IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BELITUNG

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kondisi Geografis Daerah Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

KONDISI UMUM BANJARMASIN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI. Kabupaten belitung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB IV GAMBARAN UMUM

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Kecamatan Selat Nasik

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

KARAKTERISTIK WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI W I L A Y A H

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

III. KEADAAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PROFIL SANITASI SAAT INI

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

BAB II TINJAUAN UMUM

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Transkripsi:

41 IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BELITUNG 4.1 Kondisi Fisik Daerah Beberapa bahasan yang berkaitan dengan kondisi fisik daerah pada wilayah studi adalah; geografi, topografi, kondisi tanah, iklim, dan penggunaan lahan. Masing-masing bahasan tersebut diuraikan secara tersendiri pada bagian di bawah ini. 4.1.1 Geografi Kabupaten Belitung terletak di Pulau Belitung yang merupakan bagian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pulau Belitung merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Bangka yang dikelilingi oleh laut-laut perairan dalam antara Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ukuran garis tengah dari timur ke barat ±79 km dan dari utara ke selatan ±77 km. Secara geografis Kabupaten Belitung terletak pada posisi 107 o 08-107 o 58,5 Bujur Timur dan 02 o 30-03 o 15 Lintang Selatan (Gambar 2). Batas-batas wilayahnya adalah; di sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur (daratan), sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan di sebelah barat ke arah Pulau Bangka berbatasan dengan Selat Gaspar (Gambar 5). Wilayah Kabupaten Belitung secara administratif terdiri atas lima Kecamatan yang terdiri atas 2 kelurahan dan 40 desa. Menurut kriteria Badan Pusat Statistik (BPS), 12 desa atau kelurahan dikelompokkan sebagai kawasan perkotaan dan 30 desa sebagai kawasan perdesaan. Kriteria lain pengelompokan desa atau kelurahan adalah sebanyak 28 desa atau kelurahan sebagai pesisir dan 14 desa sebagai desa daratan (BPS 2006). Luas wilayah daratan mencapai 2.293,69 km 2 dan luas wilayah lautan kewenangan pengelolaan kabupaten sejauh 1/3 dari kewenangan pemerintah propinsi mencapai 14.147,29 km 2 (berdasarkan proporsi luas daratan Pulau Belitung), dengan garis pantai sepanjang 195 km (DKP Belitung 2009a). Pembagian luas wilayah tiap kecamatan di Kabupaten Belitung disajikan pada Gambar 6.

42 Laut Cina Selatan Selat Gaspar Kab. Belitung Timur Laut Jawa Gambar 5 Peta wilayah administrasi Kabupaten Belitung.

43 413,99; 18% 133,50; 6% 909,55; 40% 458,20; 20% 378,45; 16% Membalong Tanjungpandan Badau Sijuk Selat Nasik Gambar 6 Luas wilayah (Km 2 ) dan persentase per kecamatan di Kabupaten Belitung. Pulau-pulau kecil yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Belitung berjumlah 98 buah dengan luas total 22.023,02 ha. Seluruh pulau tersebut menyebar pada lima kecamatan yang ada dengan perincian; Kecamatan Membalong 24 pulau, Tanjungpandan 6 pulau, Sijuk 32 pulau, Badau 11 pulau, dan Selat Nasik 25 pulau. Pulau Mendanau merupakan pulau yang paling besar di antara pulau-pulau yang ada diikuti oleh Pulau Seliu, Pulau Nadu, dan Pulau Batu Dinding. Pulau terbesar (P. Mendanau) berukuran luas 12.097,18 ha berada di Kecamatan Selat Nasik, sedangkan pulau yang terkecil luasnya hanya mencapai 0,30 ha yaitu Pulau Genting Kecil di Kecamatan Membalong. Pulau terjauh berjarak 47.368 m dari Pulau Belitung yaitu Pulau Selemar di Kecamatan Selat Nasik. Dari seluruh pulau tersebut, 11 pulau diantaranya berpenghuni yaitu: Pulau Mendanau, Seliu, Gersik, Rengit, Kalimambang, Sumedang, Kuil, Kalangbau, Ru, Sebongkok, dan Pulau Buntar. 4.1.2 Topografi Topografi Kabupaten Belitung relatif datar dengan ketinggian maksimum 500 m dari permukaan laut yang berada di daerah Gunung Tajam. Daerah hilir (pantai) terdiri atas beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu; di sebelah utara DAS Buding, di sebelah selatan DAS Pala dan Kembiri, serta di sebelah barat DAS Brang dan Cerucuk. Keadaan batuan didominasi oleh kwarsa, pasir, batuan alluvial, dan batuan granit. Menurut letaknya, batuan kwarsa dan

44 pasir tersebar secara merata di seluruh wilayah kecamatan, sedangkan batuan alluvial tidak ditemukan di Kecamatan Selat Nasik (BPS Belitung 2009a). Wilayah pantai merupakan kawasan yang memiliki tingkat kemiringan lereng rendah antara 5 10%. Tutupan lahan wilayah pantai merupakan dataran yang bervariasi yaitu; hutan, perkebunan, rawa, permukiman, dan pantai berpasir. Sebagian besar wilayah muara merupakan kawasan rawa dengan hutan bakau, namun pada beberapa tempat merupakan kawasan pantai berpasir putih dan pantai berbatu. Tipe perairan di Kabupaten Belitung terdiri atas laut, pantai dan perairan umum (kolong, rawa-rawa dan sungai). Kolong adalah istilah untuk menyebut kawasan lingkungan bekas tambang yang digenangi air. Perairan pantai umumnya tidak terlalu dalam, berkisar antara 10 15 m, sedangkan yang agak jauh mencapai 15 30 m bahkan di beberapa tempat, kedalaman 5 m baru dijumpai pada jarak hingga 500 m dari garis pantai. Dasar laut umumnya berpasir dan berlumpur disertai batu karang. Menurut tipe substrat, dasar perairan Kabupaten Belitung bagian barat secara umum dapat dibagi menjadi; paparan batu karang (reef flats) dan paparan pasir gravel. Permukaan paparan kebanyakan tidak rata, terdapat parit air (moat) dan sebagian selalu tergenang air dengan kedalaman 0,5-5 m. Perairan laut Belitung sangat subur karena merupakan daerah atol (terumbu karang) dan tempat bertemunya arus sehingga perairannya banyak plankton yang merupakan makanan ikan dan biota air lainnya. Kumpulan pulau-pulau kecil dengan gugusan terumbu karang di sekitarnya merupakan potensi yang sangat besar di bidang perikanan dan kelautan terutama untuk kegiatan wisata laut seperti wisata pemancingan dan penyelaman. 4.1.3 Geologi dan Fisiografi Menurut Widagdo et al. (1990), Pulau Belitung dikelompokkan dalam empat formasi geologi yaitu: batuan Plutonik berupa Granit (ptgr) berumur Perm sampai Kapur, formasi Bintan anggota Batupasir (TRbp) dan formasi Bintan anggota Batupasir dan Batulempung (TRbl) yang berumur Trias serta Aluvium (Qal) berumur Holosen. Sedangkan berdasarkan fisiografinya, Pulau Belitung

45 terdiri atas enam grup yaitu; grup Aluvial (A), Marin (B), Perbukitan (H), Pegunungan dan Plato (M), Dataran (P), serta grup Aneka Bentuk (X). Grup Aluvial merupakan bentukan yang terjadi sebagai aktivitas aliran sungai (fluvial) ataupun longsoran (koluvial). Bentuk permukaan lahan umumnya datar sampai agak cekung (0-3%), bahan penyusun berupa endapan campuran berumur Holosen dari endapan liat, debu, pasir dan setempat-setempat ditutupi oleh bahan organik. Grup Marin merupakan bentukan dari proses marin atau proses yang berlangsung di lingkungan marin. Grup ini menyebar sepanjang pantai, terutama di bagian tenggara dan utara menempati daerah dengan ketinggian hingga 10 m dari permukaan laut (dpl). Pada daerah tertentu banyak dijumpai batuan granit dalam ukuran besar yang muncul dalam lingkungan marin. Grup Perbukitan terbentuk dari 2 macam bahan yaitu; dari bahan batu granit (ptgr) berumur Perm sampai Kapur dan batuan sedimen formasi bintan berumur Trias yang terdiri atas bahan Batupasir (TRbp) dan Batupasir dan Batulempung (TRbl). Pada daerah perbukitan dari bahan batuan sedimen banyak dijumpai lapisan konkresi besi dengan kedalaman antara 0,5 hingga lebih dari 1 m dari permukaan tanah. Penyebaran perbukitan dari batuan granit maupun batuan sedimen terpencar-pencar dengan ketinggian antara 50-340 m dpl. Grup Pegunungan dan Plato mengalami proses pembentukan yang sama dengan grup perbukitan, tetapi memiliki amplitudo relief lebih dari 300 m. Di pegunungan yang berasal dari batuan sedimen dijumpai lapisan konkresi besi pada kedalaman yang bervariasi, sedangkan pada pegunungan dari batuan granit banyak dijumpai singkapan batuan. Grup Dataran terbentuk dari bahan batuan Plutonik berupa Granit (ptgr) berumur Perm sampai Kapur dan batuan sedimen dari formasi Bintan yang terdiri atas TRbp dan TRbl berumur Trias. Pada grup ini terjadi proses peneplainisasi (perataan permukaan) yang cukup lanjut, sehingga memberikan bentukan yang relatif datar dan menempati sebagian besar wilayah Pulau Belitung. Relief bervariasi dari datar, berombak, bergelombang dan pada beberapa tempat dengan bukit-bukit kecil (hummocky).

46 Grup Aneka Bentuk berkaitan dengan penggunaan dan penutupan lahannya yaitu pemukiman, pertambangan dan penimbunan limbah. Daerah pertambangan umumnya menempati lokasi sepanjang sungai atau daerah cekungan terutama daerah endapan batuan granit. 4.1.4 Tanah dan Lahan Permukaan tanah Pulau Belitung bergelombang atau berbukit pada daerah pedalaman, sedangkan daerah yang lebih rendah di sekitar pantai mempunyai permukaan yang relatif datar. Sebagian jenis tanah adalah podsolik merah kuning dengan horizon penimbunan besi, Al-oksida dan bahan organik spodik. Pada lapisan atas terdapat horizon eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Pembagian fisiografi menjadi enam grup (Aluvial, Marin, Perbukitan, Pegunungan dan Plato, Dataran, serta grup Aneka Bentuk) diturunkan lagi menjadi 35 satuan lahan. Pada setiap satuan lahan umumnya ditemukan lebih dari satu satuan tanah pada tingkat Great Group menurut taksonomi tanah. Penyebaran satuan lahan dan tanah di Pulau Belitung dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan hubungan satuan lahan dan tanah pada tiap grup fisiografi diringkaskan pada Lampiran 2. 4.1.5 Hidrologi Keadaan hidrologi di daerah rendah dan pelembahan dicirikan oleh stagnasi air tanah yang telah berlagsung lama sehingga kondisi lapisan bawah didominasi oleh lapisan konkresi besi yang kedap air. Air hujan cenderung mengalir sebagai aliran permukaan (run off) dan menggerus permukaan (sheet erosion). Karena keadaan porositas yang tinggi, pola drainase bersifat dendritik tak terarah dan membentuk meander pada daerah yang mendekati hulu sungai. Di daerah endapan batuan granit banyak dijumpai kandungan bijih timah dan kaolin, sehingga di sekitar sungai-sungai banyak diusahakan pertambangan. Sebagai akibat kegiatan pertambangan, air menjadi keruh karena banyak partikel lumpur dan sungai menjadi dangkal dan banyak endapan.

47 Keterangan Satuan Tanah Dijelaskan pada Lampiran 2 Gambar 7 Peta satuan tanah dan lahan Kabupaten Belitung. 4.1.6 Iklim Kondisi iklim Kabupaten Belitung tergolong tropis basah dengan variasi curah hujan bulanan pada tahun 2008 antara 85,1 mm sampai 443,3 mm dengan

jumlah hari hujan antara 10 hari sampai 28 hari setiap bulan. Curah hujan tahunan adalah 248,4 mm. Distribusi curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Juli. Suhu udara bervariasi antara 22,6 o C sampai 32,9 o C, dengan kelembaban udara 85-93% dan tekanan udara 1.008,3-1.010,6 mb. Data iklim ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Fluktuasi iklim di Kabupaten Belitung tahun 2008 No. Bulan 48 Suhu Udara ( o C) Hujan Penyinaran Curah Hujan Hari Matahari Maks. Min. Rata-rata (mm) Hujan (%) 1 Januari 30,0 23,4 26,0 157,6 21 40,9 2 Februari 29,6 23,8 26,3 109,6 10 33,3 3 Maret 30,0 22,9 25,4 342,1 25 43,7 4 April 30,8 22,8 25,6 417,3 22 43,7 5 Mei 31,5 22,7 26,2 215,6 16 68,2 6 Juni 30,2 23,0 26,1 108,2 16 54,6 7 Juli 31,2 22,7 26,2 85,1 12 76,5 8 Agustus 31,0 22,6 26,0 324,7 17 66,8 9 September 32,9 23,2 27,4 153,5 14 69,3 10 Oktober 31,0 23,0 25,9 398,6 27 38,7 11 Nopember 30,6 23,4 26,2 225,0 26 39,8 12 Desember 29,1 23,3 25,5 443,3 28 7,3 Jumlah 367,90 276,80 312,80 2980,60 234 582,80 Rata-rata 30,7 23,1 26,1 248,4 19,5 48,6 Sumber : Belitung dalam Angka Tahun 2009 4.1.7 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan terbagi atas: (1) permukiman (perkampungan atau perkotaan); (2) pertanian; (3) pertambangan; (4) perkebunan; (5) hutan; (6) lahan yang belum diusahakan; dan (7) lahan rusak/kritis. Berdasarkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung tahun 2005-2015, alokasi pemanfaatan ruang paling luas digunakan untuk perkebunan dan pertanian sebesar 37,36% diikuti untuk kawasan hutan produksi 17,16% dan hutan lindung 16,57% (Gambar 8).

49 Pelabuhan Kawasan Bandara Kawasan Transmigrasi Permukiman Kawasan Pariwisata dan Ecotourism Kawasan Industri Kawasan Pertambangan Kawasan Perikanan Kawasan Perkebunan dan Pertanian Central Business District (CBD) Hutan Produksi Hutan Lindung 1.000 805 1.825 7.500 12.500 6.500 14.827 3.980 16.443 Luas (Ha) 38.810 37.475 84.510 0 20.000 40.000 60.000 80.000 Gambar 8 Alokasi penggunaan lahan di Kabupaten Belitung. Dukungan kepada sektor perikanan dalam RTRW terlihat melalui alokasi lahan untuk hutan lindung pantai (HLP), kawasan perlindungan setempat dan kawasan perikanan. HLP ditargetkan seluas 15.232 ha terdiri atas HLP Tanjungpandan 308 ha, Sungai Brang 8.272 ha, Sungai Pala 4.829 ha, Pantai Sijuk 1.423 ha, dan Buding Barat 400 ha. Kawasan perlindungan setempat termasuk kawasan lindung (non budidaya) antara lain kawasan lindung sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk dan sekitar mata air. Kawasan perikanan tersebar di Kecamatan Membalong seluas 3.980 ha. Oleh karena itu kawasan yang berperan menunjang kegiatan sektor-sektor strategis dan tersebar di seluruh kecamatan merupakan wilayah prioritas untuk dikembangkan. Namun demikian arahan pemanfaatan ruang laut belum terakomodasi dalam RTRW tersebut (BHO Kabupaten Belitung 2006). Peta pola pemanfaatan ruang dalam RTRW Kabupaten Belitung tahun 2005-2015 ditampilkan pada Gambar 9. 4.2 Sosial Kependudukan Pada bagian sosial kependudukan ini dikemukakan bahasan mengenai penduduk, angkatan kerja, dan sosial budaya yang ada di Kabupaten Belitung. Penduduk Kabupaten Belitung hasil registrasi tahun 2008 berjumlah 159.819 jiwa, terjadi penambahan 14.387 jiwa atau mengalami penambahan sebesar 9,89% dari tahun sebelumnya.

Gambar 9 Peta pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung. 50

51 Laju pertumbuhan penduduk di setiap kecamatan relatif tidak merata. Nilai tertinggi di Kecamatan Tanjungpandan mencapai 14,12% dan terendah di Kecamatan Membalong sebesar 2,15% (Tabel 6). Tabel 6 Perkembangan penduduk per kecamatan di Kabupaten Belitung tahun 2006-2008 Penduduk Pertumbuhan (%) Kecamatan 2006 2007 2008 2006-2007 2007-2008 Membalong 21.482 22.348 22.829 4,03 2,15 Tanjungpandan 73.449 79.925 91.211 8,82 14,12 Badau 11.322 11.478 12.142 1,38 5,78 Sijuk 23.557 24.911 26.479 5,75 6,29 Selat Nasik 6.770 6.770 7.158 0,00 5,73 J u m l a h 136.580 145.432 159.819 6,48 9,89 Sumber : Belitung dalam Angka Tahun 2009 4.2.1 Penduduk Kepadatan penduduk bervariasi antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lain. Kecamatan Tanjungpandan memiliki kepadatan paling tinggi yaitu sebesar 242 jiwa/km 2 sedangkan Kecamatan Membalong memiliki nilai paling rendah yaitu 26 jiwa/km 2. Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan, dapat dilihat melalui sex rasio. Pada tahun 2008 sex rasio penduduk adalah 106. Ini berarti bahwa terdapat 106 penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan. Secara lengkap tingkat kepadatan penduduk dan sex rasio di Kabupaten Belitung pada akhir tahun 2008 ditampilkan pada Tabel 7. 4.2.2 Angkatan Kerja Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas dalam status bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sedangkan angkatan kerja yang tidak terserap dikategorikan sebagai

52 penganggur. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Tabel 7 Kepadatan penduduk dan sex rasio menurut Kecamatan di Kabupaten Belitung tahun 2008 Kecamatan Luas Daerah (km 2 ) Lakilaki P e n d u d u k Perempuan Sex Rasio Jumlah Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) Membalong 909,550 11.752 11.077 106 22.829 25,099 Tanjungpandan 378,448 46.472 44.739 104 91.211 241,013 Badau 458,200 6.370 5.772 110 12.142 26,499 Sijuk 413,992 13.707 12.772 107 26.479 63,960 Selat Nasik 133,500 3.746 3.412 110 7.158 53,618 J u m l a h 2.293,69 82.047 77.772 105 159.819 69,678 Sumber : Belitung dalam Angka Tahun 2009 Kesempatan kerja merupakan gambaran dari tingkat permintaan dan penawaran tenaga kerja diakibatkan faktor produksi. Tabel 8 memperlihatkan jumlah pencari kerja pada tahun 2008 yang berjumlah 7.532 orang. Dari seluruh pencari kerja tersebut, yang belum ditempatkan ada 6.848 orang (91,13%) dan yang sudah ditempatkan ada 684 orang (8,87%). Jumlah terbesar pencari kerja menurut tingkat pendidikan adalah lulusan SMTA atau sederajat sebesar 67,51%. Tabel 8 Jumlah pencari kerja di Kabupaten Belitung tahun 2008 Tingkat Pendidikan Pencari Kerja (Orang) Persentase (%) Belum Ditempatkan (Orang) Telah Ditempatkan (Orang) SD/Sederajat 82 1,09 26 56 SMTP/Sederajat 469 6,23 257 212 SMTA/Sederajat 5.085 67,51 4.804 281 Sarmud/Sederajat 948 12,59 878 70 Sarjana/Sederajat 939 12,47 875 64 Pasca Sarjana 9 0,12 8 1 J u m l a h 7.532 100,00 6.848 684 Sumber : Belitung dalam Angka Tahun 2009

53 Tingkat upah minimum berbagai kegiatan ekonomi relatif tidak berbeda, dimana tingkat upah sektor bangunan dan usaha pertambangan dan penggalian sama-sama bernilai Rp 1.051.350,00 sedangkan sektor pertanian dan perkebunan serta sektor lainnya sebesar Rp 1.019.025,00. 4.2.3 Sosial Budaya Penduduk asli adalah etnis Melayu yang kemudian mengalami akulturasi dan asimilasi dengan berbagai etnis lainnya, yaitu etnis Melayu Riau, Padang, Palembang, Bugis, Cina, Jawa dan lainnya. Berdasarkan agama, Islam merupakan agama yang dominan dianut oleh penduduk yaitu sebesar 91,61%. Pemeluk agama lain adalah Budha sebanyak 6,37%, Protestan 1,02%, Katholik 0,55% dan Hindu 0,45%. Kebudayaan Melayu, Cina, agama Islam dan kepercayaan yang dibawa oleh etnis Cina telah banyak berpengaruh terhadap pola-pola kebudayaan dan pola relasi sosial masyarakat Kabupaten Belitung. Etnis Cina yang datang ke Pulau Belitung pada dasarnya memiliki asal usul yang sama dengan yang datang ke Pulau Bangka yaitu bekerja sebagai buruh tambang timah. 4.3 Perekonomian Daerah Perekonomian daerah yang menjadi fokus dalam penjelasan ini meliputi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan sumber daya alam. 4.3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kontribusi terbesar sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Kabupaten Belitung tahun 2008 atas dasar harga berlaku adalah dari sektor pertanian sebesar 25,30% (66,23% berasal dari sektor perikanan), industri pengolahan 20,83% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 14,80%. Angka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 sebesar 5,51% meningkat 0,18% dibandingkan angka pertumbuhan tahun 2007 yang sebesar 5,33%. Hal ini menunjukkan bahwa produksi barang dan jasa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Lima sektor yang mempunyai tingkat pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 adalah sektor bangunan sebesar 10,05%, disusul oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 6,76%, sektor jasa-jasa sebesar 6,32%, selanjutnya diikuti

oleh sektor pertanian sebesar 6,20% dan sektor industri pengolahan sebesar 5,23%. Data PDRB Kabupaten Belitung atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2006-2008 berdasarkan klasifikasi 9 sektor ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi PDRB Kabupaten Belitung atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2006-2008 (%) 54 No. Lapangan Usaha 2006 2007 2008 1. Pertanian 24,8 25,11 25,30 2. Pertambangan dan penggalian 9,36 9,25 8,92 3. Industri pengolahan 21,34 21,30 20,83 4. Listrik, gas dan air bersih 1,42 1,40 1,33 5. Bangunan 6,50 6,68 7,01 6. Perdagangan, hotel dan restoran 15,29 14,81 14,80 7. Pengangkutan dan komunikasi 4,66 4,71 4,65 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3,65 3,57 3,48 9. Jasa-jasa 12,98 13,17 13,68 Sumber : Belitung dalam Angka Tahun 2009 100,00 100,00 100,00 4.3.2 Potensi Sumber daya Alam Potensi sumber daya alam yang dominan dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Belitung meliputi bahan tambang, pertanian, dan perikanan. 4.3.2.1 Bahan Tambang Potensi sumber daya alam yang paling besar peranannya bagi perekonomian Kabupaten Belitung saat ini adalah potensi sumber daya alam berupa bahan galian golongan C. Besarnya kontribusi sumber daya alam tambang terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu sekitar 60,00%. Mengingat bahan tambang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui maka perlu adanya alternatif sumber pendapatan lain untuk mengantisipasi semakin berkurangnya kontribusi sektor pertambangan di masa

55 yang akan datang. Selain itu, karena kegiatan penggalian bahan tambang cenderung merusak lingkungan maka eksploitasi harus selalu memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dengan cara meminimalkan pencemaran dan perusakan terhadap sumber daya alam maupun lingkungan. 4.3.2.2 Pertanian Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang dominan dalam perekonomian di samping sektor pertambangan dan penggalian. Oleh karena itu pembangunan perekonomian rakyat berbasis pertanian terutama di perdesaan terus ditingkatkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk tanaman perkebunan rakyat, produksi lada menempati urutan tertinggi dibandingkan komoditas lainnya yang mencapai 1.579,3 ton dan kelapa sawit sebesar 450 ton. Secara umum pada tahun 2008 terjadi peningkatan produksi semua tanaman perkebunan rakyat kecuali cengkeh. Tanaman perkebunan yang dikelola oleh perusahaan besar hanyalah kelapa sawit yang menghasilkan minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit. Sektor kehutanan tidak banyak memberikan sumbangan yang bernilai ekonomis secara langsung, karena hutan lebih banyak difungsikan sebagai hutan lindung pantai, hutan lindung fungsi dalam dan hutan konservasi dibandingkan sebagai hutan produksi. Sumbangan ekonomis juga tidak banyak ditunjukkan oleh tanaman pangan, hortikultura, maupun ternak. 4.3.2.3 Perikanan Kabupaten Belitung memiliki potensi perikanan yang beragam terutama perikanan laut. Produksi perikanan laut terutama disumbang oleh hasil penangkapan di alam. Beberapa komoditas perikanan laut yang berkontribusi dalam produksi adalah berbagai jenis ikan (fin fish), udang, rajungan, teripang dan cumi-cumi. Distribusi produksi perikanan per kecamatan pada tahun 2009 menempatkan Kecamatan Selat Nasik sebagai penyumbang tertinggi dengan jumlah keseluruhan mencapai 12.609,61 ton. Untuk produksi hasil kegiatan budidaya, Kecamatan Badau menempati urutan pertama dengan produksi ikan laut terutama kerapu sebesar 5,60 ton dan ikan air tawar 4,16 ton. Kecamatan

56 Membalong unggul dalam produksi udang dengan total produksi 840,48 ton dan Kecamatan Sijuk menghasilkan produksi cumi-cumi sebanyak 1.123,10 ton. Total produksi perikanan Kabupaten Belitung pada tahun 2009 adalah sebesar 42.428,76 ton (Tabel 10). Tabel 10 Produksi hasil perikanan di Kabupaten Belitung tahun 2009 No Kecamatan Ikan Laut Tangkap Budi daya Ikan Tawar Budi daya Produksi (Ton) Udang Rajungan Teripang Cumicumi 1 Membalong 6.003,48 0,54 2,57 840,48 1.785,72-322,82 2 Tg.pandan 7.029,69-9,47 42,75 22,71-75,82 3 Sijuk 7.423,51 3,43 3,87 32,26 32,26-1.123,10 4 Badau 3.502,45 5,60 4,16 450,85 837,07 5,90 258,64 5 Selat Nasik 12.262,88 4,49 - - - 181,14 161,10 Jumlah 36.222,01 14,06 20,07 1.366,34 2.677,76 187,04 1.941,48 Sumber : Laporan Tahunan DKP Belitung 2010 Produksi perikanan yang tinggi karena didukung oleh sumber daya alam lingkungan hutan mangrove, terumbu karang serta padang lamun yang masih baik sehingga pada waktu yang akan datang potensi peningkatan produksi dimungkinkan selain melalui kegiatan penangkapan juga oleh kegiatan budidaya. Pada saat ini kegiatan budidaya baru pada skala kecil terutama untuk komoditas ikan kerapu, rumput laut dan kerang mutiara. Peningkatan produksi perikanan selain ditunjang oleh kelimpahan sumber daya alam juga ditentukan oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung yang memadai. Ketersediaan kapal penangkap ikan, dermaga tambat labuh, pabrik es dan fasilitas perbaikan kapal merupakan prasarana pendukung kegiatan penangkapan. Balai benih ikan (hatchery) dan pabrik pakan adalah prasarana untuk budidaya dan unit pengolahan sebagai fasilitas peningkatan nilai tambah produk perikanan. Jenis dan sebaran sarana dan prasarana perikanan dapat dilihat pada Tabel 11.

57 Tabel 11 Jenis dan sebaran sarana dan prasarana perikanan di Kabupaten Belitung Tahun 2010 No. Sarpras Jumlah (Unit) Lokasi (Kecamatan) 1 Dermaga Tambat 19 Tersebar di semua kecamatan Labuh Kapal 2 Pabrik Es 8 Tersebar di semua kecamatan kecuali Membalong dan Badau 3 Cold Storage 6 Terpusat di Tanjungpandan 4 Galangan Kapal 8 Tersebar di semua kecamatan 5 Fasilitas Perbaikan Kapal (Dock & Slipway) 3 2 unit di Tanjungpandan dan 1 unit di Selat Nasik 6 Pembenihan Ikan (Hatchery) 3 2 unit di Membalong dan 1 unit di Sijuk 7 Pabrik Pakan 1 Terletak di Membalong 8 Unit Pengolahan Ikan 6 Terletak di Tanjungpandan dan Sijuk Sumber: Laporan Tahunan DKP Belitung 2010 Sistem penangkapan ikan yang dilakukan masyarakat beraneka ragam menurut jenis alat tangkap yang digunakan, misalnya pancing, jaring, bubu, sero, payang dan bagan. Perahu atau kapal yang digunakan bervariasi mulai perahu tanpa motor, perahu dengan motor luar hingga menggunakan kapal motor berkekuatan lebih dari 10 Gross Ton (GT) sesuai dengan karakter perairan dan komoditas target penangkapan (Tabel 12). Tabel 12 Tipe perahu/kapal penangkap ikan di Kabupaten Belitung tahun 2009 No Kecamatan Perahu Tak Bermotor Motor Tempel < 5 GT < 5 GT Kapal Motor 5-10 GT >10 GT Jumlah Total 1 Membalong 115 7 560 10-692 2 Tanjungpandan - - 198 40 20 258 3 Sijuk 80-440 135 2 657 4 Badau 160-230 - - 390 5 Selat Nasik 120 5 395 35 9 564 Jumlah 475 12 1.823 220 31 2.561 Sumber : Laporan Tahunan DKP Belitung 2010 Sektor perikanan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 9.455 orang penduduk atau sebanyak 5,92%

58 bermatapencaharian sebagai nelayan. Persentase tertinggi penduduk berprofesi sebagai nelayan berada di Kecamatan Selat Nasik (32,83%) diikuti oleh Sijuk (21,08%) dan Membalong (10,29%). Kecamatan Badau dan Tanjungpandan memiliki persentase jumlah nelayan yang paling kecil, yaitu masing-masing 2,61% dan 1,64% (Tabel 13) dan memiliki desa yang berbatasan dengan pantai paling sedikit yaitu 2 dan 3 desa. Tabel 13 Sebaran nelayan per kecamatan di Kabupaten Belitung tahun 2009 No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Nelayan (Jiwa) Persentase (%) 1 Membalong 22.829 2.350 10,29 2 Tanjungpandan 91.211 1.500 1,64 3 Sijuk 12.142 2.560 21,08 4 Badau 26.479 695 2,62 5 Selat Nasik 7.158 2.350 32,83 Jumlah 159.819 9.455 5,92 Sumber : Laporan Tahunan DKP Belitung 2010