BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Selain itu fungsi bank sebagai lembaga termediasi keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai intermediary institution yaitu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan memegang peranan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

PENGARUH EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP KINERJA PROFITABILITAS PADA SEKTOR PERBANKAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. dengan fungsi bank sebagai media perantara keuangan (Financial Intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB I PENDAHULUAN. tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sistem pengelolaan yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah melakukan mobilisasi dana dari satu pihak kepada pihak lain (financial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara


BAB I PENDAHULUAN. kinerja untuk dapat bertahan dalam situasi krisis atau memenangkan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

menjalankan usahanya berdasarkan prinsip kepercayaan. Di dalam menjalankan fungsi-fungsi bank, bank dituntut untuk berada dalam kondisi yang sehat.

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada prinsipnya bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi utama sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga seharusnya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara (Merkusiwati, 2007). Bank memainkan peran penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sistem moneter melalui kedekatan hubungannya dengan badan-badan pengatur dan instansi pemerintah. Dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat tersebut, pemerintah banyak mengeluarkan peraturan di bidang perbankan. Dapat dipahami apabila terdapat perhatian yang meluas terhadap kesehatan bank, terutama yang berkaitan dengan likuiditas dan solvabilitas bank serta tingkat risiko relatif yang melekat pada tipe usaha yang dijalankan bank yang bersangkutan (PSAK, 2012). Krisis ekonomi yang melanda di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengakibatkan seluruh potensi-potensi ekonomi mengalami stagnan dan diambang kebangkuratan. Krisis moneter mengakibatkan banyaknya bank yang mengalami kredit macet. Hal tersebut mempengaruhi iklim investasi pasar modal 1

2 dibidang perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Pohan (2002), krisis moneter di Indonesia secara umum dapat dikatakan merupakan imbas dari lemahnya kualitas sistem perbankan. Liberalisasi sektor perbankan sejak tahun 1988 lebih banyak berimplikasi pada peningkatan kuantitas daripada kualitas lembaga perbankan, sehingga efisiensi dan stabilitas perbankan masih jauh dari yang diharapkan. Rendahnya kualitas perbankan antara lain tercermin dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, lemahnya manajemen bank, moral hazard (ketidakjujuran) yang timbul akibat mekanisme yang belum tegas serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia. Upaya untuk menghadapi kondisi seperti yang digambarkan di atas mengharuskan setiap perusahaan perbankan mengambil langkah antisipatif. Perusahaan perbankan dituntut menjadi lebih dinamis dalam berbagai hal termasuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam meraih kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini menurun. Langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan cara memperbaiki kinerja bank. Kinerja yang baik diharapkan mampu meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut atau sistem perbankan secara keseluruhan. Pada sisi lain kinerja keuangan dapat pula dijadikan sebagai tolok ukur kesehatan bank tersebut. Sebuah bank akan dinilai baik apabila memiliki kinerja keuangan yang baik pula. Ada banyak cara untuk mengukur kinerja keuangan sebuah bank. Salah satunya adalah sudah ditentukan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 yang dalam penilaiannya menggunakan pendekatan CAMELS

3 (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, dan SensitivityMarket Risk). Ini merupakan alat ukur resmi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menghitung kesehatan Bank di Indonesia. Hasil pengukuran berdasarkan rasio tersebut diterapkan untuk menentukan tingkat kesehatan bank, yang dikategorikan sebagai berikut: sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Rasio tersebut dapat digunakan sebagai indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Analisis CAMEL dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat tingkat kesehatan bank tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi bank tersebut yang sesungguhnya apakah dalam keadaan sehat, kurang sehat atau mungkin tidak sehat (Kasmir, 2009). CAR disini merupakan proksi dari rasio kecukupan modal. CAR merupakan perbandingan antara ATMR dengan permodalan yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. NPL yang merupakan proksi dari aktiva produktif. NIM yang merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net interest income atas pengelolaan besar aktiva produktif. BOPO mencerminkan tingkat efisiensi perbankan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. LDR yang merupakn proksi dari rasio likuiditas. Rasio LDR dihitung dari perbandingan antara kredit dengan DPK yang dinyatakan dalam persentase. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat mengenai perkembangan rasio-rasio keuangan perbankan secara umum di tahun 2006 2010 adalah sebagai berikut:

4 Tabel 1.1 RATA-RATA RASIO KEUANGAN PERBANKAN TAHUN 2006 2010 (dalam %) Rasio 2006 2007 2008 2009 2010 ROA 2,00 2,21 1,81 1,83 2,21 CAR 22,64 21,26 17,95 18,52 17,25 NPL 2,80 1,94 1,82 1,88 1,43 NIM 6,50 6,73 6,61 6,36 6,52 BOPO 78,90 77,47 78,81 80,71 77,91 LDR 66,95 72,01 78,09 73,02 75,20 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, BI (diolah) Jika di lihat pada Tabel1.1, pergerakan ROA secara garis besar stabil,fluktuasi berkisar pada poin 2,21% untuk yang tertinggi yaitu pada tahun 2010 hingga poin 1,81% untuk yang terendah yaitu pada tahun 2008, dimana standar terbaik untuk angka ROA adalah 1,5%, sehingga kinerja seluruh bank dari tahun 2006 hingga tahun 2010 mengalami perbaikan. CAR dari tahun 2006-2010 mengalami kecenderungan yang menurun, rata-rata terbesar terjadi di tahun 2006 sebesar 22,64%. Secara umum ratio CAR yangdicapai Perbankan telah memenuhi persyaratan yaitu ratio CARlebih dari 8%, tetapi jika fluktuasi CAR bandingkan dengan fluktuasipada ratio ROA, pergerakan naik-turunnya ratio CAR sangat tajam dibanding pergerakan ratio ROAserta ada di beberapa periode dimana pergerakan CAR berbanding terbalik dengan pergerakan ROA. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada, dimana jika rasio CAR meningkat, maka seharusnya ROA juga mengalami peningkatan. Nilai NPL mengalami penurunan tiap tahunnya akan tetapi dari tahun 2008-2009 nilai NPL mengalami peningkatan sebesar 0,06%, setelah itu pada tahun 2010 menurun kembali menjadi 1,43%,dengan kata lain kredit perbankan ditahun 2006-2010 kredit bermasalahyang dihadapi bank-bank yang tercatat di

5 BEI pada periode tersebut semakinkecil. Akan tetapi pergerakan NPL yang semakin baik (angka rasio semakin kecil) ini tidak diimbangi dengan semakin meningkatnya rasio ROA. Pada periode penelitian terlihat bahwa pergerakan ROA berfluktuasi, sehingga hal tersebut tidak sesuai teori yang berlaku dimana penurunan NPL seharusnya disertai dengan peningkatan ROA. Nilai NIM tertinggi terjadi di tahun 2007 sebesar 6,73%dan terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 6,36% jadi dapat disimpulkanbahwa perbandingan pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktivaproduktif bank-bank yang tercatat di BEI berada pada kondisi kurang baik.pergerakan NIM jika dibandingkan dengan pergerakan ROA, dapat terlihat bahwa pada tahun 2009 pergerakan NIM dengan ROA tidak yang sesuai dengan teori. Secara teori hubungan antara NIMterhadap ROA adalah berbanding lurus, yaitu jika rasio NIM meningkat, makaakan disertai dengan meningkatnya rasio ROA. Nilai BOPO tertinggi terjadi di tahun 2009 sebesar 80,71% dan terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 77,47%, tetapi jika di amatilebih teliti lagi dalam kaitannya dengan pergerakan rasio ROA, maka dapat simpulkan bahwa dalam fluktuasinya, arah pergerakan kedua rasio inisering terlihat searah. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada, dimana jika rasio BOPO meningkat, maka seharusnya ROA juga mengalami penurunan. Nilai LDR dari tahun 2006-2008 mengalami peningkatan, tahun 2009 nilai LDR turun sebesar 73,02% dan kembali meningkat di tahun 2010 sebesar 75,20%.Jika di kaitkan dengan ROA, makaakan jelas terlihat bahwa pergerakan

6 LDR terhadap ROA tidak beraturan danberfluktuatif. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya hubungan LDR dengan ROA berbanding lurus. Menurut Infobank (2012) secara umum kinerja sektor perbankan di Indonesia selama beberapa tahun terahkir ini terus meningkat. Namun, dalam ukuran makro alokasi kredit dalam perekonomian masih tergolong rendah. Hingga April 2012 rasio kecukupan modal (CAR) perbankan mencapai 17,97% sedangkan rasio kredit macet (NPL) berada di bawah 5%. Indikator efisiensi perbankan berada pada kisaran 76,7% sedangkan indikator penyaluran kredit (LDR) menembus 81,17%. Harus diakui bahwa kinerja perbankan masih terbilang rendah dalam ukuran makro alokasi kredit dalam ekonomi Indonesia. Sampai tahun 2011 rasio kredit terhadap Produk Dometik Bruto (PDB) Indonesia baru 29,62%. Menurut Sofyan (2003), kinerja perbankan dapat diukur denganmenggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bungasimpanan, dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut lagi dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya diisimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah returnofequity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan return on asset (ROA) pada industri perbankan.return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuanperusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkanreturn on Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari

7 investasipemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005), sehingga dalampenelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Alasan dipilihnya Return on Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja adalahkarena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalammenghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 2005). Pendapat Husnan (2005) ini diperkuat dengan adanya Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mewajibkan Bank Umum untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas suatu bank, diantaranya adalahmawardi (2005)yang menganalisis Pengaruh efisiensi operasi (BOPO), risiko kredit (NPL), risiko pasar (NIM), modal (CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank umum yang beroperasi di Indonesia yang mempunyai total aset kurang dari 1 triliun rupiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) dan risiko kredit (NPL) terhadap kinerja keuangan (ROA) menunjukkan pengaruh negatif dan

8 signifikan, sedangkan risiko pasar (NIM) menunjukkan pengaruh positif dan modal (CAR) yang tidak signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Yuliani (2007)melakukan penelitian mengenai hubungan efisiensi operasional dengan kinerja profitabilitas pada sektor perbankan yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan adalah efisiensi operasional MSDN, BOPO, CAR, LDR, profitabilitas perbankan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa efisiensi operasional MSDN, efisiensi operasioanal LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Sedangkan efisiensi operasional BOPO berpengaruh signifikan negatif. CAR berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Berdasarkan data tersebut menarik untuk diteliti, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rasio keuangan pada tingkat profitabilitasperusahaan perbankan selama empat tahun terakhir yang diukur dengan menggunakan Rasio CAMEL yang terdiri dari CAR, NPL, NIM, LDR, dan BOPO Berdasarkan uraian diatas, maka di lakukanlah penelitian dengan judul ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh Rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan

9 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 2011? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 2011. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan akan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan suatu bank dengan membaca literatur-literatur yang ada. 2. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi Perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja keuangan agar dapat terus bertahan di era globalisasi. 3. Bagi STIE Perbanas a. Menambah dan memperluas wawasan mengenai analisa laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Sebagai bahan referensi tambahan bagi pihak-pihak lain yang akan meneliti kasus yang sama.

10 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan pada studi yang peneliti lakukan saat ini, secara umum merujuk pada aturan penulisan skripsi ilmiah riset akuntansi STIE Perbanas Surabaya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan tentang penelitian terdahulu, landasan teori yang akan dijadikan sebagai pedoman untuk mencari penyelesaian masalah penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian, sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan sampel. Pengujian yang dilakukan berdasarkan hipotesis yang diajukan serta dilengkapi dengan pengujian asumsi klasik. Pembahasan berisi apakah hipotesis yang diajukan teruji dan apa yang

11 menjadi dasar empiris jika hipotesis tidak teruji. BAB V PENUTUP Pada bab ini dijelaskan simpulan dari bab-bab sebelumnya terutama simpulan atas pengujian hipotesis, mengungkapkan temuan yang berhasil diperoleh, serta memberikan saran-saran berdasar temuan.