BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KUALITAS PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA MINOMARTANI. Muhammad Khusban Nurmansyah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

PENDAHULUAN Latar belakang

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang

PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP KUALITAS PERMUKIMAN DI KELURAHAN SIDOREJO KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI PULAU DOOM KOTA SORONG. : Permukiman, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Permukiman

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Dalam tinjauan pustaka ini akan di bahas mengenai faktor-faktor penyebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat tinggal tetap, baik sendiri maupun berkeluarga. Jika dilihat dari

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pada dasarnya hunian tidak dapat dilihat sebagai tempat hidup saja

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PERUBAHAN SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN KOTA SEMARANG DITINJAU DARI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh. keadaan alam (Yudohusodo, 1991). Dengan semakin tingginya tingkat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Salah satunya adalah lingkungan yang bersih. Sikap dan perilaku hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah latar belakang fomal, bagian kedua adalah latar belakang material. Penjelasan mengenai latar belakang formal lebih menekankan pada posisi keilmuan beserta pendekatan penelitian yang digunakan. Untuk penjelasan mengenai latar belakang material lebih menitikberatkan pada penerapan teori yang berkaitan dengan penelitian serta penerapannya dengan kondisi daerah penelitian. Adapun rinciannya sebagai berikut : 1.1.1 Latar Belakang Formal Kehidupan manusia berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan mempelajari berbagai macam perubahan kondisi lingkungan di permukaan bumi serta proses-proses yang terjadi didalamnya. Sejalan dengan proses-proses tersebut pemikiran manusia mengenai lingkungan berkembang, sehingga pengertian geografi mengalami perubahan dan perkembangan. Perkembangan tersebut meliputi obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep. Sebagai contoh yang dikemukakan oleh Bintarto (1977), geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. 1

Salah satu cabang dari ilmu geografi yang penting untuk dikaji terkait dengan manusia adalah Geografi Permukiman. Geografi permukiman adalah cabang geografi yang mempelajari tentang perkembangan permukiman di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas didalamnya seperti kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukiman dan kondisinya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman. Aspek kependudukan adalah bagian yang tak lepas dari kajian mengenai permukiman. Penduduk merupakan salah satu komponen utama suatu wilayah, baik itu di desa maupun di kota. Dalam melangsungkan kehidupnya penduduk memerlukan tempat hunian yang berguna melindungi diri dari berbagai ancaman dan membentuk satu kesatuan permukiman. Yunus (2007) mengatakan secara garis besar bahwa ekspresi geografis dari pada permukiman dapat dikategorisasikan menjadi dua jenis, yaitu permukiman perdesaan (rural settlement) dan permukiman perkotaan (urban settlement). Jumlah penduduk dari waktu kewaktu mengalami peningkatan, peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan semakin tingginya jumlah permintaan lahan permukiman, yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya nilai dari suatu lahan permukiman. Menurut Yudohusodo (1991), permukiman juga mempunyai fungsi ekonomi yang sangat penting bagi manusia sebagai insan ekonomi, karena kepemilikan rumah merupakan investasi jangka panjang yang dapat menjamin penghidupan di masa depan. Permukiman penduduk merupakan tempat tinggal yang dapat diukur dari jenis dan ukuran rumah. Kondisi permukiman antara daerah kota dengan daerah 2

desa tentunya memiliki perbedaan. Daerah kota cenderung memiliki permasalahan seputar penggunaan lahan. Lahan yang tersedia semakin sempit karena pertumbuhan penduduk yang pesat dan masih ditambah dengan adanya para migran pendatang dari daerah lain yang menambah tingginya tekanan penduduk terhadap lahan. Makin sempitnya ketersediaan lahan di daerah tersebut menyebabkan bertambah tingginya harga lahan. Hal ini menyebabkan banyaknya permukiman yang dibangun pada lahan sempit dengan kepadatan tinggi dan kurang memperhatikan kondisi lingkungan alam sekitarnya sehingga dapat memperburuk kualitas permukiman itu sendiri.` Daerah desa ditandai dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah, tradisional, gotong-royong, lahan pertanian masih luas karena masyarakat masih banyak yang mengandalkan sektor pertanian. Daerah yang masih memiliki karakteristik desa biasanya merupakan bagian dari suatu kabupaten yang jauh dengan pusat kota, sehingga pengaruh sifat-sifat kota belum tampak. Daerah ini cenderung memiliki lahan belum terbangun yang lebih luas daripada daerah kota, lingkungan sekitar permukiman umumnya lebih baik karena belum terlalu padat bangunan sehingga masih memiliki halaman yang asri ditumbuhi berbagai tanaman. Namun ditinjau dari aspek bangunan fisik rumah, biasanya penduduk desa yang didominasi keluarga petani ini kualitas bangunannya lebih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh aspek sosial ekonomi terutama karena pendapatan mereka relatif rendah sehingga biaya untuk membangun dan memelihara permukiman menjadi terbatas. 3

Faktor- faktor ini akan mempengaruhi kualitas dari permukiman penduduk secara umum. Pendidikan dan pengetahuan masyarakat akan kondisi permukiman dan lingkungannya juga mempengaruhi kondisi tempat tinggal mereka. Masyarakat yang paham akan pentingnya kesehatan lingkungan permukiman dan penataan ruang akan cenderung memiliki kualitas permukiman yang lebih baik daripada masyarakat yang kurang berpengetahuan akan hal itu. Perilaku sosial dan budaya setempat juga dapat menimbulkan perbedaan kualitas permukiman. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan (spatial approach). Pendekatan keruangan (spatial approach) merupakan pendekatan khas Geografi. Pada prakteknya, pendekatan keruangan harus tetap berdasarkan pada prinsip geografi yang berlaku, yaitu prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Yang menjadi bagian dari pendekatan keruangan, adalah pendekatan topik, pendekatan aktifitas manusia, dan pendekatan regional. 1.1.2 Latar Belakang Material Wilayah kecamatan pinggiran kota merupakan daerah yang penting untuk mendapatkan perhatian, karena semakin memiliki peran penting dalam perkembangannya. Adanya suatu proses, perkembangan secara fisik akan terjadi pada daerah ini. Perkembangan fisik yang terjadi pada daerah ini dapat bernilai positif, sebagai contoh dengan munculnya berbagai fasilitas umum. Hal ini tentu tidak menjadi masalah justru berbagai fasilitas untuk menunjang kesejahteraan hidup mudah dijangkau. Disisi lain perkembangan fisik kekotaan pada wilayah 4

pinggiran ini dapat pula mengarah pada dampak negatif, dengan perkembangan permukiman yang semakin marak dan tidak terkendali tentu akan mengakibatkan menurunnya keseimbangan lingkungan. Dalam waktu tertentu lingkungan tidak mampu menopangnya lagi akhirnya menciptakan permukiman dibawah standar. Daerah penelitian ditentukan sesuai tujuan utama penelitian, yaitu mengetahui kondisi fisik permukiman dan kondisi sosial ekonomi di daerah desa Minomartani. Desa Minomartani yang merupakan daerah pinggiran kota yang memiliki perkembangan pesat disebabkan oleh beberapa faktor seperti asksesibilitas yang baik, dibangunnya perumahan nasional (PerumNas) Minomartani yang menjadikan daerah ini bertambah sarana prasarana seperti sekolah, puskesmas. Desa Minomartani memiliki karakteristik kegiatan perekonomian penduduk yang tidak semua mengandalkan sektor pertanian beberapa diantara masyarakat bekerja sebagai karyawan karena terdapatnya kegiatan usaha kecil pengolahan kue atau menjadi sentra pembuatan bakpia. Desa Minomartani secara administratif terletak di Kecamatan Ngaglik. Daerah ini diharapkan dapat menjadi daerah yang tepat untuk penelitian dan mampu merepresentasikan kondisi fisik permukiman dan kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Minomartani. Kondisi permukiman yang tersebar di Desa Minomartani memiliki karakteristik yang sudah bagus dilihat dari konidisi bangunan dan fasilitas didalam rumahnya, sehingga dapat dipilih salah satu sampel daerah yang luasannya lebih kecil untuk mewakili kondisi permukiman di daerah tersebut. 5

1.2 Perumusan Masalah Masalah dalam permukiman secara umum adalah tidak adanya keseimbangan antara pertambahan jumlah penduduk dengan lahan untuk permukiman yang tersedia. Desa Minomartani merupakan salah satu desa yang berada di daerah pinggiran Kota Yogyakarta. Lokasi desa tersebut yang berdekatan dengan Kota Yogyakarta mendorong terjadinya dinamika penggunaan lahan di desa tersebut adalah berkembang nya permukiman baru di dalam kluster yang telah ada. Peningkatan kepadatan bangunan rumah dan bertambah luasnya lahan permukiman di Desa Minomartani seperti yang telah dijelaskan diatas disebabkan karena banyaknya kaum migran yang bertempat tinggal di desa tersebut. Penduduk pendatang bersama-sama dengan penduduk asli mempunyai peranan dalam mengelola lingkungan permukiman di Desa Minomartani. Asumsinya semakin lama penduduk pendatang tersebut bertempat tinggal di Desa Minomartani maka semakin tinggi rasa memilikinya terhadap lingkungan permukiman di sekitarnya. Dengan kata lain semakin lama penduduk pendatang bertempat tinggal di Desa Minomartani maka diharapkan semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam pengelolaan masalah lingkungan permukiman. Masalah permukiman di perdesaan seringkali berhubungan dengan kondisi fisik permukiman. Dimana kondisi fisik permukiman dipengaruhi oleh perekonomian, pengetahuan dan pendidikan serta kesadaran dan kepedulian penguhuni rumah untuk meningkatkan kondisi fisik permukiman. Kondisi fisik daerah penelitian memang memiliki karakter yang bermacam-macam, namun analisis pada penelitian ini hanya menekankan pada pengaruh sosial ekonomi. Faktor-faktor 6

sosial ekonomi yang dikaji antara lain pendapatan kepala keluarga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala keluarga, dan pekerjaan kepala keluarga. Berdasarkan perbedaan keempat karakteristik sosial ekonomi daerah penelitian yang diasumsikan terhadap kondisi fisik permukiman, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kualitas permukiman dan kondisi sosial ekonomi Desa Minomartani? 2. Apakah variabel sosial ekonomi berpengaruh terhadap kualitas permukiman di Desa Minomartani? dan variabel sosial ekonomi apa yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman di Desa Minomartani? 1.3 Tujuan Penelitian Studi mengenai apa yang mempengaruhi suatu kondisi fisik permukiman di suatu daerah sangat banyak diantaranya pendapatan, ketersediaan bahan baku, aksesibilitas dan menarik untuk dikaji lebih dalam. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya: 1. Mengkaji kualitas permukiman dan kondisi sosial ekonomi Desa Minomartani. 2. Mengetahui hubungan variabel sosial ekonomi dengan kualitas permukiman Desa Minomartani dan mengetahui variabel sosial ekonomi apa yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman Desa Minomartani. 7

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Penelitian secara administratif digunakan untuk memenuhi persyaratan akademik dalam menyelesaikan program S1 di Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. 2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah Desa Minomartani sebagai informasi kualitas permukiman. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi atau pembanding kualitas permukiman di daerah lain. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai permukiman sebelumnya sudah banyak dilakukan baik dengan pendekatan maupun penekanan dan metode yang berbeda atau yang hampir sama. Hal ini tentunya menyebabkan terdapat beberapa perbedaan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Untuk dapat mebedakan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya diperlukan penelitian yang hampir sama. Penelitian yang pertama adalah yang ditulis oleh Nanda Dharma Putra (2011) dengan judul Studi Kualitas Permukiman Skala Mikro Di Kecamatan Plered Tujuan dalam penelitian tersebut adalah mengetahui kualitas kondisi permukiman di Kecamatan Plered setelah terjadi gempa bumi dan mengetahui faktor terkuat yang berpengaruh terhadap kualitas permukiman. Dari tujuan tersebut maka diketahui kualitas permukiman di Kecamatan Plered pascaterjadinya bencana gempa bumi adalah sedang. Sebesar 14,4 persen masuk dalam kategori baik, sebesar 66,2 persen sedang, dan sisanya 19,4 persen buruk. Faktor paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman adalah kondisi aksesibilitas. 8

Penelitian yang lain dari Endah Dwi Astuti (2011) adalah Pengaruh Remitan Tenaga Kerja Indonesia Terhadap Perubahan Kualitas Permukiman Desa Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo dengan tujuan mengetahui pemanfaatan remitan di daerah asal dan mengetahui pendapatan TKI dan remitan yang dikirim ke daerah asal dengan yang dipakai untuk biaya hidup di daerah tujuan. Hasil dari penelitian terjadi peningkatan kualitas permukiman penduduk Desa Jangkaran setelah menjadi TKI dan mayoritas TKI Desa Jangkaran mengirimkan seluruh pendapatan hasil bekerja keluar negeri ke daerah asal. Fima Damawati (2011) yang berjudul Kajian Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Kualitas Permukiman Daerah Kota dan Desa Di Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Patuk dengan tujuan Mengkaji perbedaan kualitas permukiman di daerah kota dengan daerah desa dan mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi perbedaan kualitas permukiman serta faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman. Hasil yang didapatkan adalah terdapat perbedaan kualitas permukiman didaerah kota dengan desa dan faktor sosial ekonomi yang secara signifikan mempengaruhi kualitas permukiman adalah pendidikan kepala keluarga dan pendapatan total keluarga serta faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman di daerah kota berbeda dengan daerah desa. Dalam tabel berikut diringkas beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya untuk memahami antara penelitian yang akan dilakukan dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya : 9

Tabel 1.1 Penelitian terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Pendekatan Hasil dan Kesimpulan 1. Nanda Dharma Studi Kualitas 1.Mengetahui kualitas kondisi Pendekatan 1.Kualitas permukiman di Perdana (2011) Permukiman Skala permukiman di Kecamatan Keruangan Kecamatan Plered pascaterjadinya bencana gempa Mikro Di Kecamatan Plered setelah terjadi gempa Plered bumi. bumi adalah sedang. 2.Mengetahui faktor terkuat, yang berpengaruh terhadap kualitas permukiman Survei dan wawancara dengan teknik simple random sampling 2.Faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman adalah kondisi aksesibilitas. 2. Endah Dwi Astuti (2011) Pengaruh Remitan Tenaga Kerja Indonesia Terhadap Perubahan Kualitas Permukiman Desa Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo 1.Mengetahui pemanfaatan Remitan di Daerah asal 2.Mengetahui pendapatan TKI dan Remitan yang dikirimkan ke Daerah asal dengan yang dipakai untuk biaya hidup didaerah tujuan Survei dan wawancara dengan teknik sistematik random sampling Pendekatan Keruangan 1.Terjadi peningkatan kualitas permukiman penduduk Desa Jangkaran setelah menjadi TKI 2.Mayoritas TKI mengirimkan seluruh pendapatan hasil bekerja keluar negeri kedaerah asal. 10

3. Fima Damawati (2011) 4. Muhammad Khusban Nurmansyah (2015) Kajian Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Kualitas Permukiman Daerah Kota dan Desa Di Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Patuk Studi Kualitas Permukiman Dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Minomartani 1.Mengkaji perbedaan kualitas permukiman di daerah kota dengan daerah desa yang diteliti 2. Mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi perbedaan kualitas permukiman di daerah penelitian 3.Mengetahui faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman di daerah penelitian 1.Mengkaji kualitas permukiman dan kondisi sosial ekonomi Desa Minomartani. 2.Mengetahui hubungan variabel sosial ekonomi terhadap kualitas permukiman Desa Minomartani dan mengetahui faktor sosial ekonomi apa yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman Desa Minomartani. Survei dan wawancara dengan teknik sistematik random sampling Survei dan wawancara dengan teknik simpel random sampling Pendekatan Keruangan Pendekatan Keruangan 1.Terdapat perbedaan kualitas permukiman di daerah kota dengan desa 2.Faktor sosial ekonomi yang secara signifikan mempengaruhi kualitas permukiman adalah pendidikan kepala keluarga dan pendapatan total keluarga. 3.Faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh terhadap kualitas permukiman di daerah berkarakteristik kota berbeda dengan daerah berkarakteristik desa 1.Desa Minomartani memiliki kualitas permukiman dan kondisi sosial ekonomi yang baik. 2.Terdapat hubungan antara kualitas permukiman dengan kondisi sosial ekonomi dan faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh adalah pendapatan. 11

Terdapat perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pertama dari lokasi penelitian dimana lokasi ini yang hanya mengambil lokasi desa yang terletak di pinggiran kota, teknik pengambilan sampel menggunakan simpel ramdom sampling berbeda dengan yang digunakan Fima Damawati (2011) yakni menggunakan Systematic Random Sampling. Hasil yang diperoleh secara keseluruhan dari penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, namun dengan analisis yang berbeda dan pada lokasi yang berbeda. 1.6 Tinjauan Pustaka 1.6.1 Permukiman BPS (2007) menyatakan bahwa perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang mempunyai peranan sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Permukiman merupakan suatu perumahan atau kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan (UU No 2 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman). Pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari pembangunan nasional perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah, dan berkesinambungan (UU No 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman) 12

Settlement atau permukiman menurut Finch (1957) dalam Ritohardoyo (2000) adalah kelompok satuan-satuan tempat tinggal atau kediaman manusia, mencakup fasilitasnya seperti bangunan rumah, serta jalur jalan, dan fasilitas lain yang digunakan sebagai sarana pelayanan manusia tersebut. Batasan ini rupanya lebih mengarah pada arti permukiman sebagai kelompok satuan kediaman manusia pada suatu wilayah tidak hanya berupa bangunan rumah tempat tinggal tetapi mencakup segala fasilitas yang diperlukan untuk menunjang kehidupan penghuninya. Permukiman dapat ditinjau dari tiga skala, yaitu makro, meso, dan mikro. Skala permukiman makro meliputi sistem dalam wilayah yang luas, dapat berujud kenampakan kota maupun desa secara individual atau gabungan dari beberapa permukiman yang membentuk suatu area terbangun yang luas. Dalam skala permukiman meso, mengacu pada bagian wilayah yang digunakan untuk tempat tinggal penduduk seperti kampung, blok, atau kompleks perumahan. Sedangkan skala permukiman mikro menitikberatkan pada bangunan rumah penduduk yang digunakan untuk hunian sehari-hari (Yunus, 2007) 1.6.2 Fungsi Permukiman Permukiman memiliki fungsi yang sangat penting terhadap kehidupan manusia. Pada pandangan umum permukiman berfungsi sebagai tempat tinggal. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan manusia untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, rumah juga 13

merupakan tempat awal pengembangan kehidupan dan penghidupan keluarga, dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Dalam ketentuan APHA (American Public Health Acosiatian), 1950, kegunaan permukiman meliputi, hal-hal berikut ini : 1. Tempat untuk melepas lelah beristirahat setelah penat dalam kegiatan sehari-hari 2. Tempat untuk bergaul serta membina rumah tangga secara kekeluargaan. 3. Tempat untuk melindungi diri dari kemungkinan adanya bahaya yang mengancam. 4. Lambang atau status sosial bagi penghuninya. 5. Tempat menyimpan barang berharga yang dimiliki. 6. Sebagai modal yang apabila dalam keadaan terpaksa dapat dijual untuk menutup kebutuhan. 7. Sebagai media untuk menunjukkan nilai-nilai yang dimiliki oleh penghuninya. Permukiman merupakan awal serta modal dasar bagi manusia untuk menjalankan kehidupan di masyarakat serta untuk berhubungan dengan lingkungannya. Pertimbangan-pertimbangan juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap permukiman, misalnya pertimbangan aksesbilitas dan pertimbangan lain seperti keamanan. Faktor lain juga mempengaruhi fungsi permukiman yang akan didirikan. 14

1.6.3 Kualitas Permukiman Makhluk hidup secara keseluruhan merupakan penyebab terjadinya berbagai perubahan sistem kehidupan. Manusia yang memiliki kemampuan untuk berpikir akan lebih dominan dalam menghadapi perubahan yang terjadi karena selalu berusaha memperbaiki apa yang sudah ada. Kualitas permukiman memiliki makna akan kondisi dari suatu permukiman yang berbeda-beda sesuai dengan usaha yang dimiliki oleh penguninya untuk memanfaatkan permukiman tersebut. Biasanya semakin baik kualitas yang dimiliki oleh manusia, hal itu akan meningkatkan kualitas yang ada. Kualitas permukiman mencakup mengenai kondisi rumah, lingkungan serta manusia yang ada didalamnya. Tinggi rendahnya kualitas bangunan rumah maupun fasilitas yang ada sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik. Kondisi biofisik meliputi letak, topografi, batuan, tanah, air, maupun vegetasi. Demikian pula komponen manusia secara individu juga akan berpengaruh. Sektor pendidikan, pendapatan, pekerjaan juga akan mempengaruhi usaha manusia dalam membangun kualitas permukimannya. Dalam kondisi normal, kualitas permukiman yang dimiliki manusia secara nyata akan terlihat sama sejajar dengan kondisi penghuninya. Semakin baik kondisi penghuni yang ada di dalamnya, akan semakin baik pula kondisi permukiman yang ada. 15

1.6.4 Faktor Sosial Ekonomi Sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan hidup ini erat kaitannya dengan penghasilan seseorang. Melly G. Tan mengemukakan bahwa kedudukan sosial ekonomi seseorang dapat dilihat berdasar pekerjaan, penghasilan dan pendidikan sehingga masyarakat tersebut dapat digolongkan ke dalam kedudukan ekonomi rendah, sedang dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981:35) Oleh karenanya faktor sosial ekonomi ini menjadi salah satu faktor penentu baik buruknya suatu kualitas permukiman di suatu daerah. Dimana faktor sosial ekonomi mempengaruhi penentuan keputusan perihal pendirian suatu tempat bermukim serta pemeliharaannya. Menurut hasil penelitian Subekti(2011) tentang Kualitas Lingkungan Permukiman Di Kecamatan Sewon Dan Gamping Dalam Hubungannya Dengan Aspek Sosial Ekonomi. Beberapa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kualitas permukiman adalah Pendidikan Kepala Keluarga, Pekerjaan Kepala Keluarga, Pendapatan Kepala Keluarga, dan Jumlah anggota rumah tangga. 1.7 Landasan Teori Permukiman yang menempati areal paling luas dalam pemanfaatan ruang kota mengalami perkembangan yang selaras dengan perkembangan penduduk dan mempunyai pola-pola tertentu yang menciptakan bentuk dan struktur suatu kota yang berbeda dengan kota lainnnya. Perkembangan permukiman pada bagian- 16

bagian kota tidaklah sama, tergantung pada karakteristik kehidupan masyarakat, potensi sumberdaya (kesempatan kerja) yang tersedia, kondisi fisik alami serta fasilitas kota yang terutama berkaitan dengan transportasi dan komunikasi (Bintarto, 1977). Kondisi fisik bangunan merupakan komponen yang paling mudah diidentifikasi karena langsung dapat diketahui dengan melihat bangunan rumah yang dihuni. Fisik bangunan adalah bagian dari rumah yang terdiri dari luas bangunan, dinding, atap, langit-langit, kamar, dan lain sebagainya yang ada hubungannya dengan berdirinya suatu rumah (Hernz Finch, 1984). Pendapatan adalah semua hasil yang diperoleh seseorang sebagai imbalan jasa atas pekerjaan yang dilakukan, baik berupa uang atau barang. Dalam hal ini dibatasi pada pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan (Yunus, 1987). Setiap bangunan rumah pasti memuliki fasilitas penunjang agar rumah tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Fasilitas rumah adalah semua sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung pelayanan penghuni seperti; tempat tinggal, sumber air, sumber penerangan, tempat MCK (Salim, 1979). Penelitian ini pada dasarnya mengkaji mengenai permukiman/tempat tinggal penduduk, bukan tentang proses bermukim itu sendiri. Konsep permukiman yang digunakan oleh peneliti adalah kelompok satuan-satuan tempat tinggal atau kediaman manusia, mencakup fasilitasnya seperti bangunan rumah, serta jalur jalan, dan fasilitas lain yang digunakan sebagai sarana pelayanan manusia tersebut. Konsep ini dirasa paling tepat digunakan untuk menggambarkan 17

kondisi objek yang diteliti. Permukiman dalam pengertian ini tidak hanya mencakup kondisi fisik bangunan rumah saja tetapi juga meliputi lingkungan sekitar yang masih termasuk fasilitas rumah. 1.8 Kerangka Pemikiran Terjadinya pembangunan di suatu wilayah akan menyebabkan adanya pengaruh terhadap kondisi fisik lingkungan permukiman dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan oleh berbagai aspek sosial ekonomi seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan banyaknya anggota rumah tangga. Perkembangan karakteristik suatu wilayah dapat ditinjau dari kondisi permukiman penduduk baik kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas permukiman penduduk sering kali identik dengan kondisi perekonomian keluarga. Sedangkan kuantitas permukiman identik dengan pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan lahan untuk pembangunan permukiman. Jumlah penduduk yang tinggi akan berdampak pada kepadatan permukiman dengan kualitas bangunan yang beragam. 18

Kondisi Sosial Ekonomi Pendidikan Kepala Keluarga Pekerjaan Kepala Keluarga Pendapatan Jumlah anggota rumah tangga Variabel Fisik Permukiman Kondisi Fisik Bangunan : - Jenis dan Tipe bangungan - Fungsi bangunan - Kerangka bangunan - Lantai - Dinding - Atap - Kondisi bangunan Fasilitas Rumah : - Kamar mandi - Teras - Dapur - Sumber air - Penerangan buatan/listrik - Penerangan alami - Tumbuhan hijau - Ventilasi 1. Kualitas Permukiman dan Kondisi Sosial Ekonomi 2. Hubungan Variabel Sosial Ekonomi Dengan Kualitas Permukiman 3. Faktor Sosial Ekonomi Yang Paling Berpengaruh Terhadap Kualitas Gambar diagram alir kerangka teori 19