BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena

BAB I PENDAHULUAN. saat ini matematika dianggap sebagai program pendidikan yang berperan dalam

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking. Sedangkan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian,

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sejak PAUD sampai ke Perguruan Tinggi. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi yang tinggi baik dilihat dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika telah

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sejak lama dan sudah dilalui beberapa pembuat kebijakan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di semua bidang, salah satunya membangun sumber daya manusia.

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

Syarifatul Maf ulah, Dwi Juniati, Tatag Yuli Eko Siswono, Analisis Kemampuan Siswa...

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. seiring berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu pesat,

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat serta derasnya informasi di era globalisasi ini, merupakan tantangan bagi kita semua. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk dapat menghadapi tantangan tersebut. Dan untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas tersebut diperlukan pendidikan 1. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan perkembangan suatu bangsa. Melalui pendidikan akan lahir generasi penerus bangsa yang mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang memerlukan suatu cara agar mendapat pendidikan yang bermakna dan bermanfaat dalam kehidupannya 2. Pendidikan juga memberikan peranan penting dalam membentuk manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan 1 2 Sartini. Analisis Kesalahan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dalam Menyelesaikan Soal CeritaYang Memuat Pecahan Desimal. (Tesis Universitas Negeri Surabaya : Tidak dipublikasikan, 2005). h. 1 Dalyono, M. Drs. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: P.T. Rineka Cipta, 1997). h. 5 1

2 diri, sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar 3. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka sebuah bangsa memerlukan sumber daya manusia yang kreatif untuk mengelolanya. Salah satu program pendidikan mengembangkannya melalui mata pelajaran matematika 4. Matematika adalah salah satu ilmu yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan 5. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang pasti selalu bersentuhan dengan matematika, misalnya mengukur jarak dan waktu, jual beli barang, mengukur uang dan lain-lain. Paling tidak hitungan dasar yang, melibatkan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian harus dikuasai oleh setiap orang 6. Matematika juga memberikan sumbangan langsung terhadap bidang lain seperti ekonomi, kedokteran, teknologi dan lain-lain. Dengan kata lain, sering disebutkan bahwa matematika adalah ratunya ilmu. Mengingat pentingnya matematika dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka 3 4 5 6 Dalyono, M. Drs. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: P.T. Rineka Cipta, 1997). h. 6 Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Kontatasisi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. (Jakarta : Direktorat Tinggi Departemen Pendidikan Nasional). Fani,Yora. Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Siswa. (Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak dipublikasikan, 2012). h. 3 Ibid, h. 4

3 matematika perlu dipahami oleh semua lapisan masyarakat 7. Oleh karena itu, matematika dijadikan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari dan dikuasi, terutama siswa pada seluruh jenjang pendidikan formal. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar matematika di SMP masih rendah. Rendahnya kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah ketepatan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penyampaian materi yang digunakan oleh guru dilapangan pada umumnya adalah pembelajaran konvensional yang menekankan penguasaan dan manipulasi isi dengan latihan mengerjakan soal-soal atau drill dan practice, procedural serta penggunaan rumus 8. Pada pembelajaran ini guru berfungsi sebagai pusat atau sumber materi, guru yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya menerima materi. Sedangkan pada hakikatnya, ini bertentangan dengan filosofi Freire yang mengungkapkan bahwa fitrah manusia adalah pelaku atau subjek dalam hidupnya, bukan hanya penerima atau objek saja 9. Ini juga diperkuat Alferd North Whitehead mengatakan Si anak harus menjadikan ide-ide tersebut milik mereka, 7 8 9 Kurniawati, Ririn. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (Mmp). (Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak dipublikasikan, 2013). h. 2 Hafriani, Novi. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. (Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak dipublikasikan, 2013). h. 1 Freire. Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Krtis. (Jakarta : Press, 2005). h. 25

4 dan harus mengerti penerapannya dalam kehidupan nyata pada saat yang sama 10. Dari penjelasan diatas maka diperlukan model pembelajaran yang memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang tepat yang digunakan oleh guru adalah model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking karena dengan model ini siswa dapat berdialog secara mendalam dan berpikir kritis. Model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking adalah model pembelajaran yang mengkonsentrasikan kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman melalui dialog mendalam dan berpikir kritis 11. Akan tetapi dalam proses pembelajaran tidak hanya memerlukan model saja, tetapi juga memerlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan model yang digunakan. Pendekatan yang tepat dengan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menghubungkannya dengan situasi 10 Freire. Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Krtis. (Jakarta : Press, 2005). h. 26 11 Hafriani, Novi. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. (Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak dipublikasikan, 2013). h. 5

5 kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka 12. Pendekatan kontekstual juga memiliki potensi untuk membuat siswa mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan serta mengajak siswa untuk berpikir kritis 13. Misalnya ada seorang siswa bertanya kepada gurunya pak, untuk apa kita belajar matematika? wajar jika ada siswa yang bertanya seperti itu, hal ini disebabkan siswa mencari makna, arti penting dan maksud, serta manfaat dari apa yang sedang dipelajari Pendekatan kontekstual juga dapat membantu siswa menemukan makna dan memahami konsep matematika yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dan mengimplementasikannya juga. Dalam kehidupan sehari-hari matematika sering digunakan. contohnya bagaimana kamu memilih banyak pasang pakaian yang akan kamu gunakan apabila kamu memiliki 3 baju dan 2 celana? Dengan kombinasi seseorang dapat menentukan banyak pasangan pakaian yang dapat digunakan. Selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk mengangkat objek dalam kehidupan nyata itu ke dalam konsep matematika 14. Dengan adanya kolaborasi model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual siswa diharapkan mampu 12 Trianto, M. Pd. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2009). h. 107 13 Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Jakarta: PT Rosdakarya). h. 15 14 Ibid, h. 16

6 berkomunikasi dan berpikir kritis. Definisi komunikasi sendiri menurut Effendy secara umum adalah proses menyampaikan suatu pesan seseorang ke pada orang lain untuk memberitahukan secara langsung maupun tulisan. Sedangkan menurut tim PPPG komunikasi matematika adalah proses menyatakan, menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikannya 15. Hal ini selaras dengan Pressin dan Bassett (dalam NCTM,1996) berpendapat bahwa tanpa adanya komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika 16. Adapun Lindquist berpendapat bahwa komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan penggunaan matematika selama belajar, mengajar, dan mengakses matematika 17. Berpikir kritis merupakan proses kognitif atau tindakan mental dalam usaha memperoleh pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematika 18. Sedangkan Klurik dan Rudnick mengemukakan bahwa yang termasuk berpikir kritis dalam matematika adalah berpikir yang menguji, mempertanyakan, 15 Ngainun, Naim. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media). hal 27 16 Johnson, Elanie B. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. (Bandung, Kaifa) 17 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). Principles and Standards for School Mathematics. (Reston, VA: NCTM, 2007) 18 Wijaya, Cece. Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007). h. 72

7 menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam situasi ataupun masalah. Pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam matematika faktanya belum tercapai. Rahmasari dalam penelitiannya mengemukakan bahwa Siswa SMP masih sulit untuk membuat kesimpulan, memahami permasalahan dan memberikan alasan atas jawaban yang dihasilkan 19. Selaras dengan itu Tim Survey IMSTEP0JICA di kota Bandung berikutnya mengemukakan bahwa sejumlah kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa untuk mempelajarinya dan oleh guru untuk mengajarkannya antara lain, pembuktian pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan, generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara datadata atau fakta - fakta yang diberikan 20. Oleh karena itu dapat disimpulkan dari hasil survey tersebut bahwa siswa mengalami kesulitan jika dihadapkan kepada persoalan yang memerlukan kemampuan berpikir kritis. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukan oleh Mahmudi salah satunya adalah pelaksanaan pembelajaran matematika lebih menekankan pada aspek mekanistik. Mekanistik menghafal sejumlah fakta matematis dan relative kurang menekankan pengembangan kemampuan berpikit kritis siswa 21. 19 20 Kurniawati, Ririn. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMA melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (Mmp). (Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak dipublikasikan, 2013). h. 3 Ibid, h. 4 21 Harsanto,R. 2005. Melatih Anak Berpikir Kritis dan Kreatif. (Jakarta : Grasindo). h. 23

8 Padahal hal tersebut bententangan dengan standar kurikulum dan evaluasi matematika dalam National Council of Teachers of Mathematic (NCTM, 2000) yang menyatakan bahwa siswa diharuskan memiliki kemampuan untuk 22 : 1. Menjadi percaya diri dalam mengerjakan matematika 2. Mampu memecahkan masalah matematika 3. Belajar berkomunikasi matematika 4. Belajar untuk memberikan alasan logis / berpikir kritis Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi dan berpikir kritis merupakan tujuan pembelajaran matematika. Berdasarkan relasi yang terjalin diantara model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking, pendekatan kontekstual, komunikasi dan juga berpikir kritis di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kelas IX SMP PGRI 70 Surabaya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 22 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). Principles and Standards for School Mathematics. (Reston, VA: NCTM, 2000)

9 1. Bagaimana aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP PGRI 70 Surabaya? 2. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP PGRI 70 Surabaya? 3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP PGRI 70 Surabaya? 4. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi dan berpikir krtitis siswa setelah proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP PGRI 70 Surabaya? C. Tujuan Penelitian

10 Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP PGRI 70 Surabaya. 2. Untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP PGRI 70 Surabaya. 3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP PGRI 70 Surabaya. 4. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi dan berpikir krtitis siswa setelah proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP PGRI 70 Surabaya.

11 D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru Dapat memberikan masukan bahwa model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual merupakan alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis siswa. 2. Bagi Siswa Dapat meningkatkan keaktifan siswa mengkomunikasikan pemikiran dan idenya baik secara lisan maupun tulisan serta mendorong siswa untuk lebih berpikir kritis melalui model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual. 3. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru dalam menerapkan model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis siswa, serta dapat dijadikan sumber acuan penelitian berikutnya yang lebih luas dan mendalam kajiannya. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam memaknai istilah pada penelitian ini, maka penulis mendefinisikan istilah-istilah yang terkait sebagai berikut :

12 1. Model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking Model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking merupakan model yang mengkonsentrasikan kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melaui dialog secara mendalam dan berpikir kritis 23. 2. Pendekatan kontekstual Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka 24. 3. Komunikasi Menurut tim PPGD, komunikasi matematika adalah proses menyatakan, menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikannya 25. 4. Berpikir Kritis 23 Arhana, Ketut. 2007. Model Pembelajaran Inofatif Berbasis Deep Diaologue/Critical Thinking.[ Online]. Tersedia: http://fip.unesa.ac.id/bank/jurnal/tp-101-3 Model Pembelajaran_Inovatif_Berbasis_Deep_Dialogue Critical_Thinking.pdf 24 Trianto, M. Pd. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2009). h. 107 25 Ngainun, Naim. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011). h. 27

13 Berpikir kritis adalah proses kognitif atau tindakan mental dalam usaha memperoleh pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematika 26 F. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah maka peneliti menentukan batasan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya dilakukan di satu kelas, yaitu kelas IX di SMP PGRI 70 Surabaya. 2. Pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking dengan pendekatan kontekstual sub materi tabung, kerucut dan bola. G. Sistematika Pembahasan Untuk lebih memudahkan pembahasan pada judul skripsi ini penulis mengurut secara sistematis, serta untuk menghindari kerancuan pembahasan maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut: 1. BAB I : PENDAHULUAN 26 Wijaya, Cece. Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007). h. 72

14 Dalam bab pertama ini merupakan landasan awal dari penelitian, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, batasan masalah, dan sistematika pembahasan. 2. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Pada bagian kedua ini memuat kajian pustaka yang meliputi model pembelajaran Deep Dialogue dan Critical Thinking, pendekatan kontekstual, kemampuan komunikasi, berpikir kritis, dan materi. 3. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ketiga ini meliputi jenis penelitian, subjek penelitian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, perangkat-perangkat penelitian, instrument penelitian, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. 4. BAB IV : HASIL PENELITIAN Pada bab keempat ini meliputi deskripsi pelaksanaan penelitian, analisis data aktivitas guru, analisis data aktivitas siswa, analisis data angket respon siswa, analisis data kemampuan komunikasi (TKK), analisis data berpikir kritis (TBK), serta kesimpulan deskripsi TKK dan TBK. 5. BAB V : DISKUSI HASIL PENELITIAN Pada bab kelima ini merupakan hasil diskusi penelitian dari aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa

15 selama proses pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran. Tes kemampuan komunikasi (TKK), Tes berpikir kritis (TBK), dan kesimpulan deskripsi TKK dan TBK. 6. BAB VI : PENUTUP Pada bab keenam merupakan bab yang memuat penutup yang meliputi simpulan dan saran.