggunakan pendekatan struktural perlu diinisiasi oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Dengan demikian diharapkan dapat terselenggara efektivitas pengelolaan. 1.2 Rumusan Masalah Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Kupang memiliki sejumlah ekosistem penting sebagai obyek wisata alam, diantaranya ekosistem terumbu karang. Kondisi ekosistem terumbu karang di dalam kawasan TWAL Teluk Kupang dapat menentukan nilai ekologi dan ekonomi dari kawasan TWAL Teluk Kupang. Terumbu karang yang kondisinya baik akan memberikan maanfaat secara ekologi bagi ketersediaan sumberdaya hayati dan pada akhirnya akan memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat sekitarnya dan pengelola. Pengelolaan yang efektif dari TWAL Teluk Kupang akan memberikan dampak terhadap kondisi biofisik kawasan termasuk kondisi terumbu karang dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Untuk itu yang menjadi indikator penting dalam peneli-
5 tian ini adalah tata kelola kawasan, kondisi biofisik terumbu karang dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan TWAL Teluk Kupang Berdasarkan uraian tersebut di atas, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tingkat capaian pelaksanaan pengelolaan di TWAL Teluk Kupang? 2. Bagaimanakah kondisi terumbu karang terutama tutupan karang hidup (live coral coverage) di kawasan TWAL Teluk Kupang setelah pengelolaan berjalan? 3. Bagaimanakah kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir sekitar kawasan TWAL Teluk Kupang setelah pengelolaan berjalan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan pengelolaan kawasan TWAL Teluk Kupang. 2. Untuk mengetahui kondisi tutupan terumbu karang hidup kawasan TWAL Teluk Kupang setelah pengelolaan. 3. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan TWAL Teluk Kupang setelah pengelolaan berjalan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diperolehnya informasi tingkat efektivitas pelaksanaan pengelolaan di kawasan TWAL Teluk Kupang ini, nantinya dapat digunakan sebagai acuan
6 oleh pengelola kawasan untuk mempertahankan atau meningkatkan capaian pengelolaan. 2. Diperolehnya data mengenai kondisi terumbu karang di kawasan TWAL Teluk Kupang dan kondisi beberapa aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan TWAL Teluk Kupang setelah adanya inisiasi pengelolaan. 3. Diperolehnya informasi mengenai keterkaitan antara capaian pengelolaan dengan kondisi ekosistem terumbu karang maupun indikator sosial ekonomi, yang selanjutnya bisa dipakai acuan untuk mempertahankan atau meningkatkan salah satu (atau lebih) indikator dimaksud.