BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

I. PENDAHULUAN. masa masa berikutnya. Sedangkan pendidikan pada usia dini akan bermanfaat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya

A. LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA MELALUI PEND EKATAN OPEN-END ED

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan (Dhiu, 2012: 25)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kristi Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

Berpikir Kritis (Critical Thinking)

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB II KAJIAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

Teori Belajar dan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ari Yanto, 2015

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Model Interaktif dan Pembelajaran IPS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan di indonesia senantiasa tidak pernah lepas dari berbagai masalah. Bahkan tak jarang setelah satu masalah terpecahkan akan muncul masalah baru. Hal ini berimbas kepada pendidikan dasar yang perlu pembenahan, upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan pada jenjang pendidikan dasar perlu dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi, khususnya dalam proses pembelajaran dan implementasi kurikulum di kelas. Alasannya, dengan semakin bermutunya proses pembelajaran dan implementasi kurikulum di kelas, diharapkan akan semakin meningkat kualitas mutu hasil belajar yang dicapai siswa. Salah satu keterampilan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir (Depdiknas, 2003). Kemampuan seseorang untuk dapat dan bisa berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, dimana dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Keterampilan berpikir diantaranya dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kedua jenis berpikir ini disebut juga sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi (Liliasari, 2000). Banyak diantara kita khususnya guru yang menginginkan anak didik kita untuk selalu berpikir kritis dan kreatif. Tentu saja harapan kita tersebut harus sesuai dengan bakat kreativitas dan kemampuan berpikir anak yang dimiliki. Setiap anak mempunyai kreatifitas yang tinggi, maka sangat perlu orang tua memberikan stimulus dan arahan agar anak dapat berpikir secara kritis dan kreatif sehingga perkembangannya berjalan dengan optimal. Tidak 1

2 hanya stimulus dan arahan saja yang diberikan, kualitas pendidikan pun sangat perlu diperhatikan. Banyak pendidik yang berkeyakinan bahwa pendidikan di masa sekarang mempersempit wawasan siswa, karena tidak membantu para siswanya untuk berpikir secara kritis dan kreatif. Oleh sebab itu, di rumah maupun di sekolah hendaknya orang tua dan guru memberikan kebebasan kepada anak untuk menyampaikan pendapat mereka mengenai suatu hal. Anak akan mencoba berpikir bagaimana cara untuk mencapai sesuatu dan bagaimana solusi pemecahan masalah. Ennis (1985) dalam Setiawan memberikan penjelasan mengenai komponen-komponen supaya seorang anak bisa berpikir secara optimal, khususnya dalam berpikir kritis, komponenkomponen itu adalah : (1) merumuskan masalah; (2) menganalisis argument; (3) menanyakan dan menjawab pertanyaan; (4) menilai kredibilitas sumber informasi; (5) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi; (6) membuat deduksi dan menilai deduksi; (7) membuat induksi dan menilai induksi; (8) mengevaluasi; (9) mendefinisikan dan menilai definisi; (10) mengidentifikasi asumsi; (11) memutuskan dan melaksanakan; (12) berinteraksi dengan orang lain. Supaya anak bisa berkembang dalam proses pembelajarannya, maka sangat perlu bagi guru menggunakan beberapa strategi pembelajaran yang mampu membuat anak bisa berpikir kritis. Menurut Michael Scriven barubaru ini berargumentasi bahwa berpikir kritis merupakan kompetensi akademis yang mirip dengan membaca dan menulis. Oleh karena itu, beliau mendefinisikan berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher and Scriven, 2001). Lalu berpikir kritis juga adalah sejenis berpikir evaluatif yang mencakup baik itu kritik maupun berpikir kreatif dan secara khusus berhubungan dengan kualitas pemikiran atau argumen yang disajikan

3 untuk mendukung suatu keyakinan atau rentetan tindakan (Alec Fisher, 2007:13). Menurut (Fisher, 2007) berpikir kritis adalah aktifitas terampil yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan memenuhi beragam standar intelektual seperti kejelasan, relevansi, kecukupan, koherensi dan lain-lain. Berpikir kritis dikemukakan oleh Edward Glaser, salah seorang dari penulis Watson-Glaser Critical Thingking Appraisal (uji kemampuan berpikir kritis yang paling banyak dipakai di seluruh dunia). Glaser (Fisher, 2007: 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah atau hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. Jadi, berpikir kritis mempunyai unsur analitis karena proses berpikir kritis memerlukan pola berpikir konvergen yang mampu menghasilkan satu jawaban masalah yang paling baik. Seseorang bisa dikatakan mampu berpikir kritis jika orang tersebut mampu melakukan kegiatan analisis suatu masalah dan mampu memberikan solusi yang efektif dan efesien. Selain harus mempunyai kemampuan berpikir kritis, siswa juga harus mempunyai dan membiasakan dalam berpikir kreatif, hal ini akan menjadi tanggung jawab seorang pengajar atau guru dimana siswa harus mampu menciptakan sesuatu sesuai dengan potensi dan keterampilannya. Berpikir kreatif ini sangatlah diperlukan di era globalisasi ini, karena pada saat ini manusia sangatlah berkompetitif dalam berjuang mencapai kesuksesan hidup. Dalam rangka berkompetitif mencapai kesuksesan hidup, maka diperlukan pemikiran yang kreatif supaya segala hal dapat bernilai tinggi, dimana dengan berpikir kreatif seseorang dapat menghasilkan terobosan-terobosan terbaru

4 yang bernilai jual tinggi di masyarakat. Oleh karena itu, berpikir kreatif ini sangatlah diperlukan dalam mencapai kesuksesan di era globalisaasi ini. Tetapi kenyataan bahwa kurangnya berpikir kreatif siswa sekolah dasar ini menjadi permasalahan yang harus segera diselesaikan, dimana persoalan tersebut sangat tidak baik manakala dibiarkan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran IPS yang dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa, karena pada hakikatnya pendidikan IPS itu merupakan proses belajar berpikir untuk menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari, bukan hanya penghafalan teori-teori pembelajaran semata, sehingga selain kritis juga diperlukan pemikiran yang kreatif dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari. Menurut Utami Munandar (2004: 37) menyatakan bahwa berpikir kreatif disebut juga berpikir divergen atau kebalikan dari berpikir konvergen. Berpikir divergen yaitu berpikir untuk memberikan macam-macam kemungkinan jawaban benar ataupun cara terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada jumlah dan kesesuaian. Sedangkan, berpikir konvergen yaitu berpikir untuk memberikan satu jawaban terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan. Hasil yang dimunculkan dari berpikir kreatif itu sesungguhnya merupakan suatu hal baru bagi siswa yang bersangkutan serta merupakan sesuatu yang berbeda dari yang biasa ia lakukan. Untuk mencapai hal ini seseorang harus melakukan sesuatu terhadap permasalahan yang dihadapi, dan tidak tinggal diam saja menunggu. Dalam berpikir kreatif seseorang harus mampu mengutarakan problem solving yang berbeda, dan menghasilkan jawaban yang paling baik. John R Evans (1991: 98) dalam (http://risqirahman. wordpress.com/2011/10/11/kemampuan-berpikir-kreatif/) mengemukakan bah wa berpikir kreatif terdeteksi dalam empat unsur yaitu: Kepekaan (Sensitivity), Kelancaran (Fluency), Keluwesan (Flexibility), dan Keaslian (Originality).

5 Berkaitan dengan kepekaan, kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam proses berpikir yang melahirkan gagasan (kreatif) dipandang perlu adanya suatu tindakan lanjut untuk membenahi serta menata dengan baik, teratur, dan rinci apa yang telah dihasikan. Hal ini perlu dilaksanakan agar siswa tidak kehilangan kesempatan dalam suasana belajar, terutama sebelum siswa sempat lupa akan ide-ide yang baik. Penataan yang teratur dan rinci ini membuka kesempatan padanya untuk sewaktu-waktu dapat mengulangi atau membaca serta mengkaji kembali apa yang siswa pelajari dan siswa hasilkan. Hampir sama dengan Evans, Guilford dalam Supriadi (2000) menemukan sifat-sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration) dan perumusan kembali (redefinition). Permasalahan saat ini yang menghambat siswa untuk berpikir kritis dan berpikir kreatif yaitu masih banyak guru yang jarang menggunakan strategi pembelajaran inkuiri, sehingga siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan proses pembelajaran pun menjadi pasif, kurang bermanfaat bahkan kurang bermakna (Meaningfull). Padahal penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi yang dimiliki siswa merupakan salah satu kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru. Permasalahan yang dihadapi bukan saja masalah pada gurunya sendiri tapi juga proses berpikir peserta didik, hal ini harus menjadi tanggung jawab seorang guru bagaimana mengarahkan anak didik supaya bisa berpikir kreatif dan kritis secara efektif. Menurut Swartz and Perkins dalam Zaleha (2007) beberapa masalah mengenai kesalahan dalam berpikir yang tidak efektif yaitu (1) Tergesa-gesa; (2) Acak-acakan; (3) tidak fokus, dan (4) sempit. Untuk lebih jelasnya mengenai permasalahan-permasalahan riil yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil observasi yaitu :

6 1. Mata pelajaran IPS cenderung dianggap mata pelajaran yang kurang penting sehingga membosankan, alasannya karena materi pelajarannya bersifat hapalan, sehingga beranggapan bahwa mata pelajaran ini semakin termarjinalkan. 2. Kegiatan proses belajar mengajar selama ini cenderung hanya menekankan hanya pada aspek kognitif saja, sementara aspek afektif dan psikomotornya dianggap sangat sulit untuk diaplikasikan. Selain itu guru atau tenaga pendidik cenderung hanya untuk mencapai target materi kurikulum saja, lebih penting pada penghafalan konsep dari pada pemahaman konsep. 3. Strategi, metode, pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan bersifat konvensional. Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan tersebut, maka upaya untuk meningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu kebutuhan dan keharusan seorang guru dalam mengembangkan potensi berpikir anak didik. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa yaitu dengan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri adalah salah satu strategi pembelajaran yang memfokuskan kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Inkuiri adalah salah satu strategi pembelajaran yang dipandang modern yang dapat dipergunakan pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dipandang akan : (1) dapat mengembangkan sikap, keterampilan, dan kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah; (2) dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara cermat, tanggap dan nalar; (3) dapat mengembangkan sikap ingin tahu

7 lebih dalam, dan (4) dapat mengungkap aspek pengetahuan maupun sikap. (Depdikbud dalam Koesnandi, 2003). Menurut Wina (2010: 196) pembelajaran inkuiri adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri menurut Wina (2010: 196) adalah sebagai berikut : (1) Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri; (2) seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri; (3) tujuan pembelajarn inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Pembelajaran inkuiri pada hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan terhadap berbagai pemecahan problem sosial. Savage and Amstrong dalam Tukmidi (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri tersebut secara luas dapat digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies. Pengembangan strategi pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri dipandang sangat sesuai dengan karakteristik materi pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang bertujuan mengembangkan tanggung jawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat ataupun sebagai warganegara.

8 Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang harus ditempuh di dalam strategi pembalajaran inkuiri pada hakekatnya tidak berbeda jauh dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan oleh John Dewey dalam bukunya How We Think. Langkah-langkah tersebut antara lain orientation, adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Langkah kedua hypothesis, yakni kegiatan menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan. Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam forum diskusi kelas untuk mendapat tanggapan. Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis diperluas kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut. Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesa tersebut. Langkah keenam generalization, pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah Joyce and Weil dalam (http://pjj pgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti). Strategi pembelajaran inkuiri ini menekankan kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam mencari informasi secara belajar mandiri. Keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif ini perlu diasah dan dikembangkan dalam pribadi siswa, sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep khususnya konsep-konsep ilmu pengetahuan sosial, peka terhadap permasalahan yang ada, dan mampu mengaplikasikan konsep-konsep tersebut. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif ini sering dihubungkan dengan aktivitas mental seseorang dalam mendapatkan pengetahuan dan pemecahan masalah, maka dari itu kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa berhubungan dengan proses pembelajarannya. Ketika belajar, siswa dituntut untuk menggunakan kemampuan berpikir dalam

9 memahami pengetahuan-pengetahuan yang diterimanya dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan penjelasan di atas, kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial perlu di tingkatkan. Upaya yang dilakukan penulis dituangkan dalam sebuah penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa. Dalam penelitian ini akan diimplementasikan di kelas IV siswa Sekolah Dasar. B. Rumusan Masalah Masalah utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah Apakah Strategi Pembelajaran Inkuiri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa kelas IV Sekolah Dasar?. Dari rumusan masalah tersebut, maka pertanyaanpertanyaan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Apakah Strategi Pembelajaran Inkuiri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV Sekolah Dasar? 2. Apakah Strategi Pembelajaran Inkuiri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV Sekolah Dasar? 3. Apakah Strategi Pembelajaran Inkuiri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa kelas IV Sekolah Dasar? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis

10 dan berpikir kreatif siswa kelas IV Sekolah Dasar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan pendidikan, terutama bagi guru dan siswa yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas, adapun manfaat penelitian tersebut yaitu : 1. Manfaat bagi guru a. Menambah wawasan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan mampu memahami tahapan, perencanaan, langkah-langkah, keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri. b. Menambah pengetahuan guru dalam menyajikan pembelajaran di lingkungan sekolah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam rangka mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi siswa. 2. Manfaat bagi siswa a. Menambah wawasan siswa mengenai cara belajar yang sesuai dengan kemampuan otak secara alami dengan konsep berpikir kritis dan kreatif. b. Menambah pengetahuan siswa mengenai cara belajar yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan berpikir kritis siswa. c. Menambah pemahaman siswa bahwasannya berpikir kritis dan berpikir kreatif akan mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan teman sebaya dan keluarga. E. Struktur Organisasi Tesis Rincian dari tesis ini meliputi :

11 Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab II kajian teori, berisi pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri dan karakteristiknya; ciri-ciri, karakteristik dan prinsip-prinsip berpikir kritis; ciriciri, karakteristik dan prinsip-prinsip berpikir kreatif; peranan Strategi Pembelajaran Inkuiri dalam mengembangkan berpikir kritis dan kreatif, serta kerangka dan hipotesis penelitian. Bab III metode penelitian, berisi beberapa komponen diantaranya lokasi dan subjek penelitian; desain penelitian; prosedur dan pelaksanaan penelitian; penghitungan validitas dan reliabilitas; instrumen penelitian; definisi operasional; teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang berisi pengolahan atau analisis data sehingga menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian, yang dikaji secara kuantitatif. Bab V kesimpulan dan rekomendasi yang berupa pemaparan tafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Saran dan rekomendasi ditujukan kepada peneliti selanjutnya dan para pemerhati pendidikan serta para pendidik.