BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRIYȀ PERNIKAHAN DI YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

Hotel Resort Di Gunungkidul

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak.

Transkripsi:

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRIYȀ PERNIKAHAN DI YOGYAKARTA VI.1. KONSEP DASAR Permasalahan yang ada dalam perencanaan dan perancangan Griyä Pernikahan di Yogyakarta adalah bagaimana wujud rancangan Griyä Pernikahan di Yogyakarta yang dapat menunjukkan ke-khas-an tradisional Jawa, sehingga menumbuhkan minat masyarakat untuk melestarikan kebudayaan tradisional Jawa, dengan mengaplikasikan karakter dalam Arsitektur tradisional Jawa yang diberi sentuhan etnik pada penataan tata ruang luar dan tata ruang dalamnya Bagan 6.1 : Konsep Penerapan pada Desain Sumber : Analisis Penulis, 2009 Filosofi Rumah Jawa Pengolahan Bentuk Geometri Pernyataan Amos Rapoport Hakikat Pernikahan + Etnik Pengolahan Tata Masa Bangunan Pengolahan Organisasi Ruang Penerapan warna pada bangunan Warna,tekstur,cahaya, bukaan,material Griyä Pernikahan di Yogyakarta BAB VI - 1

Griyä Pernikahan adalah sebuah tempat yang mengakomodasi segala kepentingan yang berkaitan dengan pernikahan baik tradisional maupun internasional dengan agama apa pun yang diakui oleh negara, tidak terbatas hanya pada kegiatan upacara pernikahan saja, tetapi juga termasuk rangkaian kegiatan dari persiapan hingga pesta pernikahan. Walaupun dapat mewadahi pernikahan yang tidak hanya menggunakan adat Jawa, bangunan Griyä Pernikahan ini tetap mengedepankan konsep arsitektur etnik tradisional Jawa. Sesuai dengan rumusan permasalahan tersebut, maka diselesaikan dengan konsep arsitektur etnik Jawa yang menyatu dengan alam, ke dalam elemen arsitektural berupa pengolahan bentuk, massa, sirkulasi,warna, tekstur, material, lantai, plafond, dinding, skala, bukaan, cahaya, dan organisasi ruang, baik pada ruang dalam maupun ruang luar bangunan. VI.2. Konsep Arsitektural Griyä Pernikahan di Yogyakarta 1. Penerapan pada bangunan Pendapa Pernikahan: WARNA Pada interior bangunan pernikahan digunakan warna coklat dengan penyeimbang warna putih dan abuabu. Warna dapat diperoleh dari warna material. Material yang digunakan untuk bangunan ini tidak sepenuhnya kayu, mengingat kondisi alam saat ini, akan lebih baik jika pohon-pohon di hutan tidak ditebang untuk membuat bangunan.. Dan bangunan ini berupa pendapa diharapkan agar tamu dapat merasakan kesejukan alam sekitar. Pada jalan yang akan dilalui oleh pengantin dari pintu masuk menuju meja pemberkatan / ijab kabul diberi kolam kecil Gambar 6.1 : Pengaplikasian pada Desain Sumber : AnalisisPenulis, 2009 BAB VI - 2

MATERIAL Material yang digunakan di bagian berwarna biru adalah kaca transparant, dan di dalamnya diisi air. Hal itu bertujuan untuk menambah kental suasana menyatu dengan alam Untuk tetap memberi kesan alami, walaupun tidak menggunakan kayu, kolom (soko guru) menggunakan material batu alam sebagai pelapisnya. Gambar 6.2 : Pengaplikasian Sumber : Analisis Penulis, 2009 Material Kolom : 2. Penerapan pada Bangunan Penginapan MATERIAL Pada penginapan, bangunan resepsi indoor, spa digunakan material yang menyerupai kayu sebagai material dominan selain warna cat. Diberi penutup yang dapat dibuka-tutup untuk menghindari panas yang berlebih dari arah barat. Gambar 6.3 : Pengaplikasian pada Penginapan Sumber : Analisis Penulis, 2009 Material lantai : Material dinding : BAB VI - 3

3. Penerapan pada Bangunan Gallery Nganten Pada Gallery Nganten digunakan material kayu dan batu-batu alam sebagai material dominan selain warna cat. Gambar 6.4 : Pengaplikasian pada Gallery Nganten Sumber : Analisis Penulis, 2009 Mengunakan warna coklat pada kolom dan lantai tempat pejalan kaki untuk menggantikan material kayu Menimbulkan kesan menyatu dengan alam Diberi pancuran dan tanaman untuk meredam panas yang berlebihan pada siang hari, sehingga pengunjung tidak cepat merasa lelah, capek dan bosan. Warna pada material coklat gambar, yang digunakan lantai parquet Gambar 6.5 : Pengaplikasian pada Gallery Nganten Sumber : Analisis Penulis, 2009 Warna kuning pada gambar, material yang digunakan adalah lantai marmer untuk menunjukkan bahwa bangunan ini ada di jaman yang sudah cukup modern BAB VI - 4

4. Penerapan Sentuhan Etnik pada Bangunan Dilakukan hanya dengan menggunakan barang barang etnik pada penataan tata ruang dalam dan tata ruang luarnya serta detail arsitektural. Karena menata suatu ruang dengan gaya etnik bisa dilakukan hanya dengan memberi sentuhan di beberapa tempat saja. 1 Contoh penerapan : Dengan menberi sculpture wayang pada pintu masuk akan memberi kesan etnik sekaligus semakin mengenalkan kebudayaan tradisional Jawa. Gambar 6.6 : Penggunaan sculpture wayang Sumber : Sentuhan Etnik, hal xiii Penataan ruang seperti gambar di samping akan coba diterapkan pada ruang tunggu spa Gambar 6.7 : Penataan interior dengan sentuhan etnik tradisional Sumber : www.google.com, Maret 2009 Penggunaan furniture antikseperti gambar di samping akan menambah kental suasana etnik dalam suatu ruang. Gambar 6.7 : Penataan interior dengan sentuhan etnik tradisional Sumber : Sentuhan Etnik, hal 66 1 Susilowati, Sentuhan Etnik, hal xiii BAB VI - 5

VI.3. Konsep Tata Ruang Dalam VI.3.1.. Pengelompokkan Ruang Ruang ruang di dalam Griyä Pernikahan di Yogyakarta ini dikelompokkan menurut kegiatan dan fungsi yang terdapat di dalamnya, yaitu : Zona Publik, Semi Publik dan Privat. VI.3.2. Organisasi Ruang Pengelompokkan ruang tersebut ditata berdasarkan kedekatan hubungan kegiatan dan kemudahan pencapaian untuk membentuk organisasi ruang. VI.3.3 Penataan Ruang Dalam Dalam Griyä Pernikahan ini diharapkan semua pengunjung dapat merasakan suasana romantis dimana saja. Tidak hanya di Gedung Resepsi dan Ruang Upacara Pernikahan saja. Misalnya untuk menghadirkan suasana romantis di dalam ruangan Pengelola, walaupun ruangan tersebut berfungsi untuk bekerja, tetapi suasana romantis tetap dapat diwujudkan dengan penggunaan partisi kaca air (water glass) sebagai penyekat ruang. Gambar 6.8 : Water Glass Sumber : Serial Rumah, Partisi VI.3.2. Konsep Tata Ruang Luar A. Pencapaian Tapak Pencapaian ke dalam tapak terletak pada sisi sebelah Selatan dan Barat site. Sedangkan pencapaian menuju bangunan disediakan jalur ke masing-masing massa bangunan. B. Pencapaian Menuju Bangunan BAB VI - 6

Pencapaian menuju bangunan disesuaikan dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh setiap kelompok kegiatan dalam. Pencapaian menuju ruang utama di dalam dilakukan secara langsung, Tujuannya adalah agar pengunjung tidak bingung dan juga untuk mengakhiri pencapaian yang jelas, dapat berupa fasad muka seluruhnya dari sebuah bangunan. Sedangkan untuk pencapaian ruang lainnya (wed.staff, wed.hotel, wed.conv dan wed. gallery), pencapaiannya dibuat berputar. tujuannya adalah untuk mempertegas bentuk tiga dimensi suatu bangunan sewaktu bergerak mengelilingi tepi bangunan. Jalan masuk bangunan dapat terlihat terputus-putus sampai di tempat kedatangan. (Sumber: DK.Ching, 31). Selain itu, untuk mengakomodasi perjalanan, harus diperhatikan sebelah kiri kanan jalur pencapaian menuju bangunan agar terlihat berirama, misalnya diberi vegetasi, lampu taman, dll. Agar pengunjung merasakan irama yang irregular dan juga perubahan yang tibatiba (sudden change), supaya tidak merasa bosan. Massa A Massa B Gambar 6.9 : Pencapaian menuju Bangunan Sumber : Analisa Penulis 2008 C. Sirkulasi Luar Bangunan Jenis sirkulasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu sirkulasi manusia dan sirkulasi kendaraan. Antara jalur sirkulasi manusia dan sirkulasi kendaraan dapat di bedakan dengan cara : - membedakan ketinggian lantai dan penggunaan material BAB VI - 7

- memberi elemen pembatas ruang seperti vegetasi, lampu taman, dll. Untuk sirkulasi kendaraan pengunjung dan pengelola dibedakan dengan penyediaan tempat parkir terpisah. Konsep sirkulasi menggunakan pola sirkulasi linier, radial dan pola network. Pola linier, untuk mengakses ruang-ruang yang terdapat pada satu deret misalnya pada area Gallery Ngannten Toko Toko Gambar 6.8: Pola linier pada Gallery Ngannten Sumber : Analisa Penulis, 2009 Pola radial, diterapkan pada area yang didalamnya terdapat pusat aktivitas seperti pada area ruang upacara pernikahan. Wed.Cottage Wed.Gallery + Wed. Staff Rg.Upacara Pernikahan Parking Area Wed.Conv Gambar 6.10 : Pola radial pada area Ruang Upacara Pernikahan Sumber : Analisa Penulis, 2009 Pola network diterapkan pada pola sirkulasi di keseluruhan kawasan Griyä Pernikahan di Yogyakarta sehingga pengunjung dapat mengakses berbagai fasilitas yang tersedia di dalam Griyä Pernikahan di Yogyakarta. D. Parkir Area parkir memegang peranan yang cukup penting mengingat pengunjung yang datang mayoritas menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Syarat area parkir di dalam Griyä Pernikahan ini adalah harus luas agar pengunjung tidak kesulitan dalam memarkir kendaraannya baik kendaraan roda dua maupun roda empat dan letak area parkir ini harus BAB VI - 8

dekat dengan bangunan utama dan penunjang. Kalaupun tidak bisa terlalu dekat, bisa disamarkan dengan pemberian vegetasi, lampu taman, dll seperti yang telah digambarkan pada gambar 6.1 sehingga pengunjung tidak merasa bosan dan capek ketika berjalan dari area parkir menuju bangunan. VI.4 Konsep Non-Permasalahan VI.4.1.Konsep Struktur Struktur yang digunakan pada Griyä Pernikahan sebagian besar menggunakan struktur sederhana berupa kolom balok, pondasi batu kali. Pemilihan struktur ini dikarenakan sebagian besar bangunan adalah bangunan berlantai satu dan memiliki bentuk yang cenderung teratur. Struktur lantai menggunakan plat beton yang ditutup dengan kombinasi material batu atau parquet untuk semakin menegaskan konsep arsitektur etnik tradisional dan menyatu dengan alami. VI.4.2 Konsep Utilitas A. Penyediaan Air Bersih 1. Instalasi Air Minum Yang dimaksud dengan air minum disini adalah air untuk kebutuhan hidup rumah tangga, mencakup air untuk minum, air cuci, air mandi, dan air masak. Pemakaian air bersih untuk kehidupan hidup di Indonesia rata-rata 170-450 liter/hari per orang. Walaupun nilai ini sudah cukup tinggi, tetap cenderung naik sekitar 7% dalam kurun waktu 10 tahun. Kebutuhan air tergantung pada kebiasaan masyarakat dan orang masing-masing, suhu dan iklim, pencemaran udara, jumlah saniter, dan banyaknya kran air yang terpasang. 2 Sumber air bersih yang digunakan dalam Griyä Pernikahan ini diambil dari air hujan dan air tanah (kedalaman > 3,00 m) a. Air Hujan 2 Frick, Heinz, Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, hal 124 BAB VI - 9

Air hujan yang ditampung ini hanya digunakan untuk menguras dan mengisi kolam air yang ada di taman, menyiram tumbuh-tumbuhan yang ada, dan pemadam kebakaran. b. Air Tanah Air yang berasal dari tanah ini digunakan untuk segala kebutuhan air minum (mencakup air untuk minum, air cuci, air mandi, dan air masak) yang ada di dalam GriyäPernikahan. 2. Penampung untuk air minum Agar aliran air minum dalam pipa distribusi dapat lancar, diperlukan adanya tekanan air, yang dapat disediakan oleh penampung air yang lebih tinggi daripada pengguna (lereng gunung atau menara) atau oleh pompa yang meningkatkan tekanan yang ada. Penampung air sebaiknya dibuat dari beton bertulang untuk menjamin kualitas air minum. Di dalam penampung dari baja, air akan dihangatkan oleh sinar matahari dan cepat berbau busuk, dan penampung dari poliester beresiko menyebabkan air cepat berlumut, karena cahaya tembus. Sedangkan penggunaan yang benar-benar harus dihindari untuk penampung air minum adalah PVC, karena PVC yang kena bahan makanan secara langsung diduga dapat mengakibatkan kanker dan gangguna kesehatan yang lain. 3 Karena penampung air diletakkan lebih tinggi daripada sumber air, maka perlu dinaikkan dengan menggunakan pompa. Sistem yang digunakan down feed distribution. Sistem pengaliran/distribusi adalah dengan menampung lebih dulu pada tangki air yang terbuat dari beton. Kemudian dari tangki air dialirkan ke tempat tempat yang memerlukan, dengan menggunakan sistem gravitasi / diturunkan secara langsung. Pada tempat-tempat tertentu yang jaraknya kurang dari 9m dari tangki digunakan alat tambahan untuk memperkuat pancaran air, misalnya menggunakan pompa tekan B. Drainase dan Sanitasi 3 Bdk:Zwiener, Gerd, Okologiches Baustoff-Lexikon. Heidelberg: Müller, 1994, hal 255-258 BAB VI - 10

Drainase pada Griyä Pernikahan ini disalurkan ke saluran air hujan yang berhubungan langsung dengan tanah. Air hujan akan terserap ke dalam tanah dan akan kembali menjadi air tanah. C. Penghawaan Penghawaan yang direncanakan Griyä Pernikahan.ini menggunakan penghawaan alami dan penghawaan buatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi sejuk pada ruang dan mengurangi radiasi panas matahari dan tubuh manusia dalam ruangan sehingga dapat membantu kelangsungan kegiatan yang ada di dalam Griyä Pernikahan. Penghawaan alami Penghawaan alami didapat melalui bukaan bukaan pada ruangan. Bukaan bukaan lebih diarahkan pada sisi timur dan barat untuk mengurangi panas yang berasal dari sisi barat pada siang dan sore hari. Adapun sistem yang digunakan antara lain : 4 a) memberikan ventilasi yang sifatnya menyilang Inti dari ventilasi silang adalah menciptakan perbedaan tekanan udara sehingga udara bisa mengalir. Ventilasi silang dapat diperoleh dengan meletakkan lebih dari satu bukaan pada sisi (bidang) yang berbeda. b) Menara angin Berfungsi untuk menghisap dan menangkap angin sehingga udara senantiasa bersirkulasi. Agar lebih optimal, menara angin dibuat dengan bentuk penutup yang menghadap arah datangya angin. c) Plafon tinggi Jarak yang jauh antara lantai dan plafon memungkinkan udara bergerak bebas pada ruang kosong. Bila plafon dibuat tinggi, panas dari atap akan mengalami pendinginan dan ruang menjadi sejuk. Plafon yang tinggi juga memungkinkan udara panas terangkat ke atas dan menarik udara segar dari luar ke dalam, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Ketinggian plafon minimal 3m d) Penghawaan buatan 4 Serial Rumah, Rumah Sehat Energi, hal 7-10 BAB VI - 11

Penghawaan buatan didapat melalui kipas angin dan AC. Jenis AC ada 2, yaitu AC unit (pengendalian langsung pada setiap ruang) dan AC central (pengendalian dari satu tempat, kemudian didistribusikan ke banyak ruang). Melihat dari cara pengendaliannya, jenis AC yang digunakan adalah AC unit. Karena pengontrolannya lebih mudah. D. Pencahayaan Pencahayaan yang digunakan di dalam Griyä Pernikahan ini adalah pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami Pencahayaan alami ini memanfaatkan cahaya matahari. Tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerangan alami dalam bangunan adalah sebagai berikut : - menghemat energi dan biaya operasional bangunan - menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung ultraviolet yang memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas kesan ruang, - mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik sebagai sumber penerangan langsung maupun tidak langsung. 5 Pencahayaan buatan Sumber dari pencahayaan buatan adalah PLN, sebagai sumber utama dan sebagai power tambahan dengan menggunakan genset pada kompleks bangunan. E. Penangkal Petir Berfungsi sebagai pelindung bangunan dari sambaran petir, yaitu dengan menghibungkan muatan listrik positif ke arde muatan negatif di bawah permukaan tanah. Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Faraday. Seluruh bangunan harus terlindung dari sambaran petir. Bidang pelindung maksimal 120 dengan ketinggian penangkal petir 60 cm. Pada atap datar, jarak tiap penangkal petir kurang lebih = 10 m. 5 Tangoro, Dwi, Utilitas Bangunan, 67 BAB VI - 12