pembangunan setiap bangsa. Pendidlkan yang tepat merupakan satu-satunya cara meningkatkan Jrualitas sumber daya manusia, dan harus dimulai sejak dini.

dokumen-dokumen yang mirip
PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan dasar sering disebut masa keemasan (golden age) serta masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang. dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang mendapat bimbingan, pembinaan dan rangsangan sejak dini akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

BAB I PENDAHULUAN. dipahami orang lain, seseorang perlu memiliki kosakata ( vocabulary ) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

Tabel 1. 1 Target Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Tahun ,7 Juta (61,8%) 5,85 Juta (19,37%) 12,85 Juta (42,43%)

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Hal ini sesuai dengan undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak- Kanak termasuk jenjang Pendidikan Anak Usia

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 1 DIBAL NGEMPLAK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang berkembang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Smnber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar pembangunan setiap bangsa. Pendidlkan yang tepat merupakan satu-satunya cara meningkatkan Jrualitas sumber daya manusia, dan harus dimulai sejak dini. Indonesia sebagai negara dengan jumlah pendudulc yang besar, berdasarkan data tahun 2000, memililci sekitar 26,09 juta ana1t usia dini (Chaeruman, 2003). Besarnya potensi generasi penerus yang dimiliki bangsa ini sangat menentulcan ' kemajuan bangsa di ma.sa yang akan datang, dcngan demikian memerlulcan pemikiran dan upaya pengembangan yang tepat agar pada masa yang akan datang dapat menjadi generasi andal dan berlrualitas. Anak usia dini adalah anak usia 0-8 tahun. Dengan pembagian pentahapan : 0-1 tahun adalah usia bayi; 1-3 tahun adalah usia batita (bayi tiga tahun); 4-6 tahun adalah usia prasekolah; dan 7-8 tahun adalah usia SO kelas awal ( Rahman, 2005 ). Pendidikan ana1t usia dini memegang peranan yang sangat penting dan mcnentulcan bagi sejarah perkembangan anak selanjumya, sebab pendidikan anak usia dini merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Perlakuan pendidikan yang tepat dari lingkungannya akan membawa dampak bagi perkembangan anak, baik secara fisik, kognitif, sosial maupun emosi. Begitu pula sebaliknya. perlakuan yang kurang tepat akan membawa kerugian bagi perk.embangan mereka Menurut Rahman ( 2005 ) Anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang 1

itu akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktiviras, dan kreativiras. Upaya dalam memberilcan pendidikan yang tepat bagi anak usia dini telah dimulai sejak abad ke 17 oleh Yoban Annos Commenius. 1a adalah orang pertama yang memandang anak didik sesuai dengan sifatnya yang k.has dan berbeda dengan orang dewasa. Perhatiannya tentang pendidikan anak usia dini ( k.hususnya anak usia prasekolah ) t.erus berkembang sampai abad berilcutnya, hal ini t.erbukti dengan berdirinya Taman Kanak-Kanak pertama yang diciptakan oleb Friederich ' ' Wilhem Froebel pada tahun 1782. Dalam melaksanakan proses pendidikannya menggunakan metode belajar sambil bennain, dengan program pendidikan yang disesuaikan dengan sifat perkembangan anak, serta melibatkan anak untuk aktif dalam proses pemelajarannya ( Ahmadi, 1991 ). Di Indonesia, perhatian masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya pendidikan sejak usia dini ini tampak semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya diselenggarakan program pendidikan formal ( Taman Kanak-Kanak) untuk anak usia 3-6 tahun. Berbagai bentuk lembaga pendidikan anak mulai bermunculan dengan segala kek.hasannya. Secara umum tujuan program anak usia dini adalah memfasilirasi pertumbuhan dan perkembangan anak seeara optimal dan menyeluruh sesuai deogan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut (Rahman, 2005). Melalui program pendidikan yang dirancang dengan baik, anak akan mampu mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, dari aspek fisik, sosial, moral, emosi, kepribadian, dan kreativitasnya. 2

Pelayanan pendidilcan formal anak usia dini pada tahapan usia prasekolah adalah Taman Kanak Kanak. Taman Kanak-Kanak merupakan tempat bagi anak untuk mempersiapkan diri dalam memasu.ki jenjang pendidikan yang sesungguhnya, yaitu Sekolah Dasar. Oleh sebab itu Taman Kanak-Kanak bukanlah ~sekolah" nwnun merupakan taman untuk bermain. Taman ini berguna sebagai wadah transisi dari kehidupa.n rwnah ke kehidupan sekolah, diharapkan dengan mengikuti program pendidikan ini anak akan lebih siap dan matang untuk memasu.ki Sekolah Dasar. Kematang.an sekolah yang merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kesiapan anak untulc memasuki sekolah Dasar, sebaiknya telab dimiliki oleh setiap anak yang hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan tersebut, karena untuk dapat mengikuti pelajaran di Sekolah secara optimal membutuhlcan kesiapan kognitif, kemandirian, dan kemwnpuan psikomotorik sebagai persiapan untuk belajar menulis, serta kematangan sosial emosi untuk dapat menyesuikan diri dengan lingkungan baru sehingga mampu menerima tokoh otoritas selain dari orang tua. Guna mencapai tingkat kematangan sekolah maka kegiatan di Taman Kanak-Kanak menitikberatkan pada pengenalan konsep-konsep seperti bentuk, warna, ukuran, peningkatan kemampuan motorik halus dan kasar, pengenalan dasar berhitung dan huruf serta persiapan yang berkaitan dengan aspek sosial dan emosional anak serta pengembangan kreativitas. Oleh sebab itu para guru dan pengelola Taman Kanak-Kanak perlu mendesain programnya menuju pada tercapainya tingkat pengenalan tersebut dan jika anak telah mencapai tingkat tersebut maka dapat dikatalcan bahwa anak telah memililci tingkat kematangan 3

sekolah, artinya anak telah matang, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Anak usia dini yang eli didik eli Taman Kanak-Kanak berusia 3 sampai 6 tahun sering elisebut sebagai anak prasekolah. Pada rentang usia ini anak akan mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga para ahli psikologi menyebut masa ini sebagai masa keemasan atau golden age ( Patmonodewo, 2000). Pada masa ini anak yang sebelumnya tidak berdaya dan sangat tergantung pada orang tua mulai tumbuh mandiri. Ia semakin pandai dalam menggunakan fungsi tubuhnya dan tampak semakin kuat secara fisik, ia mampu berlari, melompat. menendang serta mahir dalam menggunalcan jari-jarinya, dan selain itu juga anak menunjuk.kan kemajuan yang pesat secara sosial dan emosional. Dalwn hal ini anak telah mampu bergaul dengan orang lain dan telah dapat mengembangkan rasa pengendalian dirinya Masa usia prasekolah ini elisebut juga sebagai masa peka untuk belajar, karena pada masa ini dalam eliri anak tersimpan semangat belajar yang tinggi. Ia selalu ingin tabu tentang berbagai objek yang ada eli sekitarnya Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada masa ini[ah saat yang tepat untuk mengoptimalkan potensi kecerdasan anak, karena 50 % dari potensi intelligensi anak terbentuk pada kurun usia 3-6 tahun dan mencapai 80 % pada saat usia anak 8 tahun dan selebihnya di proses pada saat anak berusia 18 tahun ( Bloom, dalwn Winkel I 997). Dengan melihat teori eli atas maka dapatlah prediksikan bahwa pendidikan yang di berikan pada usia dini dapat di jadikan sebagai cermin untuk melihat bagai.rnana keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang mendapatkan 4

pendidikan yang tepat akan memilild harapan yang lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Anak prasekolah memiliki karakteristilc yang khas, maka program pendidikan yang ditawarkan juga memiliki ciri khas seodiri yang membedalran dengan masa sesudahnya. Hal utama yang membedakan karakteristilc program pendidikan anak prasekolah adalah tuntutan tinglrat perkembangan dan cara belajamya. Dalam mendidik anak prasekolah barns memperhatikan segi-segi perkembangan dan kemampuannya misalnya kemampuan lcreativitas anak. Dalam mendidik tentunya alran dijumpai adanya anak dengan kemampuan kreativitas tinggi maupun rendah. Dengan adanya perbedaan potensi kreativitas membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam rnendidik anak. Me!lurut Rahman (2005) mengajarkan anak tentang sesuatu yang dapat dilalrulrannya akan lebih menguntungkan dari pada mengkonsentrasi!ran diri pada apa yang tidak dapat di ke1jakannya. Metode belajar yang bersifat relcreatif mampu menurnbuhkan perasaan senang dan kegairahan dalam belajar, sehingga potensi anak dapat berkembang secara positif. Bermain merupakan kebutuban bakiki bagi setiap anak, baik anak yang memiliki kemampuan krealivitas tinggi maupun anak yang rnemiliki kreativitas rendah. Melalui berrnain, anak belajar, deogan bermain anak mengembangkan segenap potensinya dan deogan bermain kreativitas anak dapat lebih terlatih ( Mulyadi, 1997). Di sisi lain Mayke ( 1995) menyatakan bahwa belajar melalui berrnain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulangulang, menemulran sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan dan meodapatkan s

bennacwn-macwn konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Selanjutnya Miller dalwn Mulyadi ( 1997 ) berpendapat setiap anak memiliki insting untuk bermain, yaitu kebutuhan untuk beraktivitas dalwn pola tertentu yang sangat membantu proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan ini tidak banya menyangkut pertumbuhan fisik, tetapi juga berkaitan dengan perkembangan mental, sosial dan kematangan emosional. Mengingat betapa pentingnya bermain bagi anak usia prasekolah ini membuat para ahli menjadikannya sebagai salah satu metode pengajaran di Twnan Kanak-Kanak. Dengan bennain memungkinkan anak untuk berekspresi sebebas-bebasnya, anak dapat bereksperimen, bereksplorasi, belajar memecahkan masalah, bebas bergerak, memberi kesempatan kepada anak untuk menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan teman sebaya serta melatih diri untuk mengekspresikan emosi secara wajar. Kondisi ini mwnpu merangsang kematangan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal inj sangat dibutuhkan dalwn menunjang keberhasilan anak untuk memasuki jenjang Sekolah Dasar. Anak yang telah matang sekolah secara seimbang lebih bergairah dalam belajar, serta mampu memotivasi diri untuk belajar. Selain itu satu bal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa orientasi belajar anak usia prasekolah bukan terfokus pada mengejar prestasi. seperti kemwnpuan membaca, menulis, berhitung dan penguasaan pengetahuan lain y11ng sifatnya akademis. Namun orientasi belajar lebih diarahkan pada mengembangkan pribadi, seperti sikap, minat belajar serta berbagai potensi dan kemwnpuan dasar anak. 6

Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ( Riyanto dan Handoko, 2004 ) disebutkan bahwa pendidikan prasekolah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam bentuk pengenalan keimanan, ketakwaan, hidup sebat, pengenalan kegiatan mandiri, nila.i keindahan, peran demokrasi, peran sosial, atribut bangsa, dan lingkungan alam melalui bennain. Sedangkan pada Pendidikan Dasar disebutkan tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam bentuk penanaman dasar keimanan, ketakwaan, hidup sehat, pengnasaan membaca menulis dan berhitung dan dasardasar keilmuan dan kecakapan, pembiasaan berfikir kreatif dan bekerja mandiri, penghayatan keindahan, aktualisasi nila.i dan penerapan prinsip demokrasi, penanaman kepekaan dan tanggung jawab sosial, pengenalan karakter bangsa, pemeliharaan lingkungan alam, dan pelaksanaan tugas secara bertanggung jawab. Dari gagasan di atas dapat ditarik kesimpulan bagi anak-anak usia dini khususnya kelas I dan II yang terpenting adalah penguasaan membaca rnenulis dan berhitung., jadi buk.an diberik.an pada pendidikan prasekolah. Namun pada kenyataannya tidak semua ahli, pendidik dan orang tua yang sependapat tentang penggunaan mctode berma.in. Pertentangan antara penting dan tidaknya metode berma.in diterapkan di Taman Kanak-Kanak, sebagai salah satu usaha untuk mempersiapkan anak masuk ke Sekolah Dasar terus menjadi pertentangan dari dahulu sampa.i sekarang. Sebaga.i contoh pada tahun 1860 Elizabeth Peabodi tidak menerima pendapat Froebel tentang konsep berma.in sambil belajar. Ia lebih menitikberatkan pada mala pelajaran dan guru tanpa memperbatikan sifat dan karakteristik anak prasekolah. Namun sistem yang 7

diterapkannya kurang berhasil sampai akhimya ia menerima pendapat Froebel dan mengubah metode pengajarannya.menjadi metode bermain ( Patmonodewo, 2000). Fenomena tentang lrurang pcntingnya bennain bagi anak prasekolah di kalangan orang tua dan guru masih sering terjadi di Indonesia. Sebahagian orang tua berpendupat bahwa bermain tidak berrnanfaat dan hanya membuang-buang waktu saja. Menurut mereka belajar hanya dilakukan dengan memahami buku teks sebanyak-banyalcnya, adanya rasa bangga jika anaknya telah mampu membaca pada usia dini atau keinginan orang tua agar anaknya lebih siap lagi ketika masuk ke Sekolah Dasar ( Sobur, 1998). Selain itu banyak Sekolah Dasar favorit yang menuntut calon siswanya agar telah pandai membaca, menulis dan berhitung ( Sukadji, 1990 ). Oleb karena tuntutan tersebut maka banyak Taman Kanak-Kanak yang berorientasi pada pencapaian prestasi akademik. Mereka telah mengajarkan siswanya membaca, menulis dan berhitung sebagaimana layaknya anak kelas satu Sekolah Dasar. Dengan adanya tuntutan yang demikian, akibatnya transisi kehidupan keluarga dan kehidupan sekolah terlalu pendek. Transisi ini tidak berhasil menanamkan bahwa sekolah itu menyenangkan. Apabila kita lihat dari kurikulum Pendidikan Taman Kanak-Kanak tahun 2004 dengan mengacu pada standar kompetensi, maka ruang lingkup kuri.kulum Taman Kanak-Kanak meliputi 6 aspek perkembangan yaitu: (I) Perkembangan moral dan nilai-nilai agama; (2) Perkembangan sosial, etnosional dan kemandirian; (3) Perkembangan kemampun bahasa; (4) Perkembangan 8

kemampuan kognitif; (5) Perkembangan seni (6) Perkembangan fisik/motorik. Apabila aspek perkembangan ini tercapai maka dapat dikatakan bahwa anak telah matang untuk sekolah. ( Rahman, 2005). Dengan menilik isi kurikulum tersebut dapatlah diambil kesimpulan bahwa pemerintah tentunya dengan berbagai pertimbangan ahli, masib belum membebani anak prasekolah dengan belajar membaca, menu1is dan berbitung. Pelajaran membaca menulis dan berbitung merupakan tugas dan aspek yang barns dikembangkan pada saat anak memasuki Sekolah Dasar. Namun dari pengarnatan peneliti, banyak Taman Kanak-Kanak yang telah membebani anak didik mereka dengan tugas belajar tersebut babkan mereka telah mengajarkan anak membaca pada saat anak memasuki Taman Bermain ( Play group ) Kegiatan ini dilakukan eli da1am kelas, baik menggunakan media ataupun tidak, kegiatan juga lebih dilakukan secara klasika1 wa1aupun kadang-kadang juga dilakukan secara individual sesuai dengan kecepatan anak, metode yang digunakan ada1ah metodc intruksi dimana anak-anak harus mengikuti apa yang di perintahkan oleb guru. Selain itu suasana dan tata ruang di da1am kelas pada saat berlangsungnya pembelajaran tersebut terkesan kaku dan formal Anak dianjurkan untuk melipat tangan pada saat guru mengajar serta bangku tersusun lurus menuju papan tulis. Dengan sistem pembelajaran yang dcmikian ruang gerak anak prasekolah jadi terbatas mereka tidak bebas mengekspresikan diri, karena dituntut untuk berperilaku ter1ib. Dengan metode yang demilcian anak dengan kemarnpuan kreativitas rendah tentunya akan menjadi lebih pasif karena dituntut untuk berperilaku tertib dan disiplin. Anak cenderung takut dan kurang mampu berinisiatif untuk mencari cara baru da1am 9

menyelcsaikan masalah belajar sehingga selalu mcmbutuhkan intruksi dalam bertindak, sehingga dengan kondisi yang demilcian anak menjadi tampak kurang matang. Selain itu, dengan sistem pendid.ikan yang dimikian, maka tujuan pendidikan prasekolah yang mempersiapkan anak agar matang secara kognitif, sosial, emosional menjadi tidak tercapai secara seimbang, karena para guru di Taman Kanak-Kanak dan tuntutan di Sekolah Dasar Iebih mementingkan aspek kognitif dari aspek-aspek yang lain ( Gustian, 2001}. Apabila orientasi bell\iar anak hanya ditekankan pada pencapaian prestasi akademik dengan eara-cara yang lebih formal mungkin anak dapat meneapai kemampuan tersebut sesuai dengan harapan guru, namun hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak selanjutnya. Diantara dampak negatif yang mungkin terjadi adalah tumbuhnya sikap negatif pada diri anak terhadap aktifitas belajar. Belajar sebagai tugas atau beban yang menyiksa. juga kemarnpuan kreativitas anak yang kurang berkembang optimal ( Rahman, 2005). Pendapat ini sejalan dengan pendapat Elkind ( dalam Sobur, 1985 ) yang menyatakan pemberian tugas belajar yang terlalu dini pada anak prasekolah jika tidak tepat akan mempunyai dampak yang merugikan bagi anak, diantaranya anak bisa merasa tertekan dan stress disebabkan kegagalannya di masa lalu, dan jika kegagalan tersebut terus menerus terjadi, menycbabkan anak menjadi kurang pereaya diri dan kurang matang dajam mengbadapi pelajaran dan permasalahan yang dihadapi saat bersekolah. 10

Berdasarkan uraian yang Ielah dikcmukakan di atas maka perlu dilakukan penelitian terhadap permasalahan yang akhir-akhir i.ni telah menjadi pertentangan di kalangan pendidik dan orang rua. B. ldenti.fikasi Mu l h Berdasarkan Jatar belakang masalah dapat d.iidentifikasi masalah sebagai berilrut : Apakah bennain sambil belajar mampu mengembangkan kematangan sekolah anak prasekolah? Apakah belajar secara formal mampu mengembangkan kematangan sekolah anak usia prasekolah? Apakah kematangan sekolah antara anak prasekolah yang menggunakan metode bennain lebih matang d.iband.ingkan dengan yang menggunakan metode belajar formal? Apakah metode bermain sambil belajar dapat merangsang lcreativitas analc? Apakab belajar secara formal dapat merangsang kreativitas anak? Apakah anak dengan kemampuan kreativitas tinggi juga memiliki kematangan sekolah yang tinggi pula? Dari kedua metode yaitu metode bermain sambil belaj ar dan belajar secara formal manakah yang lebih tepat untuk diterapkan di Taman Kanak-Kanak? Dari Kedua metode tersebut, manakah yang lebih berhasil dalam mengembangkan potensi yang dibutuhkan untuk mcmasuki sekolah Dasar? Dari kedua metode, manakah yang lebih berbasil untuk menanamka.n rasa senang belajar dan bersekolah? C. Pembatasan Masalab Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka masalah yang d.ikaji dalam penelitian ini dibatasi pada masalah yang berkaitan II

dengan penggunaan metode pembelajaran ( metode bermain sambil belajar dan metode belajar secara formal ), kreativitas dan kematangan sekolah. Dari kedua metode ini ingin dilihat seberapa besar pengaruh metode bermain sambil belajar dan metode belajar secara formal terhadap kematangan sekolah anak. Selain itu, ingin juga diteliti pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap kematangan sekolah. Kemudian dari dua kemampuan kreativitas ini yaitu kreativitas tinggi dan rendah peneliti ingin mengetahui metode pembelajaran yang paling sesuai untuk diberikan dalam rangka meningkatkan kematangan sekolah anak. D. Penunusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah penelitian eli atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah kematangan sekolah anak prasekolah yang menggunakan metode bermain sambil belajar lebih ma~g dibandingkan dengan anak prasekolah yang belajar secara formal di Taman Kanak-Kanak 'l 2. Apakah kematangan sekolah anak prasekolah yang memiliki kreativitas tinggi lebih matang jika dibandingkan dengan anak prasekolah dengan kemampuan kreativitas rendah? 3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan kreativitas terhadap kematangan sekolah? 12

E. Tujua.a Peaelitiaa Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah ; I. Untuk mengetahui perbedaan Jcematangan sekolah antara anak prasekolah yang menggunakan metode bermain sambil belajar dan anak prasekolah yang belajar secara formal di Taman Kanak-Kanak. 2. Untuk mengetahui perbedaan kematangan sekolah antara anak prasekolah yang memiliki kemampuan kreativitas tinggi dan anak prasekolah dengan kemampuan kreativitas rendah. 3. Untuk mengetahui interak.si antara metode pembelajaran dan kreativitas terhadap kematangan sekolah pada anak usia prasekolah. F. Manfaat Peaelitian Secara teoretis penelitian ini dibarapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan infonnasi yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada urnumnya dan secara khusus dalam bidang ilmu pendidilcan anak prasekolah. Dan secara praktis, diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan dapat dijadikan masukan bagi pendidik, orang tua, dan pengelola Taman Kanak-Kanak, sehingga dapat memberilcan program yang tepat bagi anak prasekolah yang sesuai dengan karakteristiknya. Selain itu secara morij diharapkan penelitian ini dapat membuka wawasan para orang tua dan pengelola Taman Kanak-Kanak untuk tidak membebani anak dengan tuga.s-tugas yang belum masanya. 13