BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arah bawah (downward) atau ke arah luar (outward) lereng. Material pembentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau tandus (Vera Sadarviana, 2008). Longsorlahan (landslides) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam penggunaan lahan. Lahan juga diartikan sebagai Permukaan daratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JATI PADA KERAWANAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah lempung. Laju dan berapa jauh

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia di buktikan dengan terdokumentasinya dalam Al-Qur an, salah satunya

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

DISASTER NURSING AND TRAUMA HEALING. Project Observasi Potensi Bencana di Kelurahan Pongangan. Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

penghidupan masyarakat (Risdianto, dkk., 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Gerakan Tanah

RISIKO LONGSORLAHAN PADA PENGGUNAAN LAHAN PERSAWAHAN DI SUB-DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI) LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

Identifikasi Daerah Rawan Longsor

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10 KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

Bencana Benc Longsor AY 11

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB III LANDASAN TEORI

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor 2.2 Jenis Longsor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Longsorlahan Gerakan tanah atau yang lebih umum dikenal dengan istilah Longsorlahan (landslide) adalah proses perpindahan matrial pembentuk lereng berupa suatu massa tanah dan batuan dalam jumlah yang besar menuju ke bawah atau tempat yang lebih rendah (Dibyosaputro. 1999. Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah curah hujan yang tinggi serta kelerengan tebing. (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana). Longsorlahan merupakan gerakan material penyusun lereng ke arah bawah yang berupa tanah, lumpur, regolith, bedrock karena adanya pengaruh tarikan gaya gravitasi bumi. Semakin curam suatu lereng maka semakin besar kemungkinan terjadi luncuran material tersebut jatuh ke tempat yang lebih rendah (Strahler,1997. Dalam Lilik Kurniawan. 2008). Jenis-jenis pergerakan tanah terdiri dari jatuhan (falls), aliran (flows), longsoran (slides), dan amblasan (subsidence). Longsorlahan merupakan salah satu bagian dari gerakan tanah, 5

Ditinjau dari kecepatan dan jenis material yang bergerak, longsorlahan dapat dibedakan menjadi 2 jenis sebagai berikut (Sutikno, 2000. Dalam Lilik Kurniawan. 2008): 1. Debris avalanche Material longsoran yang bergerak secara bersama-sama, bergerak dengan kecepatan tinggi dan dalam waktu yang tiba-tiba. Dalam bahasa asing disebut debris avalanche. 2. Longsoran Material longsoran yang bergerak dengan kecepatan lamban akan menimbulkan bekas longsoran dengan bentuk menyerupai tapal kuda. Jenis longsoran ini antara lain berupa nendatan yang diikuti oleh rekahan, retakan dan belahan. Terdapat 6 jenis tanah longsor yang sering terjadi di Indonesia, yakni: 1. Longsoran translasi Gambar 2.1: Longsoran Translasi (Sumber: Nandi. 2007) Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 6

2. Longsor rotasi Gambar 2.2: Longsoran Rotasi (Sumber: Nandi. 2007) Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. 3. Pergerakan balok Gambar 2.3: Longsor Anbaloki (Sumber: Nandi. 2007) Pergerakan balok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi balok batu. 7

4. Runtuhan batu Gambar 2.4: Longsoran Runtuhan Batu (Sumber: Nandi. 2007) Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah. 5. Rayapan tanah Gambar 2.5: Longsoran Rayapan Tanah (Sumber: Nandi. 2007) Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak 8

dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah. 6. Aliran bahan rombakan Gambar 2.6: Longsoran Aliran Bahan Rombakan (Sumber: Nandi. 2007) Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak. 2.2 Penggunaan Lahan Sawah Sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terusmenerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija (Sarwono Hardjowigeno, dkk). 9

Lahan sawah adalah suatu jenis pemaanfaatan lahan yang pengelolaannya membutuhkan air, lahan sawah mempunyai permukaan yang datar atau sengaja didatarkan (dibuat teras) dan dibatasi oleh pematang sawah yang fungsinya untuk menahan genangan air (Departemen Pertanian). Sawah irigasi adalah sawah yang pengairannya berasal dari saluran irigasi alami maupun buatan yang berada disekitar persawahan sedangkan sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya hanya berasal dari turunnya hujan atau pengairannya sangan bergantung dengan cura hujan di suatu wilayah (Departemen Pertanian). Pertanian padi sudah lama dikenal oleh dunia. Salah satu aplikasi tersebut berada di lereng pegunungan yang terwujud dengan pengolahan lahan oleh manusia dalam praktek pertanian, sehingga tercipta hamparan sawah yang berundak-undak atau berteras. Budaya sawah teras diduga merupakan budaya khas masyarakat di Asia Pasifik yang telah diwariskan turun temurun (Von Droste dkk. 1995 Dalam Rai Asmiwyati. 2005). 2.3 Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang dimana sumber daya alam, terutama vegetasi, tanah dan air, berada pada kawasan yang sama dan tersimpan serta tempat hidup bagi manusia untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat pada wilayah DAS guna memenuhi kebutuhan hidupnya. DAS didefinisikan sebagai 10

suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan antara sungai dan anak-anak sungai yang menjadi satu, yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari hulu sungai dan mengalirkannya ke hilir secara alami. (UU No. 7 Tahun 2004 Dan PP No. 37 Tahun 2012 Dalam Seminar Nasional, 2014. Dalam Devi 2014) Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu sistem ekosistem alam dimana ada interaksi antara organisme dan lingkungannya secara dinamik dan saling memiliki ketergantungan satu sama lain dalam setiap komponennya (Asdak, 2002. Dalam A.R As-syakur 2010). Daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah resapan air yang fungsinya dapat mengatur system tata air, secara alami kualitas DAS dapat dipengaruhi oleh faktor biofisik pembentk tanah yaitu relief, topografi, fisiografi, iklim, tanah, air, dan vegetasi (tan, 1991. Dalam Nanang Komarudin. 2008). 2.4 Risiko Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana). 11

(Benson dan Clay. 2004. Dalam Yayat Supriyatna) membagi dampak bencana menjadi tiga bagian yaitu: 1. Dampak langsung dari bencana, meliputi kerugian materil dari kerusakan harta benda yang dimiliki (lahan pertanian, bangunan tempat tinggal, kendaraan bermotor, emas, barang-barang elektronik tempat usaha, lahan pertanian dan lain-lain). 2. Dampak tidak langsung meliputi hilangnya barang atau jasa yang diproduksi dan hilangnya pendapatan, akibat terhentinya proses produksi. 3. Dampak lanjutan bias diartikan sebagai dampak yang terasa setelah beberapa waktu karena sebelumnya telah direncanakan suatu program, contohnya terganggunya rencana-rencana pembangunan yang telah disusun dan meningkatnya angka kemiskinan akibat dari bencana yang melanda. 2.5 Bahaya Bahaya adalah kemungkinan suatu peristiwa yang memiliki potensi untuk merusak dalam suatu periode waktu dan dalam wilayah tertentu (Westen, 1993. Dalam Nugroho H P. 2012). Bahaya (Hazards) adalah fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi untuk merusak atau mengancam kelangsungan kehidupan manusia, kehilangan harta- 12

benda, kehilangan mata pencaharian, kerusakan lingkungan. Misal: tanah longsor, banjir, gempa-bumi, letusan gunungapi, kebakaran dan lain-lain (Anonim 1 ). 2.6 Kerugian Kerugian materil adalah kerugian yang dialami oleh seseorang dapat dihitung dengan uang, kerugian tersebut dapat berupa kehilangan harta benda, kehilangan bangunan tempat usaha, kehilangan lahan pertanian serta kehilangan benda berharga lainnya (Anonim 2 ). Kerugian nonmaterial adalah kerugian yang dialami oleh seseorang yang tidak bias dihitung dengan uang atau tidak bias dinilai dengan pasti karena setiap orang mempunyai nilai yang berbeda terhadap sesuatu yang dimilikinya (Anonim 3 ). 2.7 Penelitian Sebelumnya Suwarno, 2001 dalam penelitiannya yang berjudul Studi Geomorfologi untuk Estimasi Bahaya dan Risiko Longsorlahan di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitiannya adalah mempelajari klasifikasi dan mengetahui agihan kelas bahaya longsorlahan di daerah penelitian, dan mengetahui risiko yang diakibatkan oleh longsorlahan di daerah penelitian. Metode yang digunakan adalah Survei dan observasi lapangan dan laboratorium. Hasil penelitiannya berupa Peta Geomorfologi, Peta Kerentanan Bahaya Longsorlahan, dan Peta Risiko Longsorlahan. 13

Yongki Fajar Mustofa, 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Risiko Longsorlahan di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian tersebut adalah mengetahui tingkat risiko longsorlahan di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Survey lapangan. Hasil penelitannya berupa peta risiko Longsorlahan. Tabel 2.1 menyajikan perbandingan penelitian terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Peneliti/ Tahun Suwarno (2001) Yongki Fajar Mustofa (2013) Vindi Ramadhan (2016) Judul Studi Geomorfologi untuk Estimasi Bahaya dan Risiko Longsorlahan di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah Lokasi Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah Kajian Risiko Longsorlahan di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Kecamatan Ajibarang. Kabupaten Banyumas Analisis Risiko Longsor Pada Penggunaan Lahan Persawahan Di Sub- Das Logawa Kabupaten Banyumas Kecamatan: Kedungbanteng, Karanglewas, dan Cilongok. GPS, Kamera, ArcView, Peta Rupa Bumi DAS Logawa, Peta Kerawanan Bahan dan Foto udara, peta Data dari Badan Pusat Alat topografi, peta Statistik, data monografi geologi, peta tanah, Kecamatan Ajibarang, peta hidrogeologi, peta bahaya longsor peta penggunaan Longsor DAS lahan, peta curah Logawa, Peta Bentuk hujan, dan alat-alat Lahan DAS Logawa untuk kerja lapangan. Metode Survei dan observasi Survey Lapangan Deskriptif Penelitian lapangan dan laboratorium. Hasil Peta Geomorfologi Peta Risiko Longsorlahan Peta Risiko Peta Kerentanan Longsorlahan Pada Bahaya Longsorlahan penggunaan Lahan Peta Risiko Persawahan Longsorlahan Sumber: Suwarno (2001), Yongki Fajar Mustofa (2013), Vindi Ramadhan (2016) 14

2.8 Landasan Teori Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut maka dapat disusun landasan teori berikut ini. 1. Longsorlahan Longsorlahan merupakan material penyusun lereng yang bergerak kebawah atau menuruni lereng akibat gaya gravitasi bumi yang disebabkan oleh cura hujan yang tinggi dan kemiringan lereng, semakin curam lereng tersebut semakin besar pula potensi terjadinya Longsorlahan. Material penyusun lereng yang biasanya terbawa adalah tanah, lumpur, regolith, dan bedrock. 2. Penggunaan Lahan Sawah adalah lahan yang dimaanfaatkan untuk bertanam padi, tanaman padi tersebut dapat ditanam secara terus-menerus maupun bergantian dengan tanaman palawaija. 3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah aliran sungai (DAS) merupakan ekosistem alami yang ditandai dengan adanya interaksi antara organisme dan lingkungan. DAS merupakan daerah resapan air yang mempunyai fungsi untuk mengatur sistem tata guna air (menampung, menyimpan, dan mengalirkan). 15

4. Risiko Risiko adalah kemungkinan kerugian yang ditimbulkan akibat adanya suatu kejadian berupa bencana alam atau kejadian lain kepada masyarakat, kerugian tersebut meliputi kerugian material maupun kerugian non material. 5. Bahaya Bahaya adalah kemungkinan suatu peristiwa yang berpotensi untuk merusak dan mengancam kehidupan manusia dalam wilayah dan waktu tertentu. 6. Kerugian Kerugian materil adalah kerugian yang di dialami oleh seseorang yang dapat dihitung menggunaka uang. 2.9 Kerangka pikir Tanah longsor adalah gerakan material pembentuk lereng yang jatuh karena adanya pengaruh tarikan gaya geavitasi. Penyebab terjadinya tanah longsor di sekitar daerah aliran sungai (DAS) logawa dikarenakan cura hujan yang tinggi dan kemampuan tanah tidak mampu untuk menampung debit air. Ketidak mampuan tanah untuk menampung debit air hujan inilah yang menyebabkan terjadinya tanah longsor, selain cura hujan yang tinggi didaerah DAS logawa terjadi alih fungsi lahan yang seharusnya lahan tersebut untuk daerah resapan air hujan beralih fungsi sebagai lahan pertanian. 16

Kabupaten banyumas sering dijumpai kejadian tanah longsor yang merusak lahan pertnian masyarakatnya, daerah DAS logawa teletak dan terbentuk oleh lahan vulkanik dan struktural sehingga daerah tersebut mempunyai tanah yang subur untuk persawahan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kerugian materil pada bidang pemanfaatan lahan persawahan akibat tanah longsor. Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat dirumuskan kerangka pikir pada Gambar 2.7 berikut ini: Penggunaan Lahan Kerawanan Bentuk Penggunaan Lahan Bahaya Longsorlahan Persawahan Peta Risiko Longsorlahan Pada Penggunaan Lahan Persawahan Gambar 2.7 Diagram Alir Kerangka Pikir 17

2.10 Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut 20 % wilayah dengan kelas risiko longsorlahan tinggi terdapat pada penggunaan lahan persawahan. 18