TEKNIS ADMINISTRASI DAN YUDISIAL DALAM BANTUAN BIAYA PERKARA PRODEO Oleh : Isep Rizal Muharam (Hakim PA Kotabumi) Ada dua jenis perkara prodeo pada pengadilan. Pertama, perkara prodeo yang dibiayai oleh negara melalui DIPA, kedua, perkara prodeo yang tidak dibiayai (prodeo murni). Kedua jenis perkara prodeo tersebut pada intinya sama yaitu Pembebasan pihak berperkara dari biaya perkara, tetapi berbeda dalam teknis yudisial dan teknis administrasinya. Dalam kategori teknis yustisial dan juga teknis administrasi penangan perkara prodeo murni hampir tidak menemukan multi tafsir, tetapi sangat berbeda sekali dengan penangan perkara prodeo yang dibiayai dari DIPA yang sering menimbulkan multi tafsir, meskipun telah ada juklaknya. Adanya multi tafsir tersebut jelas akan menimbulkan preseden atas akuntabilitas, kredibiltas dan transfaransi lembaga peradilan, mengapa? karena perkara prodeo yang dibiayai DIPA terdapat uang negara/apbn yang harus dipertanggungjawabkan. Sebagai bahan diskusi, Makalah ini mencoba mendekati masalah perkara prodeo dari DIPA dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan teoritis, pendekatan deskriptif dan pendekatan yang berhubungan dengan permasalahan. Anatomi yuridis perkara prodeo dari DIPA Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 D (1) menyatakan dengan tegas bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Jaminan negara ini kemudian dijabarkan dalam berbagai Undang-Undang dan peraturan yang berkaitan dengan akses masyarakat terhadap hukum dan keadilan. Dalam lingkup peradilan, Pasal 56 UU No. 48/2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman dan pasal 60B ayat (1) dan ayat (2) UU No. 50/2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 7/1989 Tentang Peradilan Agama menyebutkan bahwa setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum dan negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu. Pasal 57 UU No. 48/2009 dan Pasal 60 (c) UU No. 50/2009 juga mengatur bahwa di setiap Pengadilan dibentuk Pos Bantuan Hukum untuk pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum. Dalam ayat berikutnya disebutkan bahwa bantuan hukum tersebut diberikan secara cuma-cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Selanjutnya, Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum, yang untuk lingkungan Peradilan Agama diikuti oleh Keputusan Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Agama dan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor : 04/TUADA- AG/II/2011 dan Nomor : 020/SEK/SK/II/2011, tentang Petunjuk pelaksanaan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 10 Tahun2010, tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran B. SEMA dan juklaknya tersebut, selanjutnya dijadikan rujukan dalam pelayanan bantuan hukum pada Pengadilan, dan agar mudah memahaminya, penulis mencoba memilahnya khusus masalah Pelayanan perkara prodeo pada dua kategori sebagaimana di bawah ini 1
Teknis Administrasi Teknis Yudisial 1. Pe mengajukan gugatan/permohonan dengan dilampiri : - SKTM yang ditandangani oleh Kepala Desa yang menyatakan bahwa tidak mampu membayar biaya perkara. atau - Surat jaminan sosial : BLT, Jamkesmas, KKM (Pasal 3 ayat 1 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 1 Juklak SEMA 10/2010) 2. Meja I membuat SKUM nihil, Kasir mencatat dalam jurnal keuangan Rp. 0,00 (Nihil). (Pasal 2 ayat 1 dan 2 Juklak SEMA 10/2010) 3. Kasir mencatat biaya Panggilan pertama para pihak dalam buku induk dan buku Jurnal dengan nilai Rp. 0,00 Nihil. (Pasal 2 ayat 5 Juklak SEMA 10/2010) 4. Prodeo dikabulkan, Panitera sidang menyerahkan salinan amar putusan sela ke KPA, kemudian KPA membuat surat keputusan bahwa biaya dibebankan pada DIPA. (Pasal 8 ayat 2 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 7 Juklak SEMA 10/2010 ) 5. Bendahara Pengeluaran berdasarkan SK tersebut, menyerahkan biaya kepada Kasir sesuai POK dalam DIPA dengan bukti Kwitansi. (Pasal 8 ayat 3 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 8 Juklak SEMA 10/2010) 6. Kasir membuat SKUM dan membukukan bantuan biaya perkara tersebut dalam Jurnal, dan mengeluarkannya sesuai perintah KM selama proses perkara berlangsung, dengan mengalokasikan biaya materai terlebih dahulu. (Pasal 8 ayat 4 dan 5 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 10 Juklak SEMA) 7. Kasir membuat Kwitansi rangkap dua setiap mengeluarkan biaya, yang aslinya disampaikan kepada bendahara Pengeluaran. (Pasal 9 ayat 1 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 11 Juklak SEMA) 8. Kasir melaporkan kepada KPA/PPK jika biaya habis, selanjutnya KPA membuat surat keterangan yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Agama bahwa biaya perkara habis, lalu Ketua Pengadilan Agama membuat surat perintah kepada panitera bahwa proses perkara dilaksanakan secara prodeo murni. (Pasal 8 ayat 6 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 12,13,14 Juklak SEMA) 9. Sisa bantuan biaya perkara dikembalikan kepada KPA (bendahara keuangan) untuk selanjutnya dikembalikan ke Kas Negara. (Pasal 8 ayat 7 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 15 Juklak SEMA) 10. Buka jurnal ditutup setelah perkara diputus. (Pasal 2 ayat 17 Juklak SEMA) 1. Panggilan pertama oleh Jurusita tanpa biaya. (Pasal 8 ayat 1 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 5 Juklak SEMA 10/2010) 2. Majelis hakim yang telah ditunjuk, membuat putusan sela dikabulkan/tidak tentang Prodeo dalam sidang insidentil, setelah diberikan kesempatan kepada lawan untuk menanggapinya. (Pasal 4 ayat 3 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 6 Juklak SEMA 10/2010) 3. Putusan sela dimuat secara lengkap dalam BAP (Pasal 4 ayat 4 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 6 Juklak SEMA 10/2010 ) 4. Prodeo ditolak Pe diperintahkan membayar, dalam tenggang waktu 14 hari sejak putusan sela Pe tidak membayar maka gugatan/perm dicoret dari daftar perkara (Pasal 4 ayat 5 SEMA 10/2010, Pasal 2 ayat 16 Juklak SEMA) 5. Amar putusan akhir berbunyi Biaya yang timbul dalam perkara ini sejumlah Rp... dibebankan kepada Negara (Pasal 2 ayat 18 Juklak SEMA dan Buku II) 6. Jumlah pembebanan biaya dalam amar Putusan sebagaimana yang tercantum dalam buku Jurnal keuangan. (Pasal 2 ayat 17 Juklak SEMA) 7. Komponen Biaya prodeo : a.biaya Pemanggilan para pihak b. Biaya Pemberitahuan Isi Putusan c. Biaya Sita Jaminan d. Biaya Pemeriksaan Setempat e. Biaya Saksi/Saksi Ahli f. Biaya Eksekusi g. Biaya Meterai h. Biaya Alat Tulis Kantor i. Biaya Penggandaan/Photo copy j. Biaya Pemberkasan dan Penjilidan berkas perkara yang diminutasi k. Biaya pengiriman berkas (Pasal 7 ayat 2 SEMA 10/2010) 2
Prosedur Deskriptif Penyelesian Perkara Prodeo Atas dasar pemilahan aturan tersebut diatas, maka tergambar bahwa perkara prodeo dari DIPA mengatur tentang teknis Administrasi (Pengelola DIPA dan Perkara) dan teknis yudisial. Sebagai urun rembug dalam diskusi ini, penulis mencoba mendeskripsikan Teknis penyelesaian perkara prodeo sebagai berikut : 1. Teknis Administrasi (meliputi Pengelolaan DIPA dan Perkara) 1.1 Meja I menerima gugatan/permohonan perkara prodeo yang dilampiri SKTM atau yang sejenisnya, lalu membuat SKUM dengan nilai Rp. 0,00 (nihil) 1.2 Kasir mencatat pada Jurnal keuangan Rp. 0,00 (nihil), dan juga mencatat biaya panggilan pertama pada buku induk dan Jurnal keuangan perkara Rp. 0,00 (nihil) 1.3 Prodeo dikabulkan, KPA/PPK berdasarkan salinan amar putusan Sela membuat Surat Keputusan yang menyatakan bahwa biaya perkara dibebankan pada DIPA. (form terlampir) 1.4 Bendahara berdasarkan SK KPA/PPK, menyerahkan uang sebesar POK kepada kasir dengan bukti Kwitansi. (form terlampir) 1.5 Kasir membuat SKUM dengan nilai sesuai POK, dan mencatatkan pada buku jurnal dengan tulisan bantuan biaya Perkara yang nilainya sesuai POK. 1.6 Kasir mengeluarkan biaya perkara selama proses persidangan sesuai perintah KM dengan disertai bukti kwitansi rangkap dua yang aslinya disampaikan ke bendahara, dengan terlebih dahulu mengalokasikan biaya materai. (form terlampir) 1.7 Kasir melaporkan kepada KPA/PPK bila terjadi kekurangan biaya, lalu KPA/PPK membuat surat keterangan yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan, selanjutnya Ketua Pengadilan membuat surat perintah kepada Panitera bahwa perkara dilaksanakan dengan prodeo murni. (form terlampir) 1.8 Kasir menyerahkan sisa biaya perkara dalam hal kelebihan biaya, kepada bendahara dengan bukti kwitansi untuk selanjutnya dikembalikan kepada kas negara. (form terlampir) 1.9 Kasir menutup buku jurnal keuangan perkara setelah perkara ditutup. 1.10 Transaksi pengeluaran keuangan berupa bukti kwitansi, dijadikan bukti pertanggung jawaban keuangan prodeo ke kas negara. 2. Teknis yudisial 2.1 Berkas perkara diproses sesuai Bindalmin (PMH, PHS, Penunjukan PP dan JSP) 2.2 Dalam sidang pertama sebelum memeriksa pokok perkara, majelis hakim yang ditunjuk memeriksa terlebih dahulu (sidang insidentil) permohonan prodeo dan memutusnya dengan putusan sela. (form terlampir) 2.3 Pembuktian prodeo dengan alat bukti tertulis. (pembuktian yang ditentukan oleh UU jo Pasal 274 RBg) 2.4 Amar Putusan akhir mencantumkan nominal biaya prodeo yang dibebankan kepada negara, sesuai dengan jumlah pengeluaran biaya yang tercantum dalam jurnal keuangan. 2.5 Komponen rincian biaya perkara prodeo terdiri dari biaya panggilan para pihak, biaya pemberitahuan isi putusan, alat tulis kantor (ATK) dan biaya Materai. Asas Administarsi dan Asas Yudisial Secara teoritis peraturan perundang-undangan merupakan suatu sistem yang tidak menghendaki dan tidak membenarkan adanya pertentangan antara unsur-unsur atau bagian-bagian di dalamnya. Peraturan perundang-undangan saling berkaitan dan merupakan bagian dari suatu sistem. Kebutuhan tentang peraturan perundang-undangan yang harmonis dan terintegrasi menjadi sangat diperlukan untuk mewujudkan ketertiban, menjamin kepastian dan perlindungan hukum. 3
Secara praktis keterbatasan kapasitas para pemangku kepentingan, dalam memahami dan menginterpretasikan peraturan yang ada, berakibat pada terjadinya penerapan aturan yang tidak efektif/multitafsir. Berangkat dari dasar pemikiran tersebut langkah awal yang harus ditempuh adalah melakukan harmonisasi sistem interpretasi dan pemahaman hukum terhadap unsur-unsur atau bagianbagian dalam peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan ketertiban, menjamin kepastian dan perlindungan hukum di Indonesia. Salah satu upaya dalam melakukan harmonisasi sistem dalam peraturan, adalah dengan memahami asas-asas yang terkandung dalam peraturan tersebut. a. Asas-asas Administrasi Dalam rancangan undang-undang Administrasi Pemerintah, terdapat asas-asas dalam penyelenggaraan administrasi, yang antara lain : 1. Asas Kepastian hukum, maksudnya adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, keajegan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan. 2. Asas Akuntabilitas, maksudnya adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku. 3. Asas efisiensi dan efektif, maksudnya asas penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan yang berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber daya untuk mencapai hasil kerja yang terbaik, serta penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdayaguna. 4. Asas tertib Administrasi, maksudnya asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan. Tertib Administrasi merupakan kegiatan tata usaha kantor (catat-mencatat, mengetik, menggandakan, dan sebagainya) dengan tujuan untuk pengarsipan berkas agar tidak tumpang tindih sehingga data yang terekam benar - benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan. b. Asas-Asas Yudisial Asas yudisial yang dimaksud adalah asas hukum acara yang dipakai di Pengadilan, yang antara lain sebagai berikut : 1. Asas Cepat, sederhana dan Biaya ringan, maksudnya dalam pemeriksaan hakim harus cerdas dalam menginventarisir dan mengidentifikasi persoalan dengan penggalian alat bukti, dengan acara yang jelas dan tidak terbelit-belit sehingga tidak terjebak dalam formalitas persidangan, dengan penghitungan biaya yang logis, rinci dan transparan. 2. Asas Legalitas, maksudnya semua tindakan yang dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan peradilan harus berdasarkan hukum, mulai dari panggilan, pemeriksaan sampai pada putusan, harus berdasarkan hukum bukan selera hakim. 3. Asas Equality, maksdunya setiap yang berperkara adalah sama haknya dan kedudukannya, 4. Asas Pertimbangan Hukum (Racio Decidendi), maksudnya segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan tersebut, memuat pula peraturan perundangan-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum yang dijadikan dasar untuk mengadili. 4
Daftar referensi Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum, Lampiran B Keputusan Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Agama dan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor : 04/TUADA-AG/II/2011 dan Nomor : 020/SEK/SK/II/2011, tentang Petunjuk pelaksanaan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 10 Tahun2010, tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran B Draf final rancangan Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan, home.snafu.de/.../0la1_pemerintah%20bukanlah%20negara_.. di donwload tanggal 20 Juni 2012 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, 2000, Kencana, Jakarta Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, 1999, Cet. II Yogyakarta, Liberty Yogyakarta 5
LAMPIRAN LAMPIRAN Form. 1.3 SURAT KEPUTUSAN (Nomor surat sesuai dengan surat keluar) Tentang Pembebanan Biaya perkara pada DIPA Kuasa Pengguna Anggaran Pengadilan Agama Kotabumi Menimbang Mengingat : a. Bahwa atas dasar putusan sela nomor ------ tertanggal---------- b. Bahwa biaya prodeo adalah biaya proses berperkara dipengadilan yang dibiayai oleh DIPA Pengadilan. b. Bahwa pengeluaran atas beban belanja negara, perlu dibuatkan keputusan oleh KPA / PPK : a. Undang-Undang nomor 50 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undangundang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. b. Undang-undang nomor 15 tahun 2004 Tentang pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan negara. c. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman bantuan hukum Lampiran B. d. Keputusan ketua muda urusan Lingkungan peradilan Agama dan sekretaris mahkamah Agung RI Nomor 04/TUADA-AG/II/2011 dan nomor 020/SEK/SK/II/2011 MEMUTUSKAN Menetapkan : PERTAMA : Menyatakan bahwa biaya perkara nomor ---------- dibebankan kepada DIPA Pengadilan Agama Kotabumi KEDUA : Memerintahkan kepada bendahara pengeluan Pengadilan Agama Kotabumi untuk mengeluarkan bantuan biaya perkara dari DIPA kepada kasir Pengadilan Agama Kotabumi Ditetapkan di : Kotabumi Pada tanggal : 27 Juni 2012 Kuasa Pengguna Anggaran Dra.Hj. Zuraida, MH ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Form 1.4 BUKTI PENYERAHAN BANTUAN BIAYA PERKARA PRODEO Bendahara Pengeluaran Pengadilan Agama Kotabumi, telah menyerahkan uang sebesar Rp. 300.000,00 (Tiga ratus ribu rupiah) kepada kasir Pengadilan Agama, untuk bantuan biaya perkara prodeo nomor ---------------- dari DiPA Pengadilan Agama Kotabumi. Kotabumi, 28 Juni 2012 Bendahara Pengeluaran, Kasir, EDWAN SAPUTRA YULIANITA, SH 6
Form 1.6 SURAT PERINTAH Ketua Majelis hakim, memerintahkan kepada kasir Pengadilan Agama Kotabumi untuk mengeluarkan biaya perkara, sebesar Rp --------------------------------- Keperluan biaya* : 1. Panggilan P / T 2. Pemberitahuan putusan P / T 3. ATK 4. Materai Ket. Lingkari sesuai keperluan Kotabumi, 29 Juni 2012 Ketua Majelis Hakim, Drs. Aminudin --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Form 1.7 SURAT KETERANGAN Kuasa Pengguna Anggaran Kotabumi berdasarkan laporan dari kasir tentang kekurangan bantuan biaya perkara nomor ---------------- dari DIPA, dengan ini menerangkan bahwa bantuan biaya perkara tersebut telah habis. Kotabumi, 29 Juni 2012 Kuasa Pengguna Anggaran Dra. Hj. Zuraida, MH -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- SURAT PERINTAH Ketua Pengadilan Agama Kotabumi berdasarkan surat keterangan dari Kuasa Pengguna Anggaran, dengan ini memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Kotabumi bahwa proses perkara nomor -------------- dilaksanakan secara prodeo murni (tanpa biaya). Kotabumi, 29 Juni 2012 Ketua Pengadilan Agama Kotabumi, Dra. Siti Zurbaniyah, SH, MH --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Form 1.8 BUKTI PENYERAHAN SISA BANTUAN BIAYA PERKARA PRODEO Kasir Pengadilan Agama Kotabumi, telah menyerahkan uang sebesar Rp. 100.000,00 (Seratus ribu rupiah) kepada Bendahara Pengeluaran Pengadilan Agama, yang merupakan sisa bantuan biaya perkara prodeo nomor ---------------- dari DiPA Pengadilan Agama Kotabumi. Kotabumi, 28 Juni 2012 Bendahara Pengeluaran, Ttd EDWAN SAPUTRA Kasir, YULIANITA, SH 7
Form 2.2 AMAR PUTUSAN SELA MENGADILI Sebelum putusan ahir, Majelis Hakim terlebih dahulu menjatuhkan putusan sela sebagai berikut : 1. Mengabulkan permohonan Pe untuk berperkara secara prodeo;* 2. Membebankan biaya perkara kepada Negara, melalui DIPA Pengadilan Agama Kotabumi;** 3. Menangguhkan biaya perkara pada putusan ahir;*** Keterangan : * Jawaban atas petitum Pe (berdasarkan bukti-bukti, Juklak Pasal 1 ayat 8-9) ** Dasar KPA untuk mengeluarkan bantuan Biaya (berdasarkan SEMA dan Juklak Psl 1 ayat 10-11) *** Jumlah biaya perkara belum bisa diprediksi. (SEMA dan Juklak Psl 2) 8