BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kondisi Geografis Daerah Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kondisi Geografis Daerah Penelitian"

Transkripsi

1 56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kondisi Geografis Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah penelitian a. Letak dan Luas Geografi merupakan ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi di permukaaan bumi (geosfer). Dalam mengkajinya geografi menggunakan beberapa pendekatan yang menjadi pembeda dari ilmu sosial maupun non sosial lainnya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu pendekatan kelingkungan dan kewilayahan. Dalam penelitian geografi, faktor lokasi menjadi salah satu bagian penting dalam pembahas, sebagai aplikasi dari penggunaan pendekatan keruangan. Oleh karena itu, di bawah ini akan diuraikan mengenai letak dan luas daerah penelitian. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengkaji fenomena geosfer atau masalah penelitian yaitu mengenai perkembangan nilai lahan di Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung. Kabupaten Belitung merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, secara geografis Kabupaten Belitung terletak antara BT sampai BT dan LS sampai LS. Batas wilayah Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar.

2 57 Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjungpandan, Kecamatan Tanjungpandan yang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Belitung Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah Kecamatan Tanjungpandan mempunyai luas wilayah ± KM2. Kecamatan Tanjungpandan merupakaan ibukota dan pusat pemerintahan dari Kebupaten Belitung yang merupakaan tolak ukur keberhasilan pembangunaan yang telah dilasanakan, Kecamatan Tanjungpandan terdiri dari 12 kelurahan, 57 dusun, 129 RW dan 407 RT. Masing-masing wilayah mempunyai ciri-ciri khusus baik dari sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Sumberdaya alam dapat dibedakan berdasarkan topografi, jenis tanah, iklim, jenis penggunaan tanah, dan lain-lain. Sumberdaya manusia dapat dibedakan dari jumlah penduduk, jumlah kepala rumah tangga, mata pencaharian, tinggkat pendidikan dan lain-lain. Secara geografis wilayah Kecamatan Tanjungpandan berbatasan dengan : 1) Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. 2) Sebelah barat : Berbatasan dengan Selat Gaspar. 3) Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Badau Kabupaten Belitung. 4) Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Membalong Kabupaten Belitung.

3 58 Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Tanjungpandan

4 59 Berdasarkan informasi mengenai letak daerah penelitian, dapat diketahui bahwa Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Barat berbatasan dengan Selat Gaspar, Kecamatan Badau, Kecamatan Membalong dan Kecamatan Sijuk. Daerah penelitian berbatasan dengan Kecamatan yang memiliki daya tarik wisata pantai yang indah dan menjadi daerah tujuan wisatawan lokal maupun wisatawan luar daerah bahkan banyak wisatawan manca negara yang menyukai wisata bahari di Kecamatan Sijuk, Kecamatan Sijuk dengan wisata bahari yang menjadi primadona wisata dengan beberapa pantai andalan wisata di Kebupaten Belitung Barat seperti pantai Tanjung tinggi, pantai Tanjung Kelayang, Pulau Lengkuas dan masih banyak pantai-pantai yang memiliki nilai daya tarik wisata yang tinggi. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk membuka usaha baru dan menetap, untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal maka mereka membutuhkan lahan untuk membangun tempat tinggal. Hal itu sangat memicu perkembangan pembangunaan di daerah penelitian dengan pesat. Penduduk yang datang dari luar daerah penelitian merupakan penduduk dari golongan ekonomi menengah sampai kelas atas, akibatnya nilai lahan di daerah penelitian berangsur meningkat mengikuti nilai permintaan akan lahan. b. Iklim Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca dalam jarak waktu yang lama dan meliputi daerah yang luas. Iklim merupakan gabungan dari unsur-unsur radiasi, matahari, temperature, kelembaban, awan, angin, curah hujan, penguapan, dan tekanan udara, (Rafi i 1995:1).

5 60 Iklim merupakan faktor sangat penting bagi kehidupan manusia karena dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, sehingga dapat berguna untuk mengidentifikasi faktor penghambat iklim bagi pengunaan lahan tertentu. Sedangkan cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Penentuan jenis iklim suatu daerah dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya adalah W Koppen, Schimidt- Ferguson, Thronwait, Trewartha, Thiessen, Panman, Oldemen. Beberapa metode tersebut memiliki keunggulan tersendiri dan keunggulan tersebut digunakan untuk tujuan tertentu dari berbagai macam kebutuhan. Kecamatan Tanjungpandan termasuk kedalam cakupan iklim dari stasiun curah hujan dengan data curah hujan Kabupaten Belitung, Adapun data yang diperoleh selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun dapat dilihat pada Tabel 4.1 berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun, dalam penelitian ini menggunakan 3 klasifikasi iklim yaitu menurut metode Schimidt-Ferguson, Oldemen dan W koppen. Pertama perhitungan sistem klasifikasi Schimidt-Ferguson, perhitungan klasifikasi Schimidt-Ferguson cukup sederhana dengan cara membandingkan jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah suatu daerah dengan data curah hujan selama 10 tahun atau lebih. Metode Schimidt-Ferguson sesuai untuk daerah-daerah tropic basah atau kering berdasarkan curah hujan. Menurut metode Schimidt-Ferguson jika endapan hujan dalam satu bulan < 60 mm maka bulan tersebut diklasifikasikan sebagai bulan kering, sedangkan jika endapan hujan dalam satu bulan mm maka bulan tersebut

6 61 diklasifikasiakan berdasarkan bulan lembab dan jika endapan hujan dalam satu bulan > 100 maka bulan tersebut dikasifikasiakan sebagai bulan basah berikut disajikan data curah hujan Kecamatan Tanjungpandan selama 10 tahun terakhir yang disajikan pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Data curah hujan Kecamatan Tanjungpandan tahun Tahun Ratarata Bln Jan ,2 119,6 235,3 208,7 167,3 160,9 277,2 198,9 196,2 208,4 Feb 28,4 349,9 51,6 11, ,3 109,7 53,2 79,2 104,1 97,8 Mar , ,6 113,4 139,8 296, ,4 218,5 190,1 Apr 253,5 351, ,7 168,4 69,3 293,7 151,5 343,7 167,8 245,6 Mei , ,9 263,7 250,7 229, ,1 392,7 244,2 Jun 403,6 75, ,8 206,4 330,2 231,4 50,4 578, ,2 Jul 93,5 56,8 314,9 211,1 109,1 104,8 97,5 99, ,3 174,7 Agt 40,1 96,2 0 79,5 22,7 213,8 397,3 40,1 492,6 18,4 140,1 Sep 39, ,4 166,2 25,5 126,8 253, ,7 104,2 154,5 Okt 172,5 291,3 257,5 189,5 35,5 269,3 412,3 332,8 235,7 370,8 256,7 Nop 569, ,7 468,7 426,1 522,2 151,3 415,6 506,2 366,6 471,6 Des 329, ,7 314,6 600,6 271,8 473,9 287,6 275,9 526,9 395,2 Jml , , ,1 Sumber :Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika Kabupaten Belitung Adapun fluktuasi curah hujan bulanan pada Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dalam 10 tahun terakhir daerah penelitian memiliki Sebelas bulan basah (>100 mm), dan 1 bulan lembab ( mm) yaitu pada bulan februari, dalam 10 tahun terkahir tidak memiliki bulan kering (<60mm). Berdasarkan data curah hujan pada Tabel 4.1 maka dapat dihitung rata-rata bulan kering (<60 mm), bulan lembab ( mm) dan bulan basah (>100 mm) yang disajikan pada Tabel 4.2

7 62 Tabel 4.2 Jumlah bulan basah, bulan kering dan bulan lembab berdasarkan Schmidt-Ferguson di Kecamatan Tanjungpandan Tahun Bulan Basah Bulan Kering Bulan Lembab Jumlah Rata-rata 9,2 1,6 1,2 Sumber : Hasil perhitungan data curah hujan Kec.Tanjungpandan tahun 2012 Selanjutnya setelah menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah pada suatu periode waktu maka untuk menentukan tipe iklim digunakan rumus sebagai berikut : Keterangan: Q = Tipe iklim SF Md = Rata-rata bulan kering Mw = Rata-rata bulan basah Dari Tabel 4.2 diketahui rata-rata bulan kering sebesar 1,6 dan rata-rata bulan basah sama dengan 9,2 maka apabila dimasukkan ke dalam rumus di atas : Q = Md Mw 100 Q = 1,6 9,2 100 Q = 17,4

8 63 Hasil perhitungan kemudian dicocokan dengan nilai Q menurut Schmidt- Ferguson berikut: Tabel 4.3 Nilai Q untuk tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson Tipe Iklim Nilai Q Sifat-sifat A 0 Q < 14,3 Sangat Basah (very wet) B 14,3 Q < 33,3 Basah (wet) C 33,3 Q < 60 Agak basah (fairly wet) D 60 Q < 100 Sedang (fair) E 100 Q < 167 Agak kering (fairly dry) F 167 Q < 300 Kering (Dry) G 300 Q < 700 Sangat kering (Very dry) H 700 Q Ekstrem kering (extremerly dry) Sumber :Suryana Rafi i (1995:262) Berdasarkan Tabel 4.3 maka dapat dinyatakan bahwa tipe iklim Kecamatan Tanjungpandan termasuk tipe iklim B yang memiliki sifat basah antara 14,3 Q < 33,3 dengan nilai Q yang diperoleh 17,4 dengan kategori iklim basah, Kecamatan Tanjungpandan memiliki suhu rata-rata 25,6C sampai 27C menjadikan cuaca di daerah ini relatif panas, untuk kelembaban udaranya cukup bervariasi antara 90 % sampai dengan 94% dan tekanaan udara antara 1007,0 mb sampai dengan 1011,2 mb, dengan tipe iklim, suhu dan kelembaban seperti ini cukup menunjang untuk menarik minat bagi pengambang maupun penduduk setampat bahkan pihak luar untuk mendirikan pemukiman. Klasifikasi iklim selanjutnya yaitu kasifikasi menurut Wladimir Koppen klasifikasi iklim berdasarkan suhu dan kelembaban udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah

9 64 iklim pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E. Pembagian iklimnya sebagai berikut : 1. Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut: Suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18 C, Suhu rata-rata tahunan 20 C-25 C, Curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan Tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam. 2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai berikut: Terdapat di daerah gurun dan daerah steppa; Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar 3. Iklim C atau iklim sedang. Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18 sampai -3 C. 4. Iklim D atau iklim salju. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Rata-rata bulan terpanas lebih dari 10 C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari - 3 C. 5. Iklim E atau iklim kutub. Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika, suhu tidak pernah lebih dari 10 C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari - 3 C. Untuk menganalisisi tipe iklim menurut W Koppen diperlukan data suhu udara, Tabel 4.4 berikut ini data suhu udara 10 tahun ( ) yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Belitung.

10 65 Tabel 4.4 Data suhu Kecamatan Tanjungpandan tahun Bulan Jan 27,6 26,1 25, ,8 26,1 26,9 27,4 27,1 26,9 Feb 28,5 26,8 26,2 26, ,8 27,4 26,9 26,2 Mar 29,5 26, ,4 26,8 26,7 28,3 27,3 27,3 27,1 Apr 27, ,4 25, ,5 27,2 26,8 26,6 27,5 Mei 25,5 26,8 26,9 26,2 26,9 26,3 26,7 27,1 27,4 27,1 Jun 27,7 26,1 27,3 26,1 26,5 25,2 26,9 26,8 27,7 26 Jul 27,5 26,2 26,4 26,2 26,3 27,1 26, ,4 26,8 Aug 26, , ,3 26,9 26,7 26, ,4 Sep 29,5 25,8 26,8 27,4 26,8 25,8 26,8 27,3 26,9 26,9 Okt 29,5 25,9 26,5 25,9 26,5 27,9 26, ,8 27,6 Nov 27,7 25,9 25,8 26,2 26,7 25,2 25,5 26,4 26,6 26,6 Des 29 25,6 25,6 25,5 26, ,5 26,6 26,6 27,1 Jumlah 335,8 314,8 317,1 312,8 320,2 312,7 321,5 322,6 323,3 322,2 Ratarata 29,65 26,23 26,42 26,1 26,7 26,06 26,8 26,9 26,9 26,8 Sumber :Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika Kabupaten Belitung Untuk memudahkan analisis kasifikasi iklim W Koppen maka disajikan data jumlah suhu bulanaan selama 10 tahun dan curah hujan selama 10 tahun pada Tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Data jumlah curah hujan dan suhu per 10 tahun Ratarata Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des t 26,7 26,7 27,1 26,7 26,7 26,6 26,5 26, ,02 26,2 26,4 26,7 r 208,4 97,8 190,1 245,6 244,2 244,2 174,7 140,1 154,5 256,7 471,6 395,2 282,31 Sumber :Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika Kabupaten Belitung Ket: t : suhu 10 tahun r :curah hujan 10 tahun

11 66 Berdasarkan Tabel 4.5 maka peneliti melakukan analisi berdasarkan klasifikasi iklim W. Koppen yaitu: Suhu pada bulan-bulan terdingin lebih dari 18C. Suhu rata-rata bulanan lebih dari 18 C, Suhu rata-rata tahunan 26,7 C Curah hujan rata-rata 282,31 mm Endapan hujan dalam bulan-bulan kering sekurang-kurangnya 60mm atau lebih, Terdapat minimum variasi musiman, baik mengenai suhunya maupun endapan hujan. Namun, jumlah curah hujan tahunaannya yang sangat tinggi 2823,1mm berdasarkan jumlah rata-rata 10 tahun. Berdasarkan analisis sebelumnya maka Kecamatan Tanjungpandan termasuk klasifikasi iklim A menurut W Koppen sedangkan untuk subregion termasuk kedalam subregion Af, berdasarkan klasifikasi iklim W Koppen Kecamatan Tanjungpandan sangat cocok untuk daerah pemukiman dengan endapan hujan yang tinggi maka daerah Kecamatan Tanjungpandan mempunyai air tanah cukup. Klasifikasi iklim selanjutnya berdasarkan klasifikasi iklim oldeman, Klasifikasi iklim didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut. Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah

12 67 70 mm/bulan,dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm. Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5. Oldeman mengklasifikasikan iklim menjadi 17 golongan. Kriteria yang digunakan adalah. Bulan basah, curah hujan > 200mm/bulan. Bulan lembab, mm/bulan. Bulan kering, < 100mm/bulan. Selanjutnya diklasifikasikan dalam Tabel 4.6 berikut ini

13 68 Tabel 4.6 Klasifikasi iklim menurut Oldeman Zone Klasifikasi Bulan basah Bulan kering A A Bulan 0 1 Bulan A Bulan 2 Bulan B B1 7 9 Bulan 0 1 Bulan B2 7 9 Bulan 2 3 Bulan B3 7 8 Bulan 4 5 Bulan C C1 5 6 Bulan 0 1 Bulan C2 5 6 Bulan 2 3 Bulan C3 5 6 Bulan 4 6 Bulan C3 5 Bulan 7 Bulan D D1 3 4 Bulan 0 1 Bulan D2 3 4 Bulan 2 3 Bulan D3 3 4 Bulan 4 6 Bulan D4 3 4 Bulan 7 9 Bulan E E1 0 2 Bulan 0 1 Bulan E2 0 2 Bulan 2 3 Bulan E3 0 2 Bulan 4 6 Bulan E4 0 2 Bulan 7 9 Bulan E5 0 2 Bulan Bulan Sumber : (Oldeman et al., 1980) Selanjutnya untuk mangkasifikasikan iklim berdasarkan Oldeman maka curah hujan rata-rata 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7 Rata-rata curah hujan 10 tahun ( ) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jumlah 208,4 97,8 190,1 245,6 244,2 244,2 174,7 140,1 154,5 256,7 471,6 395,2 2823,1 Sumber : Hasil perhitungan data curah hujan Kec.Tanjungpandan tahun

14 69 Analisis kasifikasi curah hujan Oldeman : Bulan Basah : 7 Bulan Lembab : 4 Bulan Kering : 1 Berdasarkan perhitungan jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan kering diklasifikasi berdasarkan oldeman maka Kecamatan Tanjungpandan termasuk tipe iklim Zona B berdasarkan jumlah bulan basah antara 7-9 bulan dengan Klasifikasi B1 dan Bulan Kering 0-1 bulan. Berdasarkan tipe zona iklim menurut Oldeman Kecamatan Tanjungpandan cocok diusahan untuk pertanian karna Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Tetapi berdasarkan rancangan RTRW jangka panjang setelah pemekaran wilayah Kecamatan Tanjungpandan telah diarahkan untuk daerah budidaya seperti pembangunaan pusat pemerintahan, pusat perekonomian serta pemukiman. Dapat diambil kesimpulan berdasarkan klasifikasi tiga jenis Iklim maka Kecamatan Tanjungpandan memiliki air tanah yang cukup banyak untuk perolehan air bersih. Hal ini bisa jadi salah satu daya tarik calon pembeli untuk memiliki lahan di daerah ini karna ketersedian air bersih yang melimpah. c. Geologi Geologi merupakan ilmu yang mempelajari formasi bantuan di suatu daerah. Kondisi geologi atau batuan di suatu tempat penting untuk diketahui jenis dan persebaranya. Dimana kondisi geologi akan sangat berpengaruh pada jenis tanah di suatu tempat.

15 70 Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung dikelompokkan dalam empat formasi geologi yaitu: batuan Plutonik berupa Granit (ptgr) berumur Perm sampai Kapur, formasi Bintan anggota Batupasir (TRbp) dan formasi Bintan anggota Batupasir dan Batu lempung (TRbl) yang berumur Trias serta Aluvium (Qal) berumur Holosen. Sedangkan berdasarkan fisiografinya, Kabupaten Belitung terdiri atas enam grup yaitu; grup Aluvial (A), Marin (B), Perbukitan (H), Pegunungan dan Plato (M), Dataran (P), serta grup Aneka Bentuk (X). Grup Aluvial merupakan bentukan yang terjadi sebagai aktivitas aliran sungai (fluvial) ataupun longsoran (koluvial). Bentuk permukaan lahan umumnya datar sampai agak mencekung (0-3%), bahan penyusun berupa endapan campuran berumur Holosen dari endapan liat, debu, pasir dan beberapa ditutupi oleh bahan organik. Grup Marin merupakan bentukan dari proses marin atau proses yang berlangsung dilingkungan marin. Grup ini menyebar sepanjang pantai, terutama di bagian tenggara dan utara menempati daerah dengan ketinggian hingga 10 m dari permukaan laut (dpl). Pada daerah tertentu banyak dijumpai batuan granit dalam ukuran besar yang muncul dalam lingkungan marin. Grup Perbukitan terbentuk dari 2 macam bahan yaitu; dari bahan batu granit (ptgr) berumur Perm sampai Kapur dan batuan sedimen formasi bintan berumur Trias yang terdiri atas bahan Batu pasir (TRbp) dan Batu pasir dan Batu lempung (TRbl). Pada daerah perbukitan dari bahan batuan sedimen banyak dijumpai lapisan konkresi besi dengan kedalaman antara 0,5 hingga lebih dari 1 m

16 71 dari permukaan tanah. Penyebaran perbukitan dari batuan granit maupun batuan sedimen terpencar-pencar dengan ketinggian antara m dpl. Grup Pegunungan dan Plato mengalami proses pembentukan yang sama dengan grup perbukitan, tetapi memiliki amplitudo relief lebih dari 300 m. Di pegunungan yang berasal dari batuan sedimen dijumpai lapisan konkresi besi pada kedalaman yang bervariasi, sedangkan pada pegunungan dari batuan granit banyak dijumpai singkapan batuan. Grup Dataran terbentuk dari bahan batuan Plutonik berupa Granit (ptgr) berumur Perm sampai Kapur dan batuan sedimen dari formasi Bintan yang terdiri atas TRbp dan TRbl berumur Trias. Pada grup ini terjadi proses peneplainisasi (perataan permukaan) yang cukup lanjut, sehingga memberikan bentukan yang relatif datar dan menempati sebagian besar wilayah Pulau Belitung. Relief bervariasi dari datar, berombak, bergelombang dan pada beberapa tempat dengan bukit-bukit kecil (hummocky). Grup Aneka Bentuk berkaitan dengan penggunaan dan penutupan lahannya yaitu pemukiman, pertambangan dan penimbunan limbah. Daerah pertambangan umumnya menempati lokasi sepanjang sungai atau daerah cekungan terutama daerah endapan batuan granit. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan geologi suatu wilayah dapat dijadikan suatu terapan dalam bidang perencanaan dan pengembangan wilayah yang menekankan pada zona penggunaan lahan. Berdasarkan hal tersebut maka geologi dijadikan faktor yang paling mendukung dalam penelitian ini yang menajadi acuan dalam pengembangan daerah yang akan

17 72 dibudidayakan untuk pembangunaan pusat pemerintahan, pusat perekonomian serta pemukiman. d. Hidrologi Hidrologi merupakan gambaran dari ketersedian keadaan air, baik yang ada di permukaan bumi (air permukaan) maupun yang ada di dalam bumi (air tanah) yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup di permukaan bumi terutama manusia. Kebutuhan air terus meningkat sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk di suatu daerah. Peningkatan kebutuhan air harus diimbangi dengan adanya persedianan air yang mencukupi baik secara kuantitas maupun kualitas. Air tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu menjadi kewajiban kita bersama untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Pengambilan air tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum, rumah tangga maupun pembangunan akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan. Hal ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah yang dapat merugikan apabila tidak dilakukan pengelolaan secara bijaksana. Untuk keadaan hidrologi di Kecamatan Tanjungpandan terhitung rendah dicirikan oleh stagnasi air tanah yang telah berlangsung lama sehingga kondisi lapisan bawah didominasi oleh lapisan konkresi besi yang kedap air. Air tanah tersimpan dalam lapisan tanah pengandung air yang terbentuk melalui daur hidrologi. Secara teknis air tanah termasuk sumber daya yang dapat diperbaharui,

18 73 namun waktu yang diperlukan sangat lama. Pengambilan air tanah yang melampaui kemampuan pembaharuannya mengakibatkan pada beberapa daerah mengalami kritis air tanah terutama air tanah dalam, bahkan pada beberapa daerah telah dijumpai gejala kemerosotan lingkungan antara lain penurunan muka air tanah dan penurunan permukaan tanah serta penyusupan air laut pada daerah pantai. Apabila kondisi tersebut tidak segera diatasi sangat memungkinkan timbulnya kerugian lain yang lebih besar, misalnya kelangkaan air, terhentinya kegiatan industri secara tiba-tiba, kerusakan bangunan dan meluasnya daerah banjir. Untuk air hujan cenderung mengalir sebagai aliran permukaan (run off) dan menggerus permukaan (sheet erosion). Karena keadaan porositas yang tinggi, pola drainase bersifat dendritik tak terarah dan membentuk meander pada daerah yang mendekati hulu sungai. Di daerah endapan batuan granit banyak dijumpai kandungan bijih timah dan kaolin, sehingga di sekitar sungai-sungai banyak diusahakan pertambangan terbuka. Pada umumnya Sungai-sungai di Kecamatan Tanjungpandan berhulu diperbukitan yang bermuara di pantai laut, Sungai-sungai yang terdapat di Kecamatan Tanjungpandan antara lain Sungai terbesar sungai Cerucuk, Sungai Kubu,dan beberapa sungai-sungai kecil. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi serta sebagian diusahan untuk daerah pertambangan, sungai sekitar belum dimanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan cenderung mencari ikan ke laut. Daerah-daerah aliran sungai memlilki potensi besar untuk pertanian, perkebunaan, perikanaan bahkan tempat rekreasi karna

19 74 masih alami dan belum diusahakan dan masih memiliki air yang jernih. Pada dasarnya didaerah Kecamatan Tanjungpandan tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan timah yang luas yang tergenangi air sehingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong, danau buatan atau lebih dikenal kolong banyak dimanfatkan warga untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga.

20 75

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BELITUNG

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BELITUNG 41 IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BELITUNG 4.1 Kondisi Fisik Daerah Beberapa bahasan yang berkaitan dengan kondisi fisik daerah pada wilayah studi adalah; geografi, topografi, kondisi tanah, iklim, dan penggunaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life Klasifikasi Iklim Klimatologi Klasifikasi?? Unsur-unsur iklim tidak berdiri sendiri tetapi saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Terdapat kecenderungan dan pola yang serupa apabila faktor utama

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 16 BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 0,88340 o LU- 122,8850 o BT, berada pada ketinggian 0-500 m dpl (Gambar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci

ROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi

ROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi ROMMY ANDHIKA LAKSONO Agroklimatologi Gambar : Pembagian daerah iklim matahari A. Iklim Matahari Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pembagiannya

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 12 III. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Lokasi Lokasi penelitian terletak di lahan sawah blok Kelompok Tani Babakti di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas, KabupatenBogor. Secara administrasi Desa Mekarjaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Iklim dan Cuaca Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian, khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN 4.1 Topografi dan Tata Sungai DAS Citarum Hulu merupakan suatu cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan Tangkuban Perahu di daerah utara dengan puncaknya antara lain Gunung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi). 1. Klasifikasi Iklim MOHR (1933) Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur) III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis 1. Batas Administrasi Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari koridor tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang Pantai Selatan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI Bab II Kondisi Wilayah Studi 5 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.. Tinjauan Umum DAS Bendung Boro sebagian besar berada di kawasan kabupaten Purworejo, untuk data data yang diperlukan Peta Topografi, Survey

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara garis 110 0 23-110 0 00 30 Bujur Timur dan antara garis 07 0 10-07

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan unsur dari geosfer yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kehidupan manusia sangat tergantung pada lahan. Manusia memanfaatkan lahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum El Nino El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis 22 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki panjang total ± 23,5 km dengan kedalaman di hulu 3 m dan di hilir 7 m. Kanal Banjir Timur melewati 11 kelurahan di Jakarta

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Gambaran wilayah Kab. Belitung 3.1.1 Letak geografis dan administrasi Letak geografis, Kabupaten Belitung terletak antara 107 08 BT 107 58 BT dan 02 30 LS sampai 03 15 LS. Luas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 63 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Biofisik 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Letak Kota Ambon sebagian besar berada dalam wilayah Pulau Ambon yang secara geografis berada pada posisi astronomis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bandung yang dengan luas wilayah Kecamatan Dayeuhkolot adalah Ha.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bandung yang dengan luas wilayah Kecamatan Dayeuhkolot adalah Ha. 59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Dayeuhkolot 4.1.1 Kondisi Fisik 4.1.1.1 Letak dan Luas Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung yang dengan luas

Lebih terperinci

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISUSUN OLEH : Nama : Winda Novita Sari Br Ginting Nim : 317331050 Kelas : B Jurusan : Pendidikan Geografi PEDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah 2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27-119º55 BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna Bendungan Selorejo : III-1 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini

Lebih terperinci

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya Peranan sumberdaya dalam Pertanian Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya Sumberdaya Pertanian : Sumberdaya Alam Modal Sumberdaya Manusia Manajemen

Lebih terperinci

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG OUTLINE I. GEMPABUMI TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI (25 - oktober 2010); Komponen Tsunami Warning System (TWS) : Komponen Structure : oleh

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian atau riset merupakan suatu usaha untuk mencari pembenaran dari suatu permasalahan hingga hasilnya dapat ditarik kesimpulan dan dari hasil penelitian yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat (pedon AM1 s/d AM8), dan Kabupaten Serang Propinsi Banten (pedon AM9 dan AM10)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka

Lebih terperinci

Pemanfaatan Pintu Pengendali Muka Air Di Jaringan Sub Kuarter Daerah Rawa Terentang Hulu Kalimantan Barat

Pemanfaatan Pintu Pengendali Muka Air Di Jaringan Sub Kuarter Daerah Rawa Terentang Hulu Kalimantan Barat Pemanfaatan Pintu Pengendali Muka Air Di Jaringan Sub Kuarter Daerah Rawa Terentang Hulu Kalimantan Barat Henny Herawati 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura, Jl. Ahmad Yani Pontianak

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS 2018 TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS Sudarto, Aditya Nugraha Putra & Yosi Andika Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (PSISDL) 9/4/2018 TUGAS SURVEI TANAH

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan (mm) Debit (m³/detik)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan (mm) Debit (m³/detik) 7 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DAS Bengawan Solo Pada peta geologi Indonesia (Sukamto et al. 1996) formasi geologi DAS Bengawan Solo didominasi batuan sedimen tersier, batuan sedimen kuarter, batuan vulkanik

Lebih terperinci

MINI RISERT METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI MENGHITUNG CURAH HUJAN

MINI RISERT METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI MENGHITUNG CURAH HUJAN MINI RISERT METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI MENGHITUNG CURAH HUJAN Oleh : Nama : Lia muniar Lumbantoruan Nim : 3173131021 Dosenpengampu : Drs. Kamarlin Pinm,M.Si Riki Rahmad,S.Pd.,M.Sc PENDIDIKAN GEOGRAFI

Lebih terperinci

3. Simbol yang baik untuk memperlihatkan persebaran pada peta adalah a. grafis d. lingkaran b. titik e. warna c. batang

3. Simbol yang baik untuk memperlihatkan persebaran pada peta adalah a. grafis d. lingkaran b. titik e. warna c. batang TRY OUT UJIAN NASIONAL 005 GEOGRAFI SMA/MA Petunjuk : 1. Berdoalah sebelum dan sesudah mengerjakan soal! 2. Sebelum mengerjakan soal, tulislah identitas anda pada Lembar Jawaban yang telah disediakan 3.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI. Meteorology for better life

Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI. Meteorology for better life Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI 1. Pengukuran dan analisis data hujan 2. Sebaran curah hujan menurut ruang dan waktu 3. Distribusi curah hujan dan penyebaran awan 4. Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis)

Lebih terperinci

sebagainya, termasuk dalam proses pembentukan tanah (klimat soil) yaitu tanah

sebagainya, termasuk dalam proses pembentukan tanah (klimat soil) yaitu tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di dunia yang memiliki kekayaan tanah, air dan udara, dengan sejumlah kekayaan tersebut merupakan nikmat yang

Lebih terperinci