BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika pembangunan nasional salah satunya adalah dengan menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Di Indonesia pembangunan dilaksanakan secara menyeluruh dalam segala bidang termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan dengan bidang hukum terkait terutama berfungsi sebagai sarana untuk melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi. Hukum diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia ke arah yang ditargetkan melalui pembangunan dan pembaruan nasional. Perubahan yang teratur tentunya diperkuat oleh peraturan perundang-undangan dan berbagai peraturan lainnya yang dapat menjadi sumber hukum. Salah satu sumber hukum adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Peraturan tersebut harus ditaati oleh Notaris dalam melaksanakan tugasnya sehingga bisa menciptakan ketertiban dalam menjalankan peraturan perundang-undangan. Untuk selanjutnya yang mengacu kepada Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang disingkat dengan UUJN, sedangkan yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Jabatan Notaris yang disingkat dengan UUJNP. 1
2 Notaris sebagai pejabat umum (open ambtenaar) yang berwenang membuat akta otentik dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya sehubungan dengan perkerjaannya dalam membuat akta otentik bagi masyarakat demi tercapainya kepastian hukum pembuat akta otentik. 1 Kewajiban Notaris terhadap kualitas akta bahwa Notaris dalam membuat akta harus tetap berpegang pada ketentuan undang-undang sehingga akta yang diterbitkan dapat memberikan perlindungan hukum bagi para pihak dalam pembuatan suatu perjanjian. Notaris melindungi kliennya sehingga posisi mereka seimbang dan tidak ada yang dirugikan, serta memberikan kepastian hukum kepada kliennya apabila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian yang disepakati. Terutama dalam hal pembuktian suatu perjanjian tersebut harus ada bukti yang otentik salah satunya dengan akta notaris. Berdasarkan Pasal 1 ayat (6) UUJNP bahwa akta notaris adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Akta notaris harus memberikan kepastian hukum bahwa akta yang dibuatnya sesuai dengan prosedur dalam pembuatan akta dan berdasarkan keterangan para pihak yang menghadap saat itu. 2 1 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII Press, Yogyakarta, hlm. 34. 2 Habib Adjie, 2013, Menjalin Pemikiran-Pendapat Tentang Kenotariatan, PT Citra Aditya Bakti, Surabaya, hlm. 126.
3 Kepastian hukum yang terwujud dari keputusan pejabat yang berwenang terkait dengan suatu peristiwa tertentu. 3 Masyarakat membutuhkan seseorang yang berkompeten dalam bidangnya dan dapat memberikan kepastian hukum serta perlindungan hukum. Peranan notaris sangat berpengaruh terutama pada kegiatan usaha di dalam masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu dengan pertumbuha n penduduk yang semangkin meningkat maka bertambah pula kegiatan usaha yang ada di dalam masyarakat, sehingga dengan begitu meningkat pula kebutuhan jasa notaris dan jumlah notaris di dalam masyarakat secara linear, maka dibutuhkan juga pengawasan terhadap profesi ini guna menjaga supaya notaris dapat menjalankan profesinya sesuai dengan peraturan perundang - undangan dan Kode Etik Notaris. Kode Etik Notaris merupakan kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan untuk menjaga kehormatan dan keluhuran jabatan. Notaris dibebankan tanggung jawab dan etika profesi sehingga notaris tersebut dapat menjalankan tugas dan jabatannya dengan sungguhsungguh. Kesalahan yang sering terjadi pada notaris sering kali disebabkan oleh keteledoran notaris itu sendiri, serta bujukan-bujukan yang terkait dengan honorarium yang tinggi sehingga mengesampingkan etika seorang notaris. Seorang Notaris dalam menjalankan kewenangannya bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kepada masyarakat. Bertanggung jawab kepada diri sendiri bahwa notaris berkerja karena integritas moral, 3 Soerjono Soekanto, 1980, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Rajawali, Jakarta, hlm. 11.
4 intelektual dan profesional sebagai bagian dari kehidupan. Salah satu kepentingan yang terkait dalam kehidupan profesi apabila terjadi penyimpangan kewenangan notaris yaitu kepentingan klien. 4 Notaris dalam memberikan pelayanannya dituntut untuk selalu mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati nurani. Dalam menjalankan tugasnya notaris tidak mendapatkan gaji/atau uang pensiunan dari pemerintah tetapi seorang notaris mendapatkan honorarium dari produk yang mereka buat untuk para kliennya sebagai imbalan jasa-jasanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Etika profesi adalah keseluruhan tuntutan moral yang terkena pada pelaksanaan suatu profesi, sehingga etika profesi memperhatikan masalah ideal dan praktek-praktek yang berkembang karena adanya tanggung jawab dan hak-hak istimewa yang melekat pada profesi tersebut. 5 Seorang Notaris yang menjalankan jabatannya selain mengacu kepada undang-undang jabatan Notaris, juga harus sesuai dengan etika profesi jabatan.etika dibedakan menjadi dua macam yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum membahas prinsip-prinsip moral dasar pada masing-masing moral dasar sedangkan, etika khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada masing-masing bidang kehidupan manusia. 6 4 Liliana Tedjosaputro, 1995, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana, PT Bayu Indra Grafika, Jakarta, hlm. 43. 5 Ibid., hlm. 10 6 Ibid.
5 Jumlah formasi notaris yang melebihi dari formasi yang juga berpotensi mempengaruhi kinerja notaris dalam menjalankan jabatannya karena peluang untuk berkompetisi lebih ketat yang kemudian bisa berdampak terhadap sikap profesionalisme seorang notaris yang tidak menjaga nilai-nilai etika di dalam menjalankan jabatannya. Oleh karena itu untuk menjaga nilai-nilai etika hukum yang seharusnya dijunjung tinggi dan tetap terjaga maka diperlukan adanya pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan notaris. Konsekuensi dilakukannya pengawasan dan pembinaan terhadap notaris ini tentunya harus dilakukan secara terus menerus sehingga dapat menjadi dasar hukum kewenangannya sebagai seorang notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya sesuai dengan aturan hukum dan peraturan perundang-undangan. Pengawasan yang dimaksud di sini adalah pengawasan yang berkaitan dengan perilaku notaris dan pelaksanaan jabatan notaris. Adapun tujuan dari pengawasan tersebut agar para Notaris ketika menjalankan tugas jabatannya memenuhi semua syarat yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris demi melindungi kepentingan masyarakat karena notaris diangkat oleh pemerintah bukan hanya untuk melindungi kepentingan notaris sendiri melainkan untuk kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa notaris. Pada dasarnya yang mempunyai wewenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dalam pelaksanaannya membentuk Majelis Pengawas
6 Notaris. 7 Kewenangan tersebut guna mendelegasikan kewajiban kepada Majelis Pengawas Notaris untuk mengawasi sekaligus membina Notaris dalam hal perilaku dan pelaksanaan jabatannya sebagai notaris. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, maka pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris yang semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri setempat di wilayah Notaris tersebut kini berada di bawah wewenang Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia sehingga untuk pengawasan tersebut Menteri Hukum dan HAM membentuk Majelis Pengawas Notaris. Majelis Pengawas Notaris terdiri dari sembilan orang yang berasal dari 3 (tiga) unsur yaitu dari unsur Akademisi, dari unsur Pemerintah, dan dari unsur Notaris, masing-masing terdiri dari 3 (tiga) orang. Adanya anggota Majelis Pengawas dari unsur Notaris merupakan pengawasan internal artinya dilakukan oleh sesama Notaris yang memahami dunia notaris luar-dalam, sedangkan unsur lainnya merupakan unsur eks ternal yang mewakili dunia akadem ik, pemerintah dan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya badan tersebut tersusun 3 (tiga) hierarki dalam susunan wilayah administratif (Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat) yaitu: Majelis Pengawas Daerah (selanjutnya disingkat dengan MPD), Majelis Pengawas Wilayah (selanjutnya disingkat dengan MPW), dan Majelis Pengawas Pusat (selanjutnya disingkat dengan MPP). 7 Habib Adjie, 2011, Majelis Pengawas Notaris, PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 39.
7 Berdasarkan Pasal 5 UUJNP, Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris. Tujuan dari adanya pelaksanaan tugas dari Majelis Pengawas Notaris agar dapat memberikan arah dan tuntunan bagi notaris dalam memberikan kepastian hukum serta perlindungam hukum bagi para pihak dan Notaris itu sendiri serta untuk kepentingan masyarakat yang meminta pelayanan jasa notaris. Demi menjalankan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris maka telah disusun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas, wewenang dan kewajiban Mejelis Pengawas Notaris dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Kemudian Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi Tata Cara Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, dan Keputusan M enteri Hukum dan HAM Republik Indonesia N omor: M.39- PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas oleh Majelis Pengawas Notaris, serta Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor: M.01-HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Notaris. Dalam pelaksanaan tugas Notaris tidak hanya diawasi oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia namun secara tidak langsung masyarakat
8 juga mempunyai peran penting dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris mengenai adanya dugaan pelanggaran kode etik atau pelanggaran jabatan Notaris melalui laporan dari masyarakat. 8 Keanggotaan Majelis Pengawas Notaris diharapkan juga dapat memberikan sinergi terhadap pengawasan dan pemeriksaan yang objektif sehingga setiap pengawasan yang dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para Notaris dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tidak menyimpang dari UUJNP secara internal dan eksternal. Mejelis Pengawas Notaris tidak hanya melakukan pengawasan dan pembinaan saja kepada notaris akan tetapi juga mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan sanksi terhadap notaris yang melakukan pelanggaran. Majelis Pengawas Wilayah dapat menjatuhkan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis, dan sanksi seperti itu bersifat final. 9 Untuk mengetahui lebih dalam mengenai mekanisme penjatuhan sanksi terhadap notaris yang terbukti melakukan pelanggaran oleh Majelis Pengawas Wilayah Daerah Istimewah Yogyakarta (yang selanjutnya disingkat dengan DIY) maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul tesis Mekanisme penjatuhan sanksi oleh Majelis Pengawas Wilayah terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran di Kota Yogyakarta 8 Ibid., hlm. 5. 9 Ibid., hlm. 24
9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang akan dikaji yaitu: 1. Bagaimanakah mekanisme penjatuhan sanksi oleh Majelis Pengawas Wilayah terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran di Kota Yogyakarta? 2. Dasar-dasar pertimbangan Majelis Pengawas W ilayah dalam Menjatuhkan sanksi terhadap notaris yang melakukan pelanggaran?