BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, moral, keimanan dan ketakwaan manusia (Syaefudin, 2005: 6).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan diri melalui proses belajar. Tentu sangat logis bagi manusia memilih jalur

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maju tingkat pendidikan seseorang,maka semakin siap pula menghadapi perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau. kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh pendidik yang

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [ sic! sic!

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan-insan cendikia yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat didik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, keimanan dan ketakwaan manusia (Syaefudin, 2005: 6). Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan peserta didik diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sesuatu yang berorientasi kepada peningkatan pemahaman tentang materi yang dipelajarinya. Jadi pelaksanaan proses pembelajaran di kelas lebih menekankan prinsip belajar yang aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) yang sistematik sesuai perkembangan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih dekat dengan guru (Isjoni, 2009: 104). KTSP menghendaki dalam proses pembelajaran perlu adanya media pembelajaran. KTSP menuntut agar media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran harus bervariasi, karena dengan penggunaan media yang sesuai dengan pembelajaran peserta didik lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk menunjang

pekerjaan guru sebagai pendidik maka guru dituntut untuk menguasai penggunaan berbagai macam metode dan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional pada semua jenis dan jenjang pendidikan dan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pembaharuan terhadap pola pembelajaran yang kurang efektif menjadi yang lebih efektif. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga menghendaki guru harus memperhatikan standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Standar yang dimaksud meliputi (Arifin, 2009: 42-43): 1. Standar pendidikan dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik dan mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar pendidikan akan menentukan kualifikasi setiap guru sebagai tenaga profesional yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Asumsi yang mendasarinya adalah standar proses hanya mungkin dapat dilaksanakan manakala guru memiliki kualifikasi tertentu. Dengan demikian, tidak setiap orang dapat menjadi guru. Jabatan guru hanya dapat dipegang oleh orang yang telah memiliki kualifikasi tertentu. 2. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Laboratorium dan perpustakaan sangat penting karena sebagai salah satu sarana yang sangat penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah.

3. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan kabupaten/kota, provinsi/nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Perencanaan berkaitan dengan bagaimana seorang pendidik menyiapkan segala perlengkapan pembelajaran seperti: RPP, BAPD, DAN LKPD. Sedangkan pelaksanaan berkaitan dengan bagaimana seorang pendidik menyampaikan atau demonstrasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik. 4. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian yang dituntut KTSP ada tiga yaitu penilaian psikomotor (keterampilan), afektif (sikap), dan kognitif (pengetahuan). 5. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku satu tahun. 6. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Tuntutan KTSP ini menjadi perhatian bagi setiap guru, karena guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan pesertadidik sebagai subjek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, tanpa diim bangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna (Sanjaya, 2006: 13).

Permasalahan yang seringkali ditemukan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah adanya ketidakaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran fisika peserta didik sekedar mengikuti pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari peserta didik kepada guru sebagai feed back atau umpan balik dalam kegiatan pembelajaran. Keinginan peserta didik mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran fisika cenderung menurun, aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran cenderung kurang diperhatikan. Demikian juga dengan guru yang hanya mengejar waktu mengingat harus mengajarkan materi yang cukup banyak tetapi dengan jam pelajaran yang disediakan cukup singkat, tanpa memperdulikan peserta didiknya paham atau tidak. Sehingga hal ini membuat peserta didik kurang tertarik mengikuti mata pelajaran yang dibawakan oleh guru. Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus maka peserta didik akan beranggapan bahwa belajar fisika bukanlah kebutuhan, hanya tuntutan kurikulum saja, karena peserta didik merasa tidak mendapatkan makna dari pelajaran fisika yang dipelajarinya. Padahal fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan yang pada dasarnya bertujuan mempelajari fisik maupun aplikasi dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu peserta didik dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran langsung merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang khusus mengembangkan belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa SMA Negeri 2 Kupang Timur didapati bahwa proses pembelajaran di kelas sering menggunakan model pembelajaran langsung serta metode ceramah, diskusi kelompok dan tanya jawab. Sedangkan metode eksperimen jarang dilakukan, hal ini peserta didik merasa kurang puas dan pembelajaran merupakan hal yang membosankan. Hasil wawancara dengan guru fisika SMA Negeri 2 Kupang Timur bahwa ketuntasan minimum yang dituntut dari sekolah setiap peserta didik untuk mata pelajaran fisika adalah 70. Jika peserta didik yang telah mencapai standar ketuntasan minimum tersebut maka dikatakan tuntas belajar. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) peserta didik, diukur dengan Tes Hasil Belajar (THB). Tes Hasil Belajar merupakan salah satu bentuk penilaian kognitif, sedangkan penilaian prosesnya dinilai pada saat pembelajaran baik itu aspek afektif dan psikomotor. Pada sekolah ini penilaian seperti ini pun sering digunakan guna menjawab permintaan dari ktsp, hanya saja penilaiannya tidak secara tertulis tetapi dilakukan secara lisan oleh pendidik. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 2 Kupang Timur bahwa diperoleh hasil sebagai berikut. 1. Peserta didik jarang bahkan tidak melakukan praktikum /percobaan karena ketidaktersediaan alat-alat praktikum. Guru tidak kreatif untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. 2. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dapat dilihat dengan sebagian peserta didik yang terlibat aktif tetapi ada juga yang tidak semuanya aktif.

3. Selama proses kegiatan pembelajaran hanya didominasi oleh beberapa peserta didik tertentu. 4. Guru tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik masih sulit memahami materi yang diberikan. 5. Penilaian yang dilakukan oleh guru hanya pada aspek kognitif berupa ulangan atau tes dalam bentuk pilihan ganda. Hasil Ujian Nasional Mata Pelajaran Fisika pada tahun 2014/2015 peserta didik pada SMA Negeri 2 Kupang Timur belum memuaskan karena masih ada beberapa peserta didik yang nilainya masih dibawah 55. Tabel 1.1 Hasil Ujian Nasional SMA Negeri 2 Kupang Timur Tahun 2014/2015 Jumlah Siswa 56 Siswa Tahun Ajaran 2014/ 2015 Nilai Terendah Tertinggi Rata-Rata Kategori Std.Deviasi 30,0 84,6 68,62 B 13,33

Tabel 1.2 Daftar Kolektif Ujian Nasional SMA Negeri 2 Kupang Timur Tahun 2014/2015 No Nama Peserta Mata Pelajaran Fisika 1 ADJDC 76,9 2 ASK 69,3 3 AS 75,0 4 AML 84,6 5 BTM 53,8 6 BH 74,4 7 CSDC 79,5 8 CUKT 77,5 9 EDC 51,3 10 EN 76,9 11 ESC 79,5 12 EDL 79,5 13 FGDC 82,1 14 FMC 79,5 15 IXDCS 53,8 16 JDC 30,0 17 JM 76,9 18 LF 72,5 19 MDDS 79,5 20 MOT 69,2 21 MDM 76,9 22 NCYT 69,2 23 PF 51,3 24 PDR 70,0 25 PHB 71,8 26 SAF 71,8 27 YTG 59,0 28 YA 51,3

29 YD 32,5 30 YEK 79,5 31 YAP 77,5 32 AP 79,5 33 AS 71,8 34 ALK 53,8 35 ASB 77,5 36 ADJO 64,1 37 DT 79,5 38 DB 79,5 39 DEN 46,2 40 ELDC 75,0 41 FR 76,9 42 HAAT 46,2 43 LM 43,6 44 LAD 74,4 45 LYX 74,4 46 MEF 74,4 47 MFRR 82,1 48 MN 48,7 49 MP 72,5 50 ML 76,9 51 MF 82,1 52 RAL 74,4 53 RAZS 53,8 54 YEL 51,3 55 YS 77,5 56 YJF 74,4 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masih banyak peserta didik yang nilainya masih dibawah kkm yaitu 70. Diantara 56 peserta didik, yang nilainya mencapai kkm 37 orang sedangkan 19 peserta didik lainnya masih di bawah KKM. Berdasarkan hasil observasi yang diuraikan maka peneliti memilih Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kupang Timur karena ternyata sebagian besar tidak sejalan dengan apa yang dikehendaki oleh KTSP bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tetapi harus adanya aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Materi pokok Suhu dan Pemuaian terdapat pada semester genap kelas X. Dalam materi pokok Suhu dan Pemuaian ini peserta didik akan mempelajari tentang Suhu dan Pemuaian yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik dan juga melalui kegiatan percobaan sehingga dari percobaan ini peserta didik dapat belajar untuk memperoleh konsep dan atau teori melalui fakta yang mereka alami. Dalam penelitian ini, ingin diterapkan model pembelajaran langsung pada materi pokok Suhu dan Pemuaian karena pada materi pokok ini terdapat pengetahuan-pengetahuan berupa deklaratif meliputi pengertian suhu, pemuaian, dan pengetahuan prosedural melalui kegiatan eksperimen. Jika hal ini diterapkan dengan baik maka hasil belajar yang diperoleh peserta didik juga akan baik pula. Berdasarkan uraian di atas, maka ingin dilakukan penelitian dengan judul: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG MATERI POKOK SUHU DAN PEMUAIAN PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 KUPANG TIMUR PADA TAHUN AJARAN 2015/2016. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana hasil Penerapan Model Pembelajaran Langsung materi pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016? Secara khusus permasalahan penelitian ini dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Langsung Materi Pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana ketuntasan Indikator Hasil Belajar yang menerapkan Model Pembelajaran Langsung Materi Pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016? 3. Bagaimana Ketuntasan Hasil Belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Langsung materi pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016? 4. Bagaimana respon peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran Langsung materi pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana hasil Penerapan Model Pembelajaran Langsung dalam materi pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016? Secara khusus tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran Langsung materi pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016?

2. Mendeskripsikan Ketuntasan Indikator Hasil Belajar, materi pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016? 3. Mendeskripsikan hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Langsung materi pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016? 4. Mendeskripsikan respon peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Langsung materi pokok Suhu dan Pemuaian pada peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Kupang Timur tahun ajaran 2015/2016? D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi peserta didik a. Meningkatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. b. Meningkatkan semangat belajar peserta didik. c. Meningkatkan hasil belajar peserta didik. d. Melatih peserta didik untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah dalam kelompok. 2. Bagi guru a. Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran fisika.

b. Sebagai bahan informasi guru dalam memilih model pembelajaran yang lebih tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan aktivitas mental belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran fisika. c. Guru dapat menjadikan model pembelajaran langsung sebagai model pembelajaran yang baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 3. Bagi sekolah Memberikan masukan yang baik bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kegiatan pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu sekolah. 4. Bagi peneliti a. Mendapat pengalaman penerapan model pembelajaran langsung sehingga dapat diterapkan saat terjun langsung di lapangan. b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. 5. Bagi LPTK Unwira Bagi LPTK Unwira penelitian sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran. Terutama Universitas ini memiliki tugas menghasilkan caloncalon guru profesional di masa depan dan dapat dijadikan bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru dan juga sebagai pengembangan keilmuan khususnya masalah pembelajaran. E. Batasan istilah Agar tidak terjadi kesalahan pada penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang berhubungan dengan penelitian.

1. Penerapan artinya penggunaan suatu metode tertentu menurut aturan atau kaidah tertentu. 2. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain joice (Trianto, 2007: 5). 3. Model pembelajaran langsung merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. 4. Suhu merupakan panas atau dinginnya suatu benda. 5. Pemuaian merupakan gerakan atom penyusun benda karena mengalami perubahan suhu.