Tim Yayasan Silvagama Dipresentasikan kepada Balai TN Way Kambas Tridatu, 29 Okt 2013 Konsorsium ALeRT-UNILA
Tahun pertama per bulan Tahun kedua per 3 bulan Tahun ketiga per setengah tahun Tahun keempat per setengah tahun Tahun kelima per setengah tahun Jadi selama 5 tahun dilakukan 22 kali pengambilan gambar.
L
Lokasi yang dipilih adalah Rawa Kadut. Rawa Kadut termasuk dalam wilayah Bungur. SPTN Wilayah II Bungur terbagi menjadi 4 (empat) Resort Pengelolaan Taman Nasional, yaitu RPTN Toto Projo, RPTN Umbul Salam, RPTN Rantau Jaya Ilir dan RPTN Cabang. Wilayah SPTN Wilayah II Bungur bertopografi dataran rendah. Tipe hutannya terdiri dari hutan pantai, hutan rawa dan hutan dataran rendah. Tumbuhan alang-alang tumbuh di sebagian besar kawasan. Bataswilayah SPTN II Bunguradalahsebagaiberikut : Sebelah Utara berbatasan dengan perkampungan dan lahan pertanian Kabupaten Lampung Tengah & Kabupaten Tulang Bawang.. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa dan SPTN Wil I Way Kanan. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah SPTN I Way Kanan dan SPTN III Kuala Penet. Sebelah Barat berbatasan langsung dengan pemukiman warga di Kabupaten Lampung Timur.
Kerawanan gangguan hutan yang terjadi di wilayah SPTN II Bungur adalah pengrusakan kawasan hutan, pengrusakan sarana dan prasarana perlindungan hutan, pencurian hasil hutan, perburuan satwa liar dan peredaran flora dan fauna. Karenanya sangat diperlukan kegiatan patroli rutin pengamanan hutan.
Dekat dengan sumber air yang mengalir sepanjang tahun, yaitu Sungai Kadut kebutuhan penyiraman tanaman dan pemadaman api jika terjadi kebakaran. Dilindungi benteng alam terhadap kebakaran yang meluas dikelilingi oleh sungai dan lekukan lembah. Titik awal minimalisir ilalang secara sistemik di tengah hamparan sehingga bisa diperluas ke segala arah. Mendekat ke hutan alam Way Kambas dapat menjadi penghubung perluasan hutan alam Way Kambas. Berada paling utara dari restorasi selama ini deteksi dini dan atau filter masuknya manusia dari arah utara Resort Bungur. Mempunyai nilai konservasi tinggi sering dikunjungi satwa liar seperti gajah.
Pembibitan Yang dimaksud dengan pembibitan adalah tempat pembuatan bibit dimana dilakukan serangkaian kegiatan-kegiatan pembibitan yang bertujuan untuk menghasilkan produk bibit bermutu dengan jumlah yang banyak dan harga yang murah. Bibit ini dapat berbentuk semai, stek, sambungan dan okulasi Bibit berasal dari: Bibit siap tanam dengan pembelian Cabutan Bibit cabutan sebaiknya memenuhi persyaratan: Legal (dapat dipertanggungjawabkan asalnya) Ekologis (tumbuhan asli bukan tumbuhan eksotir) Sosial (melibatkan masyarakat dalam pembibitan dan penanaman)
Penentuan lokasi persemaian harus didahului dengan observasi lapangan, untuk memilih lokasi persemaian-persemain yang baik, beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangkan adalah: Letak lokasi pembibitan lokasi persemaian berada sedekat mungkin dengan lokasi penanaman, areal persemaian terbuka dan terkena sinar matahari langsung, mudah dijangkau setiap saat dan terlindung dari angin kencang. Ketersediaan air Adanya sumber air dan persediaan dalam jumlah yang cukup di dekat persemaian sangat memudahkan keberhasilan persemaian. Pada umumnya sumber air dikawasan hutan adalah berupa sungai, mata air dan air dalam tanah, jiga ir berupa air hujan merupakan sumber air yang banyak diharapkan oleh para pengelola persemaian.
Bahan dan peralatan pembibitan Bahan yang akan diperlukan dalam melakukan pembibitan antara lain : benih yang akan dikembangkan, pupuk kandang, sekam padi, pelastik bening, wairing net (untuk naungan, mengurangi sinar matahari) dan polibag. Fasilitas persemaian Untuk membangun pembibitan maka perlu disiapkan fasilitas pendukung. Tempat penyemaian benih Pada dasarnya tempat penyemaian benih dapat dilakukan berdasarkan pada kelompok ukuran benih yaitu, penyemaian benih ukuran besar dan penyemaian benih ukurah sedang, pada penyemaian benih puspa, salam dan jambon tidak perlu membuat penyemaian ukuran besar akan tetapi cukup dengan melakukan penyemaian dengan ukuran sedang. Naungan persemaian Pertumbuhan bibit saat masih kecil tidak tahan terhadap penyinaran cahaya matahari secara langsung, oleh karena itu perlu diberikan naungan. Untuk membuat naungan maka perlu tiang dan atap. Tiang dapat dibuat dari bambu yang tahan lama. Bagian atap diberi naungan, tinggi disesuaikan agar tidak mengganggu saat orang berdiri. Secara sederhana naungan dapat dibuat dari alang-alang, namun pada umumnya kondisi ini menghasilkan naungan yang tidak seragam terhadap semua bibit yang di bedeng, bahkan memberikan naungan yang lebih gelap. Untuk menghasilkan pencahaan yang seragam maka diusahakan menggunakan paranet,r yangsangat penting
Sarana perairan Air merupakan faktor penting dalam melakukan persemaian. Oleh karena itu lokasi persemaian dibuat tidak jauh dari sumber air ataupun dari tempat penampungan air.
Jenis asli Tahan api Pakan Satwa Pertumbuhannya cepat Ketersediaan bibit mencukupi
Berdasarkan survey lapangan, diperoleh informasi tentang jenis bibit yang tersedia Jenis-jenisnya antara lain: Spesies Tahan api Pakan gajah Persentase Jumlah Mentru ( Schima sp. ) 50 15.889 Sungkai (Pheronema sp.) 20 6.336 Salam 20 6.336 Jambon (Eugenia sp.) 10 3.178
Jenis asli Tahan api Pakan Satwa Pertumbuhannya cepat Ketersediaan bibit mencukupi
Total area tanam: 26 hektar Jarak tanam: 3 x 3 meter Persen kematian: 10% karena tidak ada angka pembanding, angka ini ditetapkan sebagai angka asumsi. Persen kematian ini sudah mencakup kematian saat pembibitan, kematian saat pemindahan bibit, hingga kematian pasca tanam (kebutuhan sulam). Maka kebutuhan jumlah bibit = bibit aktual + 10 % bibit aktual = (luas areal tanam : jarak tanam) + 10% bibit aktual = (26.000/9) + (10% x 26.000/9) = 28.889 + 2.889 = 31.778 bibit
Kebutuhan Pembibitan Polibag = 25 kg Rp. 725.000 Tanah Sekam padi Rp. 100.000 Plastik cor 1,5 gulung Rp 600.000 Kebutuhan lainnya: Upah kerja masyarakat membuat pembibitan 31.778 Rp. 7000.000 Total Rp. 8.425.000
Bambu 25 batang Rp. 1.500.000 Wairing net 1 Gulung Rp. 1000.000 Tali plastik Rp. 50.000 Kebutuhan lainnya Biaya angkut dan pembelian bambu Rp. Total Rp. 2.550.000 Jumlah Total (Pembibitan+ naungan semai) RP. 10.975.000
Pembuatan naungan Pembuatan naungan untuk bibit dengan jumlah 31.778 dibutuhkan naungan dengan luas 15 x 20 meter Pencampuran tanah dengan sekam padi Penyiraman tanah sebelum ditanam Penanaman bibit Penutupan bibit oleh plastik Dilakukan selama 1 bulan. Hal ini dilakukan untuk menjaga suhu didalam tutupan menjadi panas sehingga. Perawatan 2 bulan sebelum ditanam Total waktu yang dibutuhkan selama pembibitan sekitar 3 bulan
Fungsi posko Tempat peristirahatan para pekerja Tempat berlindung dan berteduh Sebagai tempat perlindungan dari satwa liar Sebagai tempat monitoring restorasi
No Ukuran Keterangan 1 8 x 12 x 400 sentimeter Rangka utama 2 8 x 16 x 400 sentimeter Selarak 3 5 x 10 x 400 sentimeter Senta 4 5 x 5 x 500 sentimeter Kaso 5 5 x 7 x 400 sentimeter Siku palang 6 3 x 25 x 400 sentimeter Lantai 7 2 x 25 x 400 sentimeter Dinding
Tugas masyarakat adalah merawat tanaman dan menjaga tanaman dari kebakaran. Tugas Polhut untuk memonitoring kawasan dari kebakaran dan perburuan satwa liar. Pendamping Kegiatan terdiri atas: Pak Adam Pendamping kegiatan di lapangan Pak Prapto. Petugas yang berada di pos setiap hari terdiri atas: Dua orang masyarakat bertugas merawat dan menjaga tanaman Dua orang POLHUT pengamanan dan patroli (Patroli 1 bulan 1 kali di lokasi 60 ha) [terima kasih]