BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

B A B V P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

Dualisme Kewenangan Pemeriksaan Dugaan Pelanggaran Kode Etik Notaris

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

KODE ETIK JABATAN NOTARIS

BAB II KEWENANGAN MPW DALAM MELAKUKAN PENERAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN ADMINISTRATIF YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2

Notaris adalah pejabat umum ang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini.

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESINYA. Oleh : Elviana Sagala, SH, M.Kn Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan ketertiban masyarakat. Selain itu, profesi hukum berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012. Dinny Fauzan, Yunanto, Triyono. Perdata Agraria ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris berisi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan uraian pada kesimpulan dan bab-bab sebelumnya, maka. kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Adjie, Habib, 2015, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

DAFTAR PUSTAKA , 2010, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, PT. Refika Aditama, Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. antar warga negara, yakni antara individu satu dengan individu yang lain.

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat terhadap jasa Notaris tidak dapat dihindarkan karena

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Pelaksanaan tugas jabatan notaris harus berpedoman pada kaidah hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

3. Peraturan Pemerintah...

umum, ini dikuatkan lagi dengan akta yang dikeluarkan adalah alat bukti pemerintah dalam menjalankan jabatannya.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini, peran Notaris sebagai Pejabat Umum sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

DAFTAR PUSTAKA. Arkunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke-13, PT.Asdi Mahasatya, Jakarta.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika pembangunan nasional salah satunya adalah dengan menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Di Indonesia pembangunan dilaksanakan secara menyeluruh dalam segala bidang termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan dengan bidang hukum terkait terutama berfungsi sebagai sarana untuk melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi. Hukum diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia ke arah yang ditargetkan melalui pembangunan dan pembaruan nasional. Perubahan yang teratur tentunya diperkuat oleh peraturan perundang-undangan dan berbagai peraturan lainnya yang dapat menjadi sumber hukum. Salah satu sumber hukum adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Peraturan tersebut harus ditaati oleh Notaris dalam melaksanakan tugasnya sehingga bisa menciptakan ketertiban dalam menjalankan peraturan perundang-undangan. Untuk selanjutnya yang mengacu kepada Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang disingkat dengan UUJN, sedangkan yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Jabatan Notaris yang disingkat dengan UUJNP. 1

2 Notaris sebagai pejabat umum (open ambtenaar) yang berwenang membuat akta otentik dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya sehubungan dengan perkerjaannya dalam membuat akta otentik bagi masyarakat demi tercapainya kepastian hukum pembuat akta otentik. 1 Kewajiban Notaris terhadap kualitas akta bahwa Notaris dalam membuat akta harus tetap berpegang pada ketentuan undang-undang sehingga akta yang diterbitkan dapat memberikan perlindungan hukum bagi para pihak dalam pembuatan suatu perjanjian. Notaris melindungi kliennya sehingga posisi mereka seimbang dan tidak ada yang dirugikan, serta memberikan kepastian hukum kepada kliennya apabila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian yang disepakati. Terutama dalam hal pembuktian suatu perjanjian tersebut harus ada bukti yang otentik salah satunya dengan akta notaris. Berdasarkan Pasal 1 ayat (6) UUJNP bahwa akta notaris adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Akta notaris harus memberikan kepastian hukum bahwa akta yang dibuatnya sesuai dengan prosedur dalam pembuatan akta dan berdasarkan keterangan para pihak yang menghadap saat itu. 2 1 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII Press, Yogyakarta, hlm. 34. 2 Habib Adjie, 2013, Menjalin Pemikiran-Pendapat Tentang Kenotariatan, PT Citra Aditya Bakti, Surabaya, hlm. 126.

3 Kepastian hukum yang terwujud dari keputusan pejabat yang berwenang terkait dengan suatu peristiwa tertentu. 3 Masyarakat membutuhkan seseorang yang berkompeten dalam bidangnya dan dapat memberikan kepastian hukum serta perlindungan hukum. Peranan notaris sangat berpengaruh terutama pada kegiatan usaha di dalam masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu dengan pertumbuha n penduduk yang semangkin meningkat maka bertambah pula kegiatan usaha yang ada di dalam masyarakat, sehingga dengan begitu meningkat pula kebutuhan jasa notaris dan jumlah notaris di dalam masyarakat secara linear, maka dibutuhkan juga pengawasan terhadap profesi ini guna menjaga supaya notaris dapat menjalankan profesinya sesuai dengan peraturan perundang - undangan dan Kode Etik Notaris. Kode Etik Notaris merupakan kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan untuk menjaga kehormatan dan keluhuran jabatan. Notaris dibebankan tanggung jawab dan etika profesi sehingga notaris tersebut dapat menjalankan tugas dan jabatannya dengan sungguhsungguh. Kesalahan yang sering terjadi pada notaris sering kali disebabkan oleh keteledoran notaris itu sendiri, serta bujukan-bujukan yang terkait dengan honorarium yang tinggi sehingga mengesampingkan etika seorang notaris. Seorang Notaris dalam menjalankan kewenangannya bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kepada masyarakat. Bertanggung jawab kepada diri sendiri bahwa notaris berkerja karena integritas moral, 3 Soerjono Soekanto, 1980, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Rajawali, Jakarta, hlm. 11.

4 intelektual dan profesional sebagai bagian dari kehidupan. Salah satu kepentingan yang terkait dalam kehidupan profesi apabila terjadi penyimpangan kewenangan notaris yaitu kepentingan klien. 4 Notaris dalam memberikan pelayanannya dituntut untuk selalu mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati nurani. Dalam menjalankan tugasnya notaris tidak mendapatkan gaji/atau uang pensiunan dari pemerintah tetapi seorang notaris mendapatkan honorarium dari produk yang mereka buat untuk para kliennya sebagai imbalan jasa-jasanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Etika profesi adalah keseluruhan tuntutan moral yang terkena pada pelaksanaan suatu profesi, sehingga etika profesi memperhatikan masalah ideal dan praktek-praktek yang berkembang karena adanya tanggung jawab dan hak-hak istimewa yang melekat pada profesi tersebut. 5 Seorang Notaris yang menjalankan jabatannya selain mengacu kepada undang-undang jabatan Notaris, juga harus sesuai dengan etika profesi jabatan.etika dibedakan menjadi dua macam yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum membahas prinsip-prinsip moral dasar pada masing-masing moral dasar sedangkan, etika khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada masing-masing bidang kehidupan manusia. 6 4 Liliana Tedjosaputro, 1995, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana, PT Bayu Indra Grafika, Jakarta, hlm. 43. 5 Ibid., hlm. 10 6 Ibid.

5 Jumlah formasi notaris yang melebihi dari formasi yang juga berpotensi mempengaruhi kinerja notaris dalam menjalankan jabatannya karena peluang untuk berkompetisi lebih ketat yang kemudian bisa berdampak terhadap sikap profesionalisme seorang notaris yang tidak menjaga nilai-nilai etika di dalam menjalankan jabatannya. Oleh karena itu untuk menjaga nilai-nilai etika hukum yang seharusnya dijunjung tinggi dan tetap terjaga maka diperlukan adanya pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan notaris. Konsekuensi dilakukannya pengawasan dan pembinaan terhadap notaris ini tentunya harus dilakukan secara terus menerus sehingga dapat menjadi dasar hukum kewenangannya sebagai seorang notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya sesuai dengan aturan hukum dan peraturan perundang-undangan. Pengawasan yang dimaksud di sini adalah pengawasan yang berkaitan dengan perilaku notaris dan pelaksanaan jabatan notaris. Adapun tujuan dari pengawasan tersebut agar para Notaris ketika menjalankan tugas jabatannya memenuhi semua syarat yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris demi melindungi kepentingan masyarakat karena notaris diangkat oleh pemerintah bukan hanya untuk melindungi kepentingan notaris sendiri melainkan untuk kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa notaris. Pada dasarnya yang mempunyai wewenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dalam pelaksanaannya membentuk Majelis Pengawas

6 Notaris. 7 Kewenangan tersebut guna mendelegasikan kewajiban kepada Majelis Pengawas Notaris untuk mengawasi sekaligus membina Notaris dalam hal perilaku dan pelaksanaan jabatannya sebagai notaris. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, maka pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris yang semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri setempat di wilayah Notaris tersebut kini berada di bawah wewenang Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia sehingga untuk pengawasan tersebut Menteri Hukum dan HAM membentuk Majelis Pengawas Notaris. Majelis Pengawas Notaris terdiri dari sembilan orang yang berasal dari 3 (tiga) unsur yaitu dari unsur Akademisi, dari unsur Pemerintah, dan dari unsur Notaris, masing-masing terdiri dari 3 (tiga) orang. Adanya anggota Majelis Pengawas dari unsur Notaris merupakan pengawasan internal artinya dilakukan oleh sesama Notaris yang memahami dunia notaris luar-dalam, sedangkan unsur lainnya merupakan unsur eks ternal yang mewakili dunia akadem ik, pemerintah dan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya badan tersebut tersusun 3 (tiga) hierarki dalam susunan wilayah administratif (Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat) yaitu: Majelis Pengawas Daerah (selanjutnya disingkat dengan MPD), Majelis Pengawas Wilayah (selanjutnya disingkat dengan MPW), dan Majelis Pengawas Pusat (selanjutnya disingkat dengan MPP). 7 Habib Adjie, 2011, Majelis Pengawas Notaris, PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 39.

7 Berdasarkan Pasal 5 UUJNP, Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris. Tujuan dari adanya pelaksanaan tugas dari Majelis Pengawas Notaris agar dapat memberikan arah dan tuntunan bagi notaris dalam memberikan kepastian hukum serta perlindungam hukum bagi para pihak dan Notaris itu sendiri serta untuk kepentingan masyarakat yang meminta pelayanan jasa notaris. Demi menjalankan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris maka telah disusun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas, wewenang dan kewajiban Mejelis Pengawas Notaris dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Kemudian Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi Tata Cara Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, dan Keputusan M enteri Hukum dan HAM Republik Indonesia N omor: M.39- PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas oleh Majelis Pengawas Notaris, serta Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor: M.01-HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Notaris. Dalam pelaksanaan tugas Notaris tidak hanya diawasi oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia namun secara tidak langsung masyarakat

8 juga mempunyai peran penting dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris mengenai adanya dugaan pelanggaran kode etik atau pelanggaran jabatan Notaris melalui laporan dari masyarakat. 8 Keanggotaan Majelis Pengawas Notaris diharapkan juga dapat memberikan sinergi terhadap pengawasan dan pemeriksaan yang objektif sehingga setiap pengawasan yang dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para Notaris dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tidak menyimpang dari UUJNP secara internal dan eksternal. Mejelis Pengawas Notaris tidak hanya melakukan pengawasan dan pembinaan saja kepada notaris akan tetapi juga mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan sanksi terhadap notaris yang melakukan pelanggaran. Majelis Pengawas Wilayah dapat menjatuhkan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis, dan sanksi seperti itu bersifat final. 9 Untuk mengetahui lebih dalam mengenai mekanisme penjatuhan sanksi terhadap notaris yang terbukti melakukan pelanggaran oleh Majelis Pengawas Wilayah Daerah Istimewah Yogyakarta (yang selanjutnya disingkat dengan DIY) maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul tesis Mekanisme penjatuhan sanksi oleh Majelis Pengawas Wilayah terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran di Kota Yogyakarta 8 Ibid., hlm. 5. 9 Ibid., hlm. 24

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang akan dikaji yaitu: 1. Bagaimanakah mekanisme penjatuhan sanksi oleh Majelis Pengawas Wilayah terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran di Kota Yogyakarta? 2. Dasar-dasar pertimbangan Majelis Pengawas W ilayah dalam Menjatuhkan sanksi terhadap notaris yang melakukan pelanggaran?