BAB I PENDAHULUAN. salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan fidusia yang merupakan salah satu bentuk lembaga jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat di dalamnya. Menurut Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang secara yuridis

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapi.

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA YANG SUDAH DIALIHKAN SEBELUM JAMINAN FIDUSIA DIDAFTARKAN

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tergiur untuk memilikinya meskipun secara financial dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB.

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

PENGATURAN JANGKA WAKTU PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Istilah fidusia berasal dari bahasa belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. law, zakerheidsstelling, atau zakerheidsrechten 1. Lembaga jaminan diperlukan. kegiatan-kegiatan dalam proyek pembangunan 2.

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya dengan luas wilayah sebesar 326,36 km² merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengamanan pemberian dana atau kredit tersebut.jaminan merupakan hal yang

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. dan menangkap setiap peluang untuk mendatangkan pendapatan. Pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Analisis yuridis..., Liana Maria Fatikhatun, FH UI., 2009.

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidus

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

MANFAAT JAMINAN FIDUSIA DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK 1 Oleh : Riedel Wawointana 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan peningkatan jaminan melalui lembaga-lembaga jaminan yang. hak tanggungan, kredit verban, fidusia, dan gadai.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu Perjanjian Kredit biasanya terdapat perjanjian accesoir (perjanjian ikutan) yang mengikuti perjanjian kredit tersebut. Fidusia merupakan salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit. Penggunaan jaminan fidusia dalam perjanjian kredit merupakan hal yang sering dilakukan masyarakat. Dimana Fidusia dirasa lebih menguntungkan dibandingkan gadai oleh masyarakat, karena untuk gadai benda jaminan harus diserahkan kepada kreditur pemegang gadai atau pihak ketiga (pasal 1152, pasal 1162, pasal 1163 K.U.H.Perdata). sedangkan untuk jaminan fidusia sendiri, barang yang dijaminkan tidak diserahkan kepada kreditur, sehingga barang yang menjadi jaminan bisa dipakai untuk keperluan usaha si debitur. Fidusia awalnya berasal dari yurisprudensi dalam keputusan Hooggerechtshof (HgH) tanggal 18 Agustus 1932 yang kemudian dibuatlah undang-undang mengenai jaminan fidusia dalam Undang-undang no. 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia yang didalamnya mengatur tentang ketentuan umum mengenai jaminan fidusia, tentang cara pembebanan, pendaftaran, pengalihan dan hapusnya jaminan fidusia dan ketentuan-ketentuan lainnya. Dikeluarkannya undang-undang fidusia merupakan pengakuan resmi dari pembuat undang-undang akan lembaga jaminan fidusia, yang selama ini baru memperoleh pengakuannya melalui yurisprudensi. Dengan demikian, maka untuk

selanjutnya sudah tidak ada kesempatan lagi untuk berpolemik tentang setuju atau tidak setujunya kita terhadap lembaga jaminan fidusia sebagai suatu bentuk lembaga jaminan kebendaan yang berdiri sendiri diluar gadai dan karenanya lain dari gadai. 1 Fidusia merupakan perjanjian pengalihan hak penguasaan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan barang yang dijaminkan tetap dalam pengelolaan si pemilik (debitur), akan tetapi hak kepemilikannya diberikan kepada kreditur. 2 Jaminan Fidusia sendiri memiliki sifat perjanjian accessoir, dimana bahwasannya Jaminan Fidusia ini sendiri merupakan perjanjian ikutan dari Perjanjian pokoknya. Dalam Pasal 4 Undang-undang Jaminan Fidusia (UUJF) dinyatakan bahwa Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Kata ikutan dalam ketentuan pasal tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa Fidusia merupakan perjanjian accessoir. Sifat accessoir dari jaminan fidusia ini membawa akibat hukum, bahwa: 1. Dengan sendirinya jaminan fidusia menjadi hapus karena hukum, apabila perjanjian pokoknya itu berakhir atau karena sebab lainnya yang menjadikan perjanjian pokoknya menjadi hapus; 1 J.Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal.179 2 Supianto, Hukum Jaminan Fidusia, Garudhawaca, Jember, 2015. Hal. 35

2. Fidusia yang menjaminnya karena hukum beralih pula kepada penerima fidusia yang baru dengan dialihkannya perjanjian pokoknya kepada pihak lain; 3. Fidusia merupakan bagian tidak terpisahkan dari atau selalu melekat apada perjanjian pokoknya, karena itu hapusnya fidusia tidak menyebabkan hapusnya perjanjian pokoknya. 1 Jaminan Fidusia menurut Undang-undang Jaminan Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut masih dalam penguasaan pemilik benda dan pengertian Jaminan Fidusia dalam Undangundang Jaminan Fidusia yaitu, bahwa Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda yang tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasa pemberi fidusia sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya Berdasarkan pengertian diatas mengenai jaminan fidusia, meliputi unsurunsur berikut ini : 1. Adanya hak jaminan. 1 Ibid, hal. 165

2. Adanya objek, yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan. 3. Benda yang menjadi objek bangunan tetap berada dalam penguuasaan pemberi fidusia. 4. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur. 1 Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa maksud dan tujuan sistem pendaftaran Jaminan Fidusia untuk : 1. Memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan, terutama terhadap kreditor lain mengenai benda yang telah dibebani dengan Jaminan Fidusia; 2. Melahirkan ikatan jaminan fidusia bagi kreditor (penerima fidusia) 3. Memberikan hak yang didahulukan (preferen) kepada kreditor (penerima fidusia) terhadap kreditor lain, berhubung pemberi fidusia tetap menguasai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia berdasarkan kepercayaan; 4. Memenuhi asas publisitas. 2 Sejalan dengan prinsip memberikan kepastian hukum, maka Undangundang Jaminan Fidusia mengambil prinsip pendaftaran jaminan Fidusia. Pendaftaran tersebut diharapkan memberikan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima Fidusia maupun kepada pihak ketiga. 1 Ibid, hal. 36 2 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 200

Pendaftaran merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi sebagai syarat lahirnya jaminan fidusia dan untuk memenuhi prinsip publisitas. Dalam pasal 11 ayat (1) Undang-undang Fidusia disebutkan Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan. 1 Pendaftaran tersebut menganut asas spesialitas, sebagai yang kita lihat dari syarat-syarat pendaftaran sebagai yang disebutkan dalam pasal 13 sub 2 Undangundang Fidusia, yang pada asasnya sama dengan yang disebutkan dalam pasal 6 Undang-undang fidusia, sedang mengenai tanggal, nomor akta dan tempat kedudukan Notaris serta data perjanjian pokoknya sudah dengan sendirinya terekam dan terpenuhi karena di dalam pasal 2 sub 4 Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 disyaratkan agar pemohon pendaftaran dilengkapi dengan salinan akta notaris. Pendaftaran dicatat dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran (pasal 14 sub 1 Undang-undang Fidusia) dan tanggal tersebut akan mempunyai dampak hukum yang besar sekali, karena tanggal tersebut menentukan lahirnya jaminan Fidusia (pasal 14 sub 3 Undang-undang Fidusia). 2 Dalam hal pendaftara jaminan fidusia sendiri, notaris mempunyai peran penting dalam melakukan pendaftaran fidusia. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan pasal 5 ayat (1) undang-undang no. 42 tahun 1999 mengenai jaminan fidusia, yang dimana dikatakan bahwa pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia. 1 Supianto, Op.Cit, hal. 45 2 J. Satrio, Op.Cit, hal.197

Dari ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa memang peran Notaris sangatlah penting dalam pembuatan Jaminan Fidusia sendiri. Yaitu dalam tahapan pembuatan Akta Jaminan Fidusia untuk didaftarkan pada Kantor Jaminan Fidusia (KPF). Saat ini pendaftaran jaminan fidusia dilakukan secara elektronik. Hal ini semakin mempererat peranan Notaris sendiri dalam pembuatan akta jaminan fidusia, karena untuk melakukan pendaftaran akta jaminan fidusia melalui elektronik, wewenang untuk mendaftarkan akta jaminan fidusia hanya ada pada notaris, sehingga hanya notarislah yang dapat mendaftarkan akta jaminan fidusia kepada Kantor Jaminan Fidusia. B. Rumusan Masalah Adapun dilihat dari latar belakang penulisan skripsi ini maka permasalahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Kedudukan Suatu jaminan fidusia dalam suatu perjanjian kredit? 2. Apa kaitan dan peran notaris dalam pembuatan akta pemberian jaminan fidusia pada perjanjian kredit atas benda bergerak dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan? 3. Bagaimanakah proses pemberian jaminan fidusia dalam suatu perjanjian kredit?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah 1. Untuk mengetahui prosedur pemberian jaminan fidusia dalam suatu perjanjian kredit 2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan jaminan fidusia dalam suatu perjanjian kredit 3. Untuk mengetahui apa-apa saja peran notaris dalam pembuatan akta pemberian jaminan fidusia pada perjanjian kredit atas benda bergerak dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang no 4. Tahun 1996 tentang hak tanggungan D. Manfaat Penulisan Adapaun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : a) Secara teoritis yaitu, untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana proses pendaftaran jaminan fidusia dan bagaimana kedudukan jaminan fidusia itu sendirii dalam suatu perjanjian kredit. b) Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembaca untuk tetap memperhatikan proses-proses pendaftaran jaminan fidusia dalam suatu perjanjian kredit. E. Metode Penelitian

1. Sifat/Bentuk Penelitian Untuk penulisan skripsi ini jenis penelitian yang dipakai adalah yuridis normatif yang didasarkan pada bahan hukum sekunder yang merupakan prosedur ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Sifat penelitian yang dipakai adalah deskriptif analitis. Bersifat deskriptif analitis yakni menggambarkan dan menguraikan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Jaminan Fidusia. Deskriptif analitis tidak hanya menggambarkan suatu peraturan hukum dalam konteks teori hukum dan pelaksanaannya, namun menganalisis fakta secara tepat dan cermat kedudukan jaminan fidusia dalam suatu perjanjian kredit dan kaitannya dengan peranan notaris dalam pembuatan akta jaminan fidusia. 1. Data Data yang diteliti terdiri dari : a. Bahan/sumber primer berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Jaminan Fidusia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata.. b. Bahan/Sumber sekunder berupa bahan acuan lainnya yang mendukung penulisan skripsi ini yang memberikan penjelasan atau ulasan-ulasan terhadap bahan hukum primer antara lain berupa : buku-buku, artikel, jurnal makalah, bahkan dokumen atau pendapat dari kalangan pakar hukum yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini. 2. Teknik pengumpulan data

a. Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Library research) yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku-buku, jurnal, peraturan perundangundangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini dengan tujuan untuk mendapatkan teori-teori, asas-asas, konsep-konsep dan doktrin, pendapat serta pemikiran dari para ahliyang relevan dengan permasalahan yang dikaji. b. Penelitian lapangan, yaitu meneliti dengan melakukan wawancara secara langsung dengan notaris yang berada di kota medan mengenai beberapa hal menyangkut peran, kewajiban dan tanggung jawab notaris dalam hal pembuatan akta jaminan fidusia. 3. Analisis data Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penulisan skripsi ini dilakukan secara kualitatif yakni dengan pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma doktrin, dan pasal-pasal di dalam perundang-undangan kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. 2. Keaslian Penulisan Pembahasan skripsi ini difokuskan untuk membahas kedudukan jaminan fidusia dalam suatu perjanjian kredit dan peran notaris dalam pembuatan akta pemberian jaminan fidusia.

Berdasarkan penulusuran kepustakaan yang dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, ternyata belum pernah ada pembahasan skripsi dengan judul Kedudukan Jaminan Fidusia Dalam Suatu Perjanjian Kredit dan Kaitannya dengan Peran Notaris Dalam Pembuatan Akta Jaminan Fidusia (Studi Notaris di Medan). Saya bertanggung jawab apabila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama. 3. Sistematika Penulisan Agar lebih memudahkan dalam pembahasan skripsi ini, penulis akan membuat sistematika penulisan secara teratur, yang dibagi dalam beberapa bab dan semuanya saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah : 1. Bab I. Pendahuluan Bab ini merupakan bagian pembukaan yang berisi mengenai alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika dalam penulisan skripsi ini. 2. Bab II. Tinjauan Umum Mengenai Jaminan Fidusia Bab ini berisi mengenai tinjauan-tinjauan umum mengenai jaminan fidusia, khususnya mengenai pengertian, unsur-unsur pokok, asas-asas hukum dan objek jaminan fidusia.

3. Bab III. Tugas dan Wewenang Notaris Dalam Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Bab ini akan menguraikan apa itu pengertian notaris, tugas dan wewenangnya, juga tanggung jawab seorang notaris dalam pembuatan akta jaminan fidusia 4. Bab IV Kedudukan Jaminan Fidusia Dalam Suatu Perjanjian Kredit dan Kaitannya Dengan Peran Notaris dalam Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Bab ini akan menguraikan rumusan-rumusan masalah dalam skripsi ini, yaitu mengenai proses pemberian jaminan fidusia dan kedudukan jaminan fidusia tersebut dalam perjanjian kredit, juga kaitannya dengan peran notaris dalam pembuatan akta jaminan tersebut. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab penutup dalam skripsi ini yang berisi mengenai kesimpulan yang penulis dapat dalam pembahasan skripsi ini serta saransaran yang dapat penulis ambil dalam menghadapi permasalahan dalam rumusan masalah skripsi ini.