BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

I. PENDAHULUAN. pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya mengenai. demokrasi yang menjadi idaman dari masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAHAN TAYANG MODUL 9

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan. membantu memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan ilmu

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

Selanjutnya perkenankanlah kami, Fraksi Partai GOLKAR DPR RI, menyampaikan pendapat akhir fraksi atas RUU tentang Partai Politik.

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas baik melalui pendidikan informal di rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Transkripsi:

149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju masyarakat yang adil dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang kehidupan. Terbukanya kebebasan dalam perpolitikan membawa implikasi yang ditandai dengan munculnya berbagai jenis partai politik di tanah air. Dari dua partai politik (PDI dan PPP) dan satu Golongan Karya (Golkar) pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kini, setelah masa reformasi jumlah partai politik tidak stabil. PDI Perjuangan sebagai salah satu partai senior dalam percaturan perpolitikan di Indonesia telah banyak mengalami hambatan dan juga rintangan sesuai dengan dinamika suhu perpolitikan yang sedang bergulir. Mulai dari proses penggabungan (fusi) lima partai yakni Partai Katolik, Parkindo, PNI, Murba dan IPKI pada tahun 1970 yang disebut dengan Kelompok Nasionalis. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1973, barulah Kelompok Nasionalis ini berubah dengan nama Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan pada tahun 1999 berubah nama lagi menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) sampai sekarang. Sebagai partai senior, PDI Perjuangan berperan penting dalam memberikan pendidikan politik terhadap kader, pengurus, simpatisan dan masyarakat luas dalam bentuk pelatihan, seminar, diskusi politik, rapat partai, diklat serta memberikan informasi yang berkaitan dengan perpolitikkan guna memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat Indonesia terutama di Kabupaten Sintang tentang politik. Disamping itu juga pelaksanaan pendidikan politik yang dilakukan oleh PDI Perjuangan merupakan amanah yang implementasinya tidak bisa ditawar sebab sebagaimana yang termuat di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 terutama pada pasal 12 huruf (e) menyatakan bahwa Partai politik berkewajiban melakukan pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi politik anggotanya. Bagi PDI Perjuangan keharusan untuk melaksanakan pendidikan politik sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 di

150 atas telah diakomodir dalam Anggaran Dasar partai pada pasal delapan mengenai fungsi partai terutama dalam ayat satu, dua dan lima secara berturut-turut: Ayat satu Sarana guna membentuk dan membangun karakter bangsa. Ayat dua Mendidik dan mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Ayat lima Melakukan komunikasi dan partisipasi politik warga negara. Pendidikan politik yang dilaksanakan oleh PDI Perjuangan bertujuan untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam bidang politik, yakni untuk melaksanakan hak dan kewajibannya secara suka rela dan penuh tanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Pengertian warga negara yang baik adalah warga negara yang siap sedia melaksanakan kewajibannya berupa taat membayar pajak, memberikan suara ketika pelaksanaan pemilu, mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, melakukan pengawasan (controlling) terhadap kebijakan pemerintah melalui cara-cara yang demokratis, menggunakan media cetak maupun elektronik, menggunakan baliho (spanduk), serta melakukan demontrasi secara santun. Proses pendidikan politik yang dilakukan oleh PDI Perjuangan juga bertujuan membentuk karakter bangsa Indonesia yang lebih bermartabat, santun dan bijak dimana dalam implementasinya menerapkan konsep Pendidikan Kewarganegaraan terutama konsep Pendidikan Kewarganegaraan kemasyarakatan. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya memberikan pembinaan dan pengajaran di sekolah semata, melainkan menerapkan pengajaran serta pembinaan di masyarakat supaya masyarakat Indonesia bisa menjadi manusia yang berkarakter, religius, cakap, rela berkorban, kreatif, inovatif, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, Tuhan, keluarga, lingkungan sekitar, masyarakat, bangsa maupun negara. Adapun tujuan dari Pendidikan Kewargangearaan pada dasarnya ingin membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara, saling menghargai dan menghormati dalam kemajemukan, serta membentuk watak keperibadian yang baik, yakni (a) menambah pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), (b)

151 mengembangkan keterampilan kewarganegaraan (civic skill), (c) meningkatkan partisipasi kewarganegaraan (civic partisipation), (d) karakter/wataka/tabiat warga negara (civic disposation). 5.2 Simpulan Khusus Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis, ditemukan bahwa PDI Perjuangan sering (paling sering sekali dalam setahun) melakukan pendidikan politik kepada pengurus, kader, serta simpatisan dan untuk selanjutnya kader tersebut yang memberikan pendidikan politik kepada masyarakat luas terutama di daerah pemilihannya masing-masing melalui berbagai kegiatan. Bentuk program pendidikan politik yang dilaksanakan oleh PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang, diantaranya mengadakan pertemuan dengan pengurus, kader, simpatisan, dan masyarakat sipil dimana pelaksanaanya secara hirarkis mulai dari yang tertinggi (tingkat pusat) sampai pada level yang rendah (daerah). Adapun bentuk pertemuan tersebut di mulai dari Kongres (tingkat pusat), Konferda (tingkat provinsi), Konfercab (tingkat kabupaten/kota), Musancab (tingkat kecamatan), Musyawarah Ranting (tingkat desa/kelurahan), dan Musyawarah Anak Ranting (tingkat dusun, RT dan RW). Bentuk kegiatan lainnya adalah seminar, pelatihan kepemimpinan, diskusi politik, memberikan informasi politik, serta diklat. Pelaksanaan pendidikan politik tersebut disesuaikan dengan kegiatan partai, yakni pada iven-iven tertentu, dan yang lebih intensif menjelang pemilihan umum, baik Pilkada maupun Pilpres. Namun, yang lebih umum biasanya dilaksanakan setiap tahun. Tujuan pendidikan politik yang dilaksanakan oleh PDI Perjuangan adalah ingin membentuk karakter bertanggung jawab warga negara, supaya: (a) masyarakat menyadari, memahami serta mau secara suka rela melaksanakan hak dan kewajibannya terutama dalam bidang politik, (b) supaya PDI Perjuangan semakin dikenal dan dicintai pengurus, kader, simpatisan dan masyarakat luas, (c) memberikan pemahaman terhadap empat pilar kebangsaan Indonesia, yakni Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhennika Tunggal Ika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain dari pada itu dengan adanya pendidikan politik diharapkan rasa nasionalisme kader, pengurus, simpatisan dan masyarakat luas tidak

152 pudar mengingat wilayah Kabupaten Sintang yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Dari berbagai aktivitas pendidikan politik yang dilakukan oleh PDI Perjuangan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi, diantaranya biaya atau dana yang minim, wilayah Kabupaten Sintang yang luas, kurangnya koordinasi diantara pengurus, kader serta simpatisan, infrastruktur jalan dan informasi yang belum memadai, dan waktu yang sulit diatur. Untuk itu solusi yang dilakukan guna mengatasi kendala tersebut adalah (a) memotong gaji pengurus, dan kader partai yang berhasil menduduki jabatan legeslatif, dan eksekutif, baik pada tingkat kabupaten, provinsi dan pusat serta ada juga bantuan dari pemerintah, perseorangan dan perusahaan, (b) membangun komunikasi yang baik diantara sesama pengurus, kader, dan simpatisan, yakni dengan melakukan pertemuan mulai dari tingkat pusat sampai daerah, (c) menyelipkan kegiatan pendidikan politik dalam kegiatan yang lainnya sehingga waktu bisa lebih efektif dan efisien. Adapun hasil dari pendidikan politik yang dilakukan oleh PDI Perjuangan diantaranya adalah (a) sejak tahun 1999 sampai 2014 massa pendukung partai ini tidak pernah sedikit karena setiap pemilu selalu mendapatkan kursi di parlemen terutama pada pemilu 2014 (baik legeslatif dan eksekutif) partai ini berhasil keluar sebagai pemenang. Hal ini disinyalir sebagai bentuk keberhasilan dari pendidikan politik yang dibangun selama kurang lebih 15 tahun terakhir (1999-2014) dimana saat partai ini berada di luar pemerintahan sebagai partai oposisi atau partai penyeimbang, (b) masyarakat sudah ada yang berani secara terangterangan mengaku sebagai pengurus partai yang dibuktikan dengan Kartu Anggota. 5.3 Implikasi Adapun bentuk pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik terutama PDI Perjuangan kepada pengurus, kader, dan simpatisan adalah: a. Melakukan rekrutmen anggota secara selektif. b. Mengadakan pelatihan kepemimpinan dan manajerial partai. c. Melaksanakan diskusi politik.

153 d. Melaksanakan rapat partai secara rutin. e. Memberikan kesempatan kepada kader baru dan kader muda untuk menempati posisi sebagai pengurus partai. f. Memberikan kesempatan kepada kader dan pengurus untuk dicalonkan dan mencalonkan diri dalam jabatan legeslatif maupun eksekutif pada tingkat kabupaten, provinsi dan pusat melalui mekanisme seleksi. g. Mengikutisertakan pengurus, kader, dan simpatisan dalam seminar, pelatihan, dan diskusi diluar partai. h. Memberikan beasiswa ataupun bantuan pendidikan terhadap pengurus dan kader yang berprestasi dan loyal terhadap partai. i. Memberikan informasi terbaru yang berkaitan dengan politik, dan pembangunan terhadap kader dan pengurus serta simpatisan. j. Membina dan menjalin hubungan harmonis dengan sesama pengurus, kader dan simpatisan secara intern maupun ekstern guna mendukung kebijakan partai dan pemerintah. Hal ini senada dengan ranah atau esensi Pendidikan Kewarganegaraan yang mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), partisipasi kewarganegaraan (civic partisipation), dan watak/keterampilan/sikap kewarganegaraan (civic dispositation). Disamping mempersyaratkan pengetahuan dan kemampuan intelektual, pendidikan untuk warga negara dan masyarakat demokratis harus difokuskan pada kecakapankecakapan yang dibutuhkan untuk partisipasi yang bertanggung jawab, efektif, dan ilmiah dalam proses politik pada civil society. Sangat disadari bahwa PDI Perjuangan tidak melaksanakan pendidikan politik secara formal, melainkan dapat menjalankan Pendidikan Kewarganegaraan secara non formal. Dalam hal ini PDI Perjuangan dapat berperan sebagai sumber inspirasi akademik, sarana pendidikan, sarana perubahan perilaku, dan sarana habituasi untuk membangun kebiasaan politik masyarakat yang santun dan bertanggung jawab. Dengan demikian diharapkan bahwa PDI Perjuangan bisa berjalan beriringan dengan Pendidikan Kewarganegaraan dalam rangka mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat

154 Pancasila dan Pembukaan UUD NRI 1945 guna membentuk karakter warga negara Indonesia yang bertanggung jawab terhadap dirinya, Tuhan, keluarga, lingkungan sekitar, masyarakat, pendidikan, bangsa dan negara secara berkesinambungan. 5.4 Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis serta simpulan di atas, maka untuk selanjutnya penulis dapat membuat beberapa rekomendasi terutama yang berkaitan dengan Membentuk Karakter Bertanggung Jawab Warga Negara melalui Pendidikan Politik (Studi kasus pada partai politik PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang), adalah sebagai berikut: 5.4.1 Kepada Partai Politik PDI Perjuangan a. PDI Perjuangan harus melakukan pendidikan politik kepada pengurus, kader, simpatisan maupun masyarakat luas sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 terutama pada pasal satu, pasal 13, pasal 31. b. Dalam rangka melaksanakan pendidikan politik kepada pengurus, kader, simpatisan maupun masyarakat luas, sebaiknya tidak hanya dalam bentuk formal semata berupa pelatihan, seminar maupun diskusi politik, namun bisa juga dalam bentuk informal berupa pemberian informasi politik melalui obrolan kecil di warung kofi, melibatkan pengurus, kader, serta simpatisan muda supaya mereka dapat belajar tentang politik, serta memberikan kepercayaan kepada sesama pengurus, dan kader untuk menduduki jabatan tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. c. Supaya bisa mencantumkan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikan politik. 5.4.2 Kepada Masyarakat a. Supaya selalu aktif melibatkan diri dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang politik dan pemerintahan secara suka rela dan penuh tanggung jawab.

155 b. Melakukan kontrol terhadap kebijakan partai politik dan kebijakan pemerintah. c. Dapat menjaga persatuan dan kesatuan dalam NKRI yang majemuk guna menghindari konflik vertikal dan horizontal yang sewaktu-waktu dapat terjadi. 5.4.3 Kepada Pemerintah a. Supaya dapat membuat kebijakan yang berpihak kepada masyarakat secara holistik. b. Bekerjasama dengan partai politik dalam rangka mensukseskan pembangunan yang menguasai hajat hidup orang banyak. c. Membuat kebijakan yang memberi tempat bagi terlaksananya pendidikan politik di Kabupaten Sintang dan di seluruh wilayah Indonesia. 5.4.4 Kepada Civitas Akademik a. Supaya dapat memotivasi diri dalam mengembangkan teori-teori kependidikan yang memberikan tempat terlaksananya pendidikan politik di lingkungan pendidikan dan di lingkungan masyarakat. b. Pengembangan teori-teori Pendidikan Kewarganegaraan meminta kesungguhan dan komitmen bersama dari seluruh civitas akademika serta teori Pendidikan Kewarganegaraan yang berbasis kemasyarakatan supaya terus dikembangkan guna membentuk karakter masyarakat Indonesia yang berkarakter terpuji dalam tingkah laku, tutur sapa, dan sopan santun terhadap sesama umat manusia dalam kemajemukan. 5.4.5 Kepada Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian bukanlah sesuatu yang bersifat final, oleh karenanya penulis berharap supaya penelitian ini dapat menjadi tolak ukur sekaligus sebagai inspirasi untuk melakukan penelitian selanjutnya guna menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama Pendidikan Kewarganegaraan sebab hasil penelitian yang baik adalah dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya. Untuk itu, penulis merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya supaya dapat kiranya melakukan

156 penelitian lanjutan tentang pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik guna meningkatkan partisipasi politik warga negara.