BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan segala sesuatu yang tidak dikehendaki lagi lalu dibuang. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Sampah perkotaan terbagi atas 2 yakni sampah basah dan sampah kering (Kodoatie, 2005). Sampah basah adalah sampah yang mempunyai komposisi kimia mudah terurai oleh bakteri (biodegradable) misalnya sisa makanan, sayur-sayuran, dedaunan, kayu dll. Sedangkan sampah kering adalah sampah yang mempunyai komposisi kimia sulit untuk diuraikan atau membutuhkan waktu yang lama (nonbiodegradable) misalnya sampah plastik, kaleng, kaca, besi dll. Peningkatan jumlah penduduk dan makin beragamnya kegiatan manusia menyebabkan bertambahnya timbulan sampah yang diproduksi oleh manusia. Dewasa ini sampah sudah menjadi perhatian dunia internasional, ini dapat dilihat dari salah satu poin Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Ensure Environmental Sustainability, di mana ditargetkan peningkatan separuh dari jumlah masyarakat yang belum mendapatkan akses pelayanan sampah pada tahun 2015. Secara nasional sasaran global dari Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan mengacu pada sasaran terukur yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yaitu meningkatkan jumlah sampah terangkut hingga 75% hingga akhir tahun 2009. Kota Poso yang adalah ibu kota Kabupaten Poso terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Poso Kota, Posa Kota Utara dan Poso Kota Selatan dengan luas wilayah ± 60,46 km 2 dan berpenduduk ± 34.761 jiwa (Kabupaten Poso dalam Angka, 2008), jumlah penduduk tersebut akan mengalami pertambahan dari tahun ke tahun. Konsekuensi atas semakin bertambahnya 1
jumlah penduduk akan berdampak pada peningkatan aktivitas kegiatan masyarakat. Akibatnya laju timbulan sampah di Kota Poso semakin meningkat pula. Data dari Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota Poso menunujukan bahwa jumlah timbulan sampah per hari tahun 2009 sebanyak 99,5 m 3 /hari. Sedangkan jumlah sampah yang terangkut ke TPA saat ini mencapai 66 m 3 /hari sehingga tingkat pelayanan sampah diberikan pemerintah daerah sudah mencapai 66,33%. Timbulan sampah yang harus diangkut tersebut berasal dari berbagai sumber seperti sampah permukiman, pertokoan, pasar, restoran, hotel maupun dari fasilitas umum dan hasil sapuan jalan. Berdasarkan hasil pengamatan, timbulan sampah yang tidak terangkut sebesar 33,67% umumnya dibakar oleh masyarakat, dibuang ke selokan, ditumpuk pada lahan terbuka bahkan ada yang dibuang langsung ke sungai Poso yang mengalir melintasi kota Poso. Kondisi seperti ini perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari pemerintah kabupaten karena timbulan sampah yang tidak terangkut tersebut dapat mengganggu lingkungan permukiman dimana menimbulkan bau yang tidak sedap, merusak pemandangan dan juga berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat. Pengelolaan persampahan di Kota Poso, dilaksanakan oleh Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota Poso khususnya di bawah tanggung jawab Bidang Kebersihan dan Fasilitas Perkotaan dan Perdesaan. Lembaga atau instansi pengelola persampahan ini merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Secara umum pengelolaan persampahan di Kota Poso terbagi dalam 4 kegiatan, yaitu: pembersihan/ penyapuan jalan-jalan umum, pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, pengolahan sampah di TPA dan retribusi kebersihan. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pengelolaan persampahan, Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota Poso tidak lepas dari dukungan ketersediaan sarana dan prasarana persampahan, pembiayaan dan peran serta masyarakat yang merupakan bagian dari aspek-aspek yang mempengaruhi sistem pengelolaan persampahan. Kondisi sarana dan prasarana persampahan yang tersedia sampai dengan tahun 2009 di Kabupaten Poso adalah sebagai berikut : a) tempat pembuangan sementara (TPS) pasangan batu 2,25 m 3 50 unit (32 kondisi baik dan 18 rusak), b) kontainer sampah 6 m 3 23 unit (8 kondisi baik dan 15 rusak), c) gerobak sampah 2
1 m 3 10 unit (5 kondisi baik dan 5 rusak), d) dump truck 8 unit (6 kondisi baik dan 2 rusak), e) armroll truck 3 unit dalam kondisi baik, tempat pemrosesan akhir (TPA) 1 buah kondisi baik. Jika dilihat dari kondisi sarana dan prasarana yang tersedia masih terdapat kesenjangan dari segi jumlah yang dapat dioperasikan karena sebagian dalam kondisi rusak atau sudah melampaui umur pemakaian sehingga mengurangi optimalnya aset tersebut dalam menunjang pengelolaan persampahan. (Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota Kab. Poso, 2009) Sumber pembiayaan utama pengelolaan sampah di Kota Poso adalah dari subsidi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, mengingat sumber dana masyarakat yang ditarik melalui retribusi kebersihan kontribusinya masih sangat kecil dari total pembiayaan pengelolaan sampah. Anggaran pembiayaan pengelolaan sampah yang dialokasikan adalah sebesar Rp. 1.001.832.000,00 sedangkan total penerimaan retribusi yang ditarik dari masyarakat hanya sebesar 10.450.000,00 pada tahun 2009 (Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota, 2009). Jika dibandingkan dengan total APBD Kabupaten Poso tahun anggaran 2009 yang sebesar Rp 626.889.441.000,00 alokasi pembiayaan pengelolaan sampah juga masih sangat kecil (± 0,16% dari total APBD). Hal ini menunjukkan bahwa perhatian pemerintah kabupaten dalam hal pengelolaan persampahan dirasakan masih kurang dimana sesuai dengan pedoman pengelolaan persampahan perkotaan bagi eksekutif atau legislatif pemerintah kota atau kabupaten, penganggaran biaya pengelolaan sampah harus mendapat prioritas setara dengan pengelolaan pelayanan publik lainnya (berkisar 10% dari total APBD Pemda). Peran serta masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan persampahan dirasakan masih rendah. Masyarakat masih membuang sampah di sembarang tempat padahal pemerintah telah menyiapkan TPS-TPS di wilayah pelayanan. Kebiasaan ini jika diteruskan pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri dimana lingkungan tempat tinggal mereka menjadi menjadi kotor dan bau serta menjadi sarang dari berbagai macam penyakit. Penerimaan retribusi yang merupakan wujud peran serta masyarakat dari segi pembiayaan operasional pengelolaan persampahan masih rendah. Masyarakat masih menganggap bahwa peran dan tanggung jawab terhadap pengelolaan sampah dan lingkungan sepenuhnya tanggung jawab pemerintah daerah. 3
Dengan melihat latar belakang kondisi permasalahan pengelolaan persampahan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu Strategi Pengelolaan Aset Sistem Persampahan di Kota Poso bagi Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota. Dalam penelitian ini akan dianalisis 3 (aspek) yang dibatasi pada aspek teknis, aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang kondisi permasalahan pengelolaan persampahan di Kota Poso, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi eksisting pengelolaan aset sistem persampahan di Kota Poso ditinjau dari aspek teknis, aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat. 2. Bagaimana strategi pengelolaan aset sistem persampahan di Kota Poso. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kondisi eksisting pengelolaan aset sistem persampahan di Kota Poso ditinjau dari aspek teknis, aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat. 2. Merumuskan strategi pengelolaan aset sistem persampahan di Kota Poso. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota Kabupaten Poso dalam menetapkan strategi pengelolaan aset sistem persampahan di Kota Poso. 2. Sebagai bahan pengembangan wawasan dan keilmuan bagi peneliti. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih mendalam. 4
1.5 Pembatasan Masalah Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas serta dapat memberikan arah yang baik dan memudahkan dalam menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka perlu dilakukan pembatasan dalam penelitian, batasan penelitian adalah: 1. Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota Kabupaten Poso sebagai dinas pengelola persampahan di Kota Poso. 2. Daerah penelitian dilakukan pada 3 (tiga) kecamatan di Kota Poso yaitu Kecamatan Poso Kota, Poso Kota Selatan dan Poso Kota Utara. 3. Analisis kondisi eksisting dalam penelitian ini dibatasi pada tiga aspek yaitu: aspek teknis, aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat. 4. Aspek teknis yang ditinjau pada penelitian ini yaitu pada aspek pengumpulan dan pengangkutan. 5. Analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana persampahan untuk sepuluh tahun ke depan yaitu sampai dengan tahun 2020. 5
Halaman ini sengaja dibiarkan kosong 6