Unnes Physics Journal

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2009

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENENTUAN KUALITAS PAVING BLOCK BERDASARKAN SIFAT FISIS VARIASI CAMPURAN PASIR DAN SEMEN. Yon Fajri, Riad Syech, Sugianto

PEMANFAATAN ABU KULIT KAKAO UNTUK PEMBUATAN BATU BATA

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

Abstrak. Kata kunci : Serat sabut kelapa, Genteng beton, Kuat lentur, Impak, Daya serap air

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

TUGAS SARJANA. Disusun oleh : HASAN L2E

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI PADA MEMBRAN KERAMIK DARI ZEOLIT ALAM

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BETON POLIMER BERBASIS LIMBAH PULP DREGS SEBAGAI AGREGAT DAN RESIN EPOKSI SEBAGAI PEREKAT SKRIPSI

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK BAHAN BATA KONSTRUKSI HASIL PEMBAKARAN DENGAN MEMANFAATKAN LUMPUR ASAL SIDOARJO

Studi Awal Pemanfaatan Lusi sebagai Bahan Bangunan dengan Tambahan Tanah Sawah, Semen dan Kapur ABSTRAK

USE OF CLAY EX. BENGALON AS AGGREGATE MADE AND SAND EX. MUARA BADAK IN MIXED CONCRETE METHOD STANDART NATIONAL INDONESIAN

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jl. A Yani No. 200 Pabelan Kartasura Surakarta

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan

LAMPIRAN 1. Peralatan dan Bahan Penelitian

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN PADA BETON RINGAN RAMAH LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

BATAKO LUMPUR LAPINDO SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL PASANGAN DINDING

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

PENGARUH TEMPERATUR PEMBAKARAN PADA KOMPOSIT LEMPUNG/SILIKA RHA TERHADAP SIFAT FISIS (APLIKASI PADA BATA MERAH)

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI DAN DAUN BAMBU

PEMANFAATAN ABU PEMBAKARAN AMPAS TEBU DAN TANAH LIAT PADA PEMBUATAN BATU BATA SKRIPSI NURAISYAH SIREGAR

PENGARUH KOMPOSISI LUMPUR LAPINDO SIDOARJO TERHADAP MUTU BATU BATA BERDASARKAN SNI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN MENGGUNAKAN ABU VULKANIK SINABUNG DAN SERAT BATANG PISANG DENGAN PEREKAT POLYESTER SKRIPSI

ANALISIS SIFAT MEKANIK DAN FOTO MIKROSKOPIS KERAMIK BERBAHAN DASAR LEMPUNG BERSISIK (SCALY CLAY) FORMASI KARANGSAMBUNG KEBUMEN

PENGEMBANGAN GENTENG BETON RINGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENUTU ATAP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Potensi Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Baku Tambahan Pembuatan Batu Bata

ANALISIS DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER BERBAHAN BAKU BAN DALAM BEKAS, PASIR DAN ASPAL DENGAN PEREKAT POLIPROPILENA SKRIPSI

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

BETON RINGAN LUSI KUAT, RINGAN DAN STABIL

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

PENGARUH PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE) SEMEN TERHADAP KUATTEKAN MORTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

Pengaruh jenis agregat ringan buatan terhadap kuat tekan beton ringan ( Nurul Aini Sulistyowati, Deden Suripto )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

ANALISA DESAIN EKSPERIMEN PEMBUATAN BATAKO BERBAHAN ALTERNATIF LUMPUR LAPINDO DAN FLY ASH DENGAN METODE TAGUCHI

STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK

THE USE OF LAPINDO MUD AS MATERIAL SUBSTITUTING CLAY IN ROOF TILE PRODUCTION

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Volume 04 Nomor 03 Tahun 2015, hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

LAPORAN PENELITIAN PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEMEN PORTLAND

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ)

Hlm Palembang, Februari 2012 ISSN J. Tek. Sip. Vol. 1 No. 2

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

MANFAAT PENAMBAHAN KARBON DARI MATERIAL LIMBAH PADA BATU BATA TRADISIONAL. The Benefits Of Additional Carbon From Waste Materials In Traditional Brick

PENGARUH WAKTU PENGERASAN PADA KEKUATAN PAVING BLOCK YANG MENGGUNAKAN CLAY, SEMEN, DAN PASIR. Andius Dasa Putra 1) Setyanto 1) Noor Syarifah Hasan 2)

Penelitian tugas akhir ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan topik

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK LDPE SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BATAKO BETON RINGAN

PENGUJIAN KARAKTERISTIK MEKANIK GENTENG

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Mortar Berbasis Material Komposit Silika Amorf dengan Variasi Penambahan Sekam Tebu

Pengembangan Material Komposit Keramik Berpori dari Bahan Clay yang diperkuat Bahan Kuningan dengan Menggunakan Metode Ekstrusi

KAJIAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN PASIR SUNGAI (Studi Kasus Pasir Sungai Blorong, Boja, Kabupaten Kendal)

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

ANALISA PERBANDINGAN KUAT DESAK BATU BATA DARI TANAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR DENGAN BATU BATA DARI TANAH LIAT YANG BERASAL DARI PROPINSI JAMBI

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NANOPARTIKEL PERAK SEBAGAI BAHAN ADITIF DALAM BATAKO TERHADAP POROSITAS DAN KUAT TEKAN BATAKO

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

LAPINDO SEBAGAI CAMPURAN UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN GENTENG KERAMIK

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN ABU SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN

PENENTUAN KUALITAS BATU BATA MERAH BERDASARKAN KONDUKTIVITAS TERMAL

TINJAUAN KUALITAS GENTENG BETON SEBAGAI PENUTUP ATAP DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT SABUT KELAPA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER MENGGUNAKAN BAHAN ASPAL DENGAN CAMPURAN SERBUK BAN BEKAS DAN POLIPROPILEN BEKAS SKRIPSI

Pemanfaatan Pasir Telaga Sari dan Styrofoam untuk Pembuatan Batako Ringan

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

Menyetujui Komisi Pembimbing:

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

Transkripsi:

UPJ 2 (1) (213) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj ANALISIS SIFAT MEKANIK GENTENG KERAMIK HASIL CAMPURAN LUMPUR LAPINDO Sriatun Agus Yulianto, Sulhadi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia,5229 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Maret 213 Disetujui Maret 213 Dipublikasikan Mei 213 Keywords: Ceramic genteng, Dolomite, Phosphate Abstrak Telah berhasil dibuat genteng keramik dengan cara di press menggunakan bahan aditif dolomit dan fosfat dengan temperatur sintering 8oC ditahan selama 2 jam. Variasi komposisi dengan campuran bahan aditif yaitu lumpur+dolomit dan lumpur+fosfat dengan perbandingan dari 5% s/d 5%, dengan interval sebesar 5%. aditif (lumput+dolomit+fosfat) memiliki perbandingan variasi dari 5% s/d 2% dengan interval sebesar 5%. Parameter pengujian dan karakterisasi sampel meliputi densitas, porositas, kekerasan dan pengamatan morfologi menggunakan mikroskop MS-84. Hasil karakterisasi nilai kekerasan dolomit menurun, porositas semakin naik. Pada penambahan bahan aditif fosfat mempunyai hasil kekerasan lebih baik daripada menggunakan dolomit. Densitas fosfat lebih kecil dapat mengisi pori-pori dari lumpur Lapindo yang lebih besar. Dolomit dengan pori-pori yang lebih besar dari lumpur, tidak dapat mengisi pori-pori lumpur Lapindo seluruhnya sehingga membuat nilai porositasnya tinggi. Komposisi optimum genteng press didapatkan pada komposisi 75% lumpur Lapindo, 15% dolomit, dan 1% fosfat alam. Adapun karakteristik genteng press pada komposisi tersebut adalah sebagai berikut: densitas= 1,51 g/cm3, porositas=7,9% dan kekerasan= 2688,37 kg/cm2atau 234 kgf/mm2, dan menghasilkan genteng press dengan densitas dan porositas lebih rendah dari genteng pada umumnya dan memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari pada genteng press dipasaran. Abstract Manufacture of ceramic genteng using Lapindo mud had been done successfully, was made using additive materials of dolomite and phosphate. The mixed material was sintered at 8oC in 2 hours. Compotition variation with additive material mix (clay+dolomite) and (clay+ phosphate) with a ratio of 5% s/d 5%. Test parameter and sample characterization such as density, porosity, strength, and micrography observation with MS-84 microscope. The results of characterization dolomite down hardness values, and the rising value of their porosity, while the addition of phosphate additives had been test better results than using dolomite, due to the smaller density of phosphate could fill the pores of larger Lapindo mud, while the lower-density dolomite mud can could not fill the pores completely Lapindo mud that mades high porosity values. Optimum composition genteng keramik on composition75% clay, 15% dolomite, and 1% phosphate. The characteristics of genteng keramik in composition is as follows : density = 1,51% g cm-3, porosity= 7,9% and hardness= 2688,37 kg cm-2 or 234 kgf mm-2, and produced roofpress with a low density and lower porosity than roof of commonly, and more high than genteng keramik market. 213 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung D7 lantai 2 Kampus UNNES, Semarang, 5229 E-mail: chibhiee@yahoo.co.id ISSN 2252-6978 58

PENDAHULUAN Semakin pesat kemajuan zaman, penggunaan genteng untuk atap rumah masih digunakan hingga kini. Seperti di Pulau Bali yang kebanyakan dari penduduknya masih menggunakan genteng sebagai atap rumahnya. Karena harga yang lebih ekonomis dan memiliki kelebihan yang lainnya. Lumpur Lapindo berpotensi sebagai bahan baku untuk pembutan bahan bangunan, dalam skala besar guna mendukung pengadaan bahan bangunan (Mukono dan Triwulan,26). Hasil penelitian pendahuluan tentang kekuatan genteng keramik lumpur Lapindo (Setyowati,29) menunjukkan bahwa pada prosentase campuran lumpur Lapindo tertentu akan menghasilkan genteng keramik dengan kekuatan yang cukup baik. Adanya penelitian terdahulu yaitu pengaruh penggunaan lumpur Lapindo berdasarkan Standart Nasional Indonesia Lapindo (Setyowati, 27 a) memberikan informasi kelayakan genteng keramik Lapindo meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Sedangkan Genteng yang berbahan tanah liat yang dicampur dengan lumpur Lapindo lebih kuat dibandingkan dengan genteng yang berbahan tanah liat (Wirayasa dkk, 27). Lumpur Sidoarjo dapat dikembangkan sebagai bahan bangunan keramik khususnya bata merah dan genteng (Lasino dkk, 21). Sebagai bahan alternatif pengganti tanah liat yang semakin berkurang. Sehingga lumpur Lapindo dapat dijadikan sebagai bahan pengganti tanah liat sebagai bahan pembuatan genteng keramik yang memiliki kualitas lebih baik dari genting di pasaran. Bahan aditif dolomit digunakan untuk menguatkan genteng keramik dan fosfat alam untuk mengisi poripori dari lumpur Lapindo. Genteng press yang mempunyai kualitas baik adalah genteng press yang memiliki kekerasan tinggi, akan tetapi porositas dan densitasnya rendah. Dengan kekerasan yang tinggi, maka genteng press tersebut tidak akan mudah pecah, dan dengan porositas yang rendah maka genteng press tersebut tidak banyak menyerap air pada saat terkena hujan sehingga lebih awet dan tidak mudah ditumbuhi lumut. (Kiswanto, 211). METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen dilakukan di Laboratorium Kemagnetan Bahan, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Semarang, pembuatan genteng keramik dilakukan di laboratorium dan di tempat pembuatan genteng press di Desa Pasucen 59 Pati. Sementara itu, hasil sampel genteng keramik yang diperoleh dilakukan analisis mekaniknya dan uji sifat morfologi di Laboratorium Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Semarang, untuk uji kekerasan di Labolatorium Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang. Langkah Kerja Proses Homogenisasi Pada penelitian ini, percampuran antara bahan dilakukan dengan menggunakan ball mill, karena percampuran material bahan baku keramik dengan bahan aditif yang sudah diatur komposisi dan ukuran bulir yang sama sehingga dapat bercampur homogen. Pencetakan Proses selanjutnya merupakan proses pembentukan bahan dengan cara menekan serbuk material (tahanan kompaksi) dengan menggunakan dokrak hidrolik untuk mengangkat beban agar dapat di press dan menjadi sampel sesuai cetakan. Sintering Sintering adalah proses pemadatan dari sekumpulan serbuk pada temperature tinggi, yang mendekati titik leburnya, sehingga terjadi perubahan struktur morfologi seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir, peningkatan densitas dan penyusutan volume. Sampel di sintering dengan suhu 8oC kemudian ditahan selama 2jam. Pengujian dan Karakterisasi sampel Pengujian sampel yang sudah jadi adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan sifat mekaniknya yang meliputi uji densitas, uji porositas, dan uji kekerasan/kekuatan. Serta melihat struktur morfologi menggunakan mikroskop MS-84 dan untuk pengujian kekerasan menggunakan alat California Bearing ratio (CBR) HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Nilai densitas Dengan menggunakan prinsip Arcimedes untuk menghitung besarnya densitas dalam sampel, dan hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam grafik 4.1 di bawah ini, diperoleh bahwa nilai densitas dengan komposisi lumpur Lapindo dan dolomit berkisar antara 1,25-1,59 g/cm3. Hasil pengukuran dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran A.

1.6 1.5 Densitas gcm -3 Porositas (%) Kekerasan 1 2 (kg cm -2 ) Porositas (%) Kekerasan 1 2 (kg cm -2 ) 36 3 Porositas Kekerasan 36 3 24 24 18 18 1.4 12 12 1.3 6 6 1.2 1 2 3 4 5 Variasi komposisi l umpur dan dolomit (% massa) Gambar 4.1 Distribusi denditas genteng keramik komposisi lumpur + dolomit 1 2 3 4 5 Komposisi lumpur dan dolomit (% massa) Gambar 4.3 Distribusi porositas genteng keramik komposisi lumpur + dolomit 4 Porositas Kekerasan 4 1.6 3 3 Densitas g cm -3 1.55 2 2 1.5 1 1 1.45 1 2 3 4 5 Komposisi lumpur dan fosfat (% massa) Gambar 4.2 Distribusi denditas genteng keramik komposisi lumpur + fosfat Dari hasil karakterisasi nilai densitas antara genteng Lumpur Lapindo dengan dolomit pada Gambar 4.1 dengan nilai densitasnya semakin menurun dengan penambahan bahan aditif dolomit, karena pada dolomit memiliki pori-pori yang lebih besar. Sehingga semakin besar penambahan komposisi dolomit (dalam % massa) akan menurunkan nilai densitas genteng press, sehingga densitas genteng press dengan aditif dolomit yang lebih banyak, akan memiliki densitas lebih rendah (Kiswanto, 211). Pada campuran lumpur Lapindo dengan fosfat Alam pada Gambar 4.2 menunjukkan nilai densitasnya tidak menurun drastis tetapi masih stabil yaitu nilai densitasnya 1,45-1,59 g cm-3, karena fosfat alam sebagai pengisi pori-pori lumpur Lapindo sehingga porinya lebih kecil dapat masuk ke dalam rongga lumpur lapindo yang kosong. 1.2 Nilai Porositas dan Kekerasan Dengan menggunakan hukum Archimedes kita dapat menghitung porositas, dan hasilnya pada gambar 4.3 dan 4.4: 1 2 3 4 5 Komposisi lumpur dan fosfat (% massa) Gambar 4.4 Distribusi porositas genteng keramik komposisi lumpur + fosfat Hasil karakterisasi nilai porositas dan kekerasan pada Gambar 4.3 dengan bahan aditif dolomit terlihat nilai porositasnya semakin naik dengan penambahan bahan aditif dolomit. Fungsi awalnya sebagai penguat ternyata sebaliknya sehingga mempengaruhi nilai kekerasannya yang menjadi berbanding terbalik. Pori dari dolomit yang lebih besar dari lumpur tidak dapat mengisi kekosongan rongga dalam lumpur sehingga mengakibatkan porositasnya tinggi dan kekuatannya semakin turun dan mudah pecah. Pada Gambar 4.4 dengan penambahan bahan aditif fosfat alam menunjukkan nilai porositas yang tidak turun tetapi cenderung lebih stabil, sehingga mempengaruhi nilai kekerasannya juga stabil. Poripori dari fosfat alam yang lebih kecil dapat mengisi kekosongan dari rongga-rongga dari lumpur Lapindo sehingga tidak membuat nilai porositasnya semakin tinggi dan kekerasannya rendah. Dengan nilai densitas yang baik adalah pada komposisi 95% lumpur Lapindo dan 5% dolomit, begitu juga untuk fosfat alam. 6

1.3 Nilai Densitas, Porositas dan Kekerasan dengan Komposisi Lumpur Lapindo, Dolomit, dan Posfat alam Prinsip Archimedes tidak hanya digunakan untuk mencari nilai densitas, tetapi juga digunakan untuk mengukur dan menghitung nilai porositas pada genteng keramik. Table hasil pengukuran nilai densitas, porositas dan kekerasan dengan menggunakan variasi komposisi bahan lumpur Lapindo, dolomit, dan fosfat dapat dilihat pada table dibawah ini: furnice terlihat nilai densitas semakin turun, nilai porositas semakin naik tetapi nilai kekerasannya masih terlihat stabil. Penambahan aditif dolomit dan fosfat alam dapat mengisi pori-pori lumpur Lapindo yang tidak terisi oleh dolomit. Sampel yang menunjukkan komposisi baik dengan cara A yaitu dengan nilai densitas Densitas=1,62 g cm-3, porositas=9,83%, kekerasan= 3343,95 kg cm-2 masuk dalam standart SNI dengan produk tingkat I karena nilai porositas di genteng SNI dari 12%-2% dan kekerasan berkisar 9-12 kgf mm-3. Table 1.1 Nilai Densitas, Porositas, dan Kekerasan dengan Komposisi Lumpur lapindo, Dolomit dan Fosfat No Komposisi (% massa) Parameter Lumpur Dolomit Posfat Densitas (g cm -3 ) Porositas (%) Kekerasan (kg cm -2 ) A B C A B C A B C 1 1 - - 1,64 3,13 1,23 7,93 9,41 15,91 1444,13 3497,89 1574,28 2 9 5 5 1,62 1,59 1,23 9,83 7,79 14,47 3343,95 213,23 2623,25 3 85 1 5 1,62 1,43 1,29 1,76 7,32 15,9 2659,24 1759,55 252,33 4 85 5 1 1,62 1,45 1,41 1,95 6,1 13,71 4617,24 2297,3 2381,4 5 8 1 1 1,48 1,26 1,38 12,42 8,28 16,61 1218,15 264,9 2399,21 6 8 15 5 1,6 1,37 1,26 1,86 1,47 17,61 246,19 2484,6 225,55 7 8 5 15 1,49 1,38 1,12 12,59 8,57 15,66 3216,56 2595,87 2623,26 8 75 15 1 1,5 1,51 1,27 13, 35 8, 15,7 3622,61 2468,4 2586,5 9 75 1 15 1,47 1,35 1,22 11, 8,21 15,9 324,45 2688,37 2325,58 1 7 2 1 1,47 1,34 1,29 11,7 8,21 14,81 2627,39 1613,76 212,33 11 7 1 2 1,47 1,44 1,43 13,46 7,92 14,94 1544,59 2345,68 213,23 Keterangan: A : Cara pembuatan genteng keramik dengan di press dan di furnice B : Cara pembuatan genteng keramik dengan di cetak dan di bakar manual C: Cara pembuatan genteng keramik dengan di cetak dan difurnice Dari hasil karakterisasi sampel pada tabel diatas yang terdiri dari data parallel. Dengan nilai densitas, porositas dan kekerasan pada Tabel 1.1 menggunakan variasi komposisi lumpur Lapindo, dolomit, dan fosfat. Cara pembuatan di press dan 61 Hasil karakterisasi dari campuran lumpur Lapindo, dolomit, dan fosfat alam dengan pembuatan dicetak di tempat pembuatan genteng, pembakaran manual. Nilai densitas lebih rendah dari hasil sebelumnya, dan nilai porositas yang lebih stabil tidak semakin turun, karena proses pembuatan yang ditambah dengan air kemudian di campurkan menjadi bentuk adonan dan di cetak, penambahan air ini yang membuat campuran aditif dolomit dan fosfat alam menjadi dapat masuk ke dalam pori-pori lumpur lapindo sehingga nilai porositasnya dan densitas rendah tetapi nilai kekerasannya tinggi. Pada

sampel kolom B menunjukkan komposisi yang baik yaitu: Densitas=1,35g cm-2, porositas= 8,21%, kekerasan=2688,37 kg cm-2 masuk dalam produk SNI dalam tingkat I. Untuk hasil karakterisasi campuran lumpur Lapindo, dolomit, dan fosfat alam dengan pembuatan di cetak di tempat pembuatan genteng, pada pembakaran yang difurnice. Kolom C menunjukkan densitasnya lebih rendah daripada cara dibakar, tetapi nilai porositasnya lebih besar yaitu berkisar 13,37-17,61g cm-2. Cara pembakaran menggunakan furnice dengan suhu tinggi dan tergaja stabil temperaturnya, sehingga dolomit sedikit bercampur dengan fosfat alam fungsinya untuk mengisi pori-pori dari lumpur Lapindo yang lebih besar. Karakterisasi dengan nilai uji baik pada densitas= 1,33 g cm-2, porositas= 14,47 %, kekerasan=2623,25 kg cm-2 berdasarkan dengan nilai porositas yang masuk dalam kategori II dalam standart SNI tetapi memiliki kekuatan yang baik. Genteng press yang memiliki kualitas baik adalah genteng press yang memiliki kekerasan tinggi atau tahan terhadap tekanan tinggi dan nilai densitas juga porositasnya tidak tinggi (Kiswanto,211). Dengan kekerasan tinggi genteng press menjadi tidak mudah pecah, dan dengan nilai porositas yang rendah membuat genteng press tersebut tidak banyak air yang diserap pada saat hujan sehingga lebih awet tidak ditumbuhi lumut. Densitas dengan nilai yang rendah membuat berat genteng cenderung lebih ringan sehingga tidak member beban yang besar terhadap penyangga atap rumah. Visualisasi untuk gambar diatas: - Pada campura lumpur Lapindo+fosfat alam Pori-pori fosfat alam Gambar 1.1 pori-pori fosfat alam yang masuk ke lumpur Lapindo - Pada campuran lumpur Lapindo+ dolomit Pori-pori dolomit Gambar 1.2 pori-pori dolomit yang masuk ke lumpur Lapindo Dari gambar diatas diketahui bahwa dengan penambahan fosfat alam dapat mengisi pori-pori dari lumpur Lapindo yang lebih besar, sehingga nilai densitasnya tinggi. Untuk nilai porositas yang berbanding terbalik dengan densitas, dan nilai kekersannya menjadi lebih tinggi tidak semakin menurun tetapi berada ditengah-tengah. Sedangkan pada dolomit yang memiliki nilai densitas lebih tinggi dari pada lumpur Lapindo, sehingga pori-pori dari lumpur Lapindo tidak dapat diisi oleh dolomit sepenuhnya sehingga membuat nilai dari porositasnya tinggi dan nilai densitas rendah, sehingga membuat kekerasannya menjadi menurun, karena semakin banyak penambahan dari dolomit membuat genteng itu semakin rapuh. Hasil pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1x untuk masing-masing sampel dengan komposisi lumpur Lapindo dan dolomit dalam penelitian ini ditunjukkan pada komposisi 95% lumpur Lapindo dan 5% dolomit dapat dilihat pada gambar dibawah ini dengan kadar dolomit yang rendah membuat nilai porositas rendah dan kekuatannya tinggi. Sedangkan semakin banyak komposisi dolomit yang dipakai maka semakin banyak terlihat dolomit dalam sampel, dan warnanya putih, yang membuat nilai porositas semakin naik karena pori-pori dolomit yang besar sehingga tidak seluruhnya masuk dalam pori-pori lumpur Lapindo. Hasil pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x dapat dilihat dalam gambar menunjukkan bahwa posfat telah masuk ke dalam pori-pori lumpur Lapindo yang membuat nilai porositas dari lumpur itu tidak terlalu tinggi. 62

Tabel 1.2. Pengamatan Morfologi satu bahan aditif Komposisi (%massa) 75+25 55+45 5+5 Tabel 1.3. Pengamatan Morfologi dua bahan aditif. Komposisi (% massa) 1 9+5+5 75+15+ 1 7+1+ 15 Lumpur + Dolomit lumpur + dolomit+ Fosfat alam (press & furnice) lumpur + dolomit+ fosfat alam (cetak & press) Lumpur Lapindo + fosfat alam lumpur + dolomit+ fosfat alam (cetak & furnice) Dalam uji mikroskop pada Tabel 1.3 diatas, komposisi bahan menggunakan lumpur Lapindo 1% dan perbesaran 1x tidak terlihat warna putih seperti gambar yang menggunakan dolomit. Terlihatn titik yang bersinar itu adalah silika. Pada data pengamatan nilai porositasnya rendah, dan untuk gambar dengan komposisi 75% lumpur Lapindo, 15% dolomit, dan 1% fosfat alam dan perbesaran 1x terlihat adanya warna putih dolomit dan fosfat alam yang waktu sintering mengisi pori-pori pada lumpur Lapindo, yang mempengaruhi nilai porositasnya menjadi rendah. dengan menggunakan perbesaran 1x terlihat adanya bintik coklat dan putih saling bercampur yang mengisi rongga-rongga kosong dari lumpur Lapindo. Dengan komposisi yang sama dan dengan pembuatan dan pembakaran yang berbeda 7 ternyata memperlihatkan hasil morfologi dari sampel hamper sama. Dari hasil morfologi ini kita dapat melihat permukaan dari sampel genteng keramik dengan penambahan aditif itu saling mengisi pori-pori lumpur. KESIMPULAN Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu hasil pengamatan morfologi dengan menggunakan Digital CCD Mokroskop MS-84 menunjukkan bahwa bahan aditif fosfat dapat mengisi pori-pori dari lumpur Lapindo. Pada gambar ditunjukkan adanya bintik coklat pada penambahan bahan aditif fosfat. Untuk penambahan bahan aditif dolomit terlihat semakin banyak bintik putih yang bercampur dengan lumpur. lumpur Lapindo, dolomit, dan fosfat alam terlihat dalam mikroskop bintik putih dan coklat yang bercampur. Karakterisasi sifat mekanik dengan campuran lumpur dan dolomit didapatkan nilai porositas yang semakin tinggi sehingga nilai kekerasan berbanding terbalik. Untuk karakterisasi lumpur dan fosfat didapatkan dengan nilai densitas, porositas,dan kekerasan yang lebih stabil. Dengan mengutamakan kekerasan maka kita dapat menyimpulkan bahwa komposisi optimum genteng press pada komposisi 75% lumpur Lapindo, 1% dolomit, dan 15% fosfat alam. Adapun karakteristik genteng press pada komposisi tersebut adalah sebagai berikut: densitas= 1,35 g/cm3, porositas =8,21% dan kekerasan = 2688,37 kg/cm2. Sehingga penelitian ini sesuai dengan tujuan menghasilkan genteng keramik kuat, dengan porositas rendah, dan densitas rendah sesuai dengan standar SNI. DAFTAR PUSTAKA Amin, Moh & Bagus Irawan.21. Pengaruh Tekanan Kompaksi dan Suhu Sintering Terhadap Kekerasan Keramik Lumpur Lapindo. Jurnal Unimus ISBN: 978.979.74.883.9: 29-295. Deputi Bidang TPSA-BPPT, 26, Pengelola Luapan Air dan Lumpur di Porong Sidoarjo, Sidoarjo. Gunradi, Rudy dan Suprapto, Sabtanto Joko.27.Penelitian Endapan Lumpur Di daerah Porong Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur. Pusat Sumber Daya Geologi. Sidoarjo Jawa Timur. Kiswanto, Heri. 211, Optimasi Sifat sifat Mekanik Genteng Press dengan Bahan Adiktif Silika dan Dolomit. Skripsi Semarang. Universitas Negeri Semarang 63

Kurniasari, Heni Dwi. 28. Solidifikasi Limbah Alumina dan Sand Blasting PT. Pertamina IV Cilacap sebagai Bahan Pembuat Keramik. Skripsi Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia. Lasino, dkk, 21, Penelitiann Pemanfaatan Lumpur Sidoarjo untuk Bata Merah Dan Genteng. Jurnal Permukiman,5 (3): 132-138. M. Paganelli, D. Sighinolfi. (29).Ceramic Forum International. DKG 86 No. 3 Mohsen, Q & El-maghraby,21. Characterization and Assesment of Saudi Clays Raw Material at Different Area. Arabian Journals of Chemistry. 3: 271-277 Mukono dan Triwulan, 26, Bahan Bangunan dari Lumpur Lapindo Aman bagi Kesehatan. ITS : Surabaya. http://www.its.ac.id/semuaberita.php. Musabbikhah, Putro Sartono, 27. Variasi Komposisi Bahan Genteng Soka Untuk Mendapatkan Daya Serap Air Yang Optimal. Jurnal Media mesin, 8(2): 59 64 ISSN 1411 4348. Setyowati, E. W,29. Lapindo sebagai untuk meningkatkan Kekuatan Genteng Keramik. Jurnal Tek nik Sipil,3 (1): 1978-5658. Setyowati, E. W. dan Dwiyanto A, 27 a, Pengaruh Penggunaan Lumpur Lapindo Terhadap Kuat Lentur Genteng Keramik. Malang Jurusan Sipil Fakultas Teknik Unibraw. Wirayasa, Made Anom, dkk, 27, pemanfaatan Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Pengganti Tanah Liat pada Produksi Genteng Keramik. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 11 (2): 29-36. 64