1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi daerah yang dimuat dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Otonomi daerah pada dasarnya diarahkan untuk meningkatan kinerja pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Menurut (Nordiawan dan Ayuningtyas, 2010:24) daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah dalamrangka memberikan pelayanan, meningkatkan peran serta, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu kewenangan yang diterima oleh pemerintah daerah yaitu berkaitan dengan masalah anggaran. Karena dengan adanya otonomi daerah, kebijakan penyusunan anggaran daerah tidak lagi disusun oleh pemerintah pusat, melainkan disusun oleh pemerintah daerah tersebut. Penganggaran dalam organisasi sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam suatu moneter (Mardiasmo, 2002:61).Sebagai salah satu implementasi dari manajemen berbasis kinerja pemerintah Republik Indonesia, sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, anggaran merupakan alat yang digunakan dalam melakukan proses penyusunan rencana kerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).Dalam penyusunan rencana kerja masing-masing program SKPD mencakup semua perincian uraian mengenai nama program, 1
2 tujuan dan sasaran program, periode pelaksanaan program, sumber daya yang dibutuhkan, alokasi dan indikator kerja. Seluruh program yang telah disusun oleh masing-masing unit kerja, selanjutnya diserahkan kepada panitia eksekutif. Panitia eksekutif selanjutnya menganalisa dan mengevaluasi program-program yang akan dijadikan rencana kerja di masing-masing unit kerja berdasarkan program kerja yang masuk ke panitia eksekutif, selanjutnya disusun ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD, yang nantinya akan dibahas oleh panitia legislatif. Dalam konteks organisasi pemerintahan sangat dibutuhkan adanya partisipasi anggaran. Agar pelaksanaan kegiatan penyusunan anggaran sesuai dengan rencana dan sasaran organisasi pemerintah maka diperlukan kerjasama antara manajer tingkat atas dan manajer tingkat bawah. Partisipasi anggaran adalah salah satu cara untuk menciptakan pengendalian manajemen yang baik sehingga diharapkan dapat tercapainya tujuan dari institusi terkait. Aparat perangkat daerah pada pemerintah daerah diberikan kesempatan untuk mengambil bagian dalam pengambilan keputusan melalui perencanaan anggaran (Arum, 2016). Kegiatan proses penyusunan anggaran melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kewenangan dalam penyusunan anggaran untuk mempersiapkan dan mengevaluasi tujuan dari anggaran tersebut. Dalam penyusunan anggaran, manajemen tingkat atas perlu memperhatikan aspirasi dari bagian-bagian organisasi secara menyeluruh sehingga para manajer tingkat bawah diharapkan mampu memberikan ide-ide kreatif yang dimilikinya dan akan meningkatkan tanggungjawab serta kinerja untuk memperoleh keputusan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, penganggaran partisipatif juga merupakan
3 pendekatan kinerja manajerial yang pada umumnya dapat meningkatkan prestasi kerja manajer. Masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan partisipasi dalam penyusunan anggaran dan kinerja manajerial merupakan salah satu penelitian yang banyak perbedaan antara peneliti satu dengan penelitian yang lain, sehingga menunjukkan bukti-bukti empiris yang memberikan hasil yang berbeda-beda dan tidak konsisten. Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, seperti Arum (2016) dan Wulandari (2013) menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian terdahulu, seperti penelitian yang dilakukan oleh Medhayanti (2015) membuktikan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja. Hal ini dikarenakan manajer tingkat atas dengan manajer tingkat bawah memiliki inisiatif yang rendah untuk memberikan kebutuhan mengeluarkan pendapat dalam penyusunan anggaran, sehingga berdampak pada kinerja manajerial yang semakin menurun. Analisis kinerja karyawan menurut Frucot dan Shearon, 1997 (dalam Abdollah, 2006) dapat mempengaruhi faktor individual, yaitu karakteristik psikologis yang disebut dengan locus of control. Pada dasarnya, kinerja seseorang pegawai ditentukan oleh kondisi tertentu. Terdapat perilaku-perilaku manusia yang akan timbul, baik bersifat positif maupun bersifat negatif. Menurut Abdollah (2006) locus of control merupakan keyakinan setiap individu pegawai yang memiliki keyakinan dan persepsi atas segala sesuatu yang mempengaruhi dirinya
4 dan pekerjaannya. Locus of control merupakan karakteristik pribadi yang dimiliki setiap orang yang terbagi atas internal locus of control dan eksternal locus of control. Manthis dan Roesleer, 2010 (dalam Wuryaningsih dan Rini, 2013) menyatakan bahwa internal locus of control merupakan cara pandang bahwa hasil yang baik atau buruk dapat diperoleh dari tindakan sesuai kapasitas diri sendiri dan dapat dikontrol oleh diri sendiri. Sedangkan eksternal locus of control, cara pandang bahwa keberhasilan atau kegagalan disebabkan oleh faktor diluar diri sendiri atau diluar kontrol dirinya yang bukan muncul dari dalam diri individu tersebut, melainkan dari suatu keberuntungan atau kesempatan. Jika mereka tidak memiliki internal locus of control yang baik akan gagal dalam menjalankan fungsi dan perannya dalam sebuah organisasi. Hal ini tentu saja akan berdampak pada penurunan kinerjanya. Dengan kata lain bahwa variabel locus of control memegang peranan yang cukup penting terhadap peningkatan kinerja manajerial. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2016) menyatakan bahwa variabel locus of control berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Semakin tinggi internal locus of control dapat mendorong peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah sehingga terciptanya kondisi kerja yang kompetitif dan berupaya untuk selalu mampu menghadapi masalah dalam menyelesaikan pekerjaannya. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Wuryaningsih dan Rini (2013) menyatakan bahwa locus of control yang dikelola dengan baik oleh individu akan mampu meningkatkan kinerja individu yang sebelumnya sudah baik akan menjadi baik. Sedangkan beberapa penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda seperti
5 penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2016) bahwa locus of control tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hal ini dikarenakan, para pegawai memiliki eksternal locus of control sehingga para pegawai cenderung melakukan tindakan-tindakan yang dapat menurunkan kinerjanya. Robbins (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Tidak adanya komitmen dapat mengurangi efektivitas organisasi dan pegawai yang tidak memiliki komitmen cenderung enggan dalam menerima pekerjaan (Ivancevich dan Matteson, 2005:234). Manajer tingkat atas berkewajiban untuk melakukan sosialisasi, komunikasi dan sharing atas misi, visi, dan tujuan organisasi tersebut kepada seluruh pegawai dalam organisasi sehingga setiap pegawai memiliki komitmen untuk mencapainya. Komitmen yang tinggi dapat menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan diri sendiri. Begitu dengan sebaliknya, apabila komitmen organisasi itu rendah maka akan menjadikan individu lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingkan organisasi. Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi atau perusahaan mempunyai peranan yang cukup penting. Jika suasana kerja dalam organisasi kurang menunjang, misalnya fasilitas kurang, maka akan menyebabkan komitmen seseorang dalam melakukan pekerjaannya akan menurun. Begitu dengan sebaliknya, apabila suasana kerja dalam organisasi menunjang, seperti fasilitas terjamin, maka akan menyebabkan komitmen seseorang dalam melakukan pekerjaannya akan meningkat. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
6 Nydia (2012) menyatakan bahwa komitmen organisasi yang terdiri atas komitmen afektif, berkelanjutan, dan normatif (Allen dan Meyer, 1990) berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan dengan komitmen berkelanjutan yang merupakan salah satu jenis dari variabel komitmen organisasi yang memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan. Komitmen berkelanjutan merupakan komitmen yang disebabkan oleh pegawai yang tidak memiliki pilihan lain selain bertahan dalam organisasi dan akan mendapat kerugian apabila meninggalkan organisasi, seperti, kerugian kehilangan fasilitas yang ditawarkan organisasi, tunjangan kesehatan, dan tunjangan pensiun. Alasan peneliti meneliti faktor-faktor partisipasi penyusunan anggaran, locus of control, dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial dalam penelitian ini karena masing-masing memiliki keterkaitan antara satu sama lain dalam menjalankan sebuah organisasi. Partisipasi penyusunan anggaran yang dilakukan oleh para manajer tingkat atas dan manajer tingkat bawah sangat diperlukan agar anggaran tersebut dapat mencapai sasaran dan rencana tujuan organisasi secara maksimal. Locus of control merupakan tindakan dimana seseorang menerima tanggungjawab secara individu terhadap apa yang terjadi pada diri mereka sendiri. Dalam sebuah organisasi, dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sebuah komitmen dari masing-masing pegawai. Komitmen organisasi berisi tentang kepercayaan dan kesetiaan kerja demi mencapai tujuan organisasi. Sedangkan untuk kinerja manajerial, mempunyai peranan penting dalam sebuah organisasi agar dapat berjalan sesuai dengan rencana. Karena kinerja manajerial adalah penilaian atas hasil peran manajer dalam menjalankan sebuah organisasi yang
7 diukur melalui kegiatan-kegiatan manajer yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negoisasi dan perwakilan (Mahoney et.al, 1963). Penelitian ini mereplikasi terhadap beberapa-beberapa variabel yang berbeda dengan peneliti sebelumnya.adanya ketidak konsistenan diantara hasil penelitian terdahulu, tentang pengaruh partisipasi anggaran, locus of control dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial menjadi motivasi dalam penelitian ini. Perbedaan yang lain adalah pada objek yang diteliti, dimana dalam penelitian ini menggunakan objek pada satuan kerja perangkat daerah kota Surabaya. Dari uraian latar belakang tersebut maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, locus of control dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian rumusan masalah ditetapkan sebagai berikut: 1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial? 2. Apakah locus of control berpengaruh terhadap kinerja manajerial? 3. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial?
8 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ditetapkan sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. 2. Untuk menguji pengaruh locus of control terhadap kinerja manajerial. 3. Untuk menguji pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik secara praktis, teoritis dan kebijakan seperti: 1. Konstribusi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas wawasan bagi organisasi sektor publik di Indonesia khusunya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sehubungan dengan partisipasi penyusunan anggaran serta karakteristik dari pegawai aparat pemerintah daerah yaitu locus of control dan komitmen organisasi melalui kinerja manajerial sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan proses penyusunan anggaran daerah. 2. Konstribusi Teoritis a. Dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan tentang partisipasi penyusunan anggaran, locus of control, dan komitmen organisasi melalui kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah.
9 b. Sebagai bahan untuk memperkaya khasanah kepustakaan yang dapat dijadikan sebagai pembanding bagi penelitian lebih lanjut terhadap materi yang sama sehingga penelitian ini dapat disempurnakan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak terarah agar penelitian ini dapat sesuai dengan tujuan penelitian. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada sampel Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Surabaya. Penelitian ini akan lebih terfokus pada masing-masing variabel guna mendapatkan penjelasan dan pemahaman tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, locus of control, dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial.
10