BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Secara resmi, pasar modal di Indonesia telah berdiri sejak 14 Desember 1912 yang dikenal dengan Vareniging voor de Effectenhandel, bertempat di Jakarta. Dikarenakan perkembangan yang memuaskan, pemerintah kolonial Belanda kemudian mendirikan bursa efek di kota Surabaya (11 Januari 1925) dan Semarang (1 Agustus 1925). Pada tahun 2007, bursa efek di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan, yaitu mergernya kedua pasar modal di Indonesia yakni Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Jakarta (BEJ), kemudian berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Di bawah pengawasan dan koordinasi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) berhasil melaksanakan merger secara legal pada 1 Oktober 2007. Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi di Bursa Efek Indonesia. Pada akhir tahun 2011, dari 451 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, ada 144 perusahaan termasuk sektor industri manufaktur yang terdaftar. Seiring dengan perkembangan teknologi, di Indonesia telah banyak berdiri sejumlah perusahaan manufaktur yang terus bekerja keras memproduksi barang untuk memenuhi setiap kebutuhan masyarakat Indonesia yang berperan sebagai konsumen. Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur disebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Salah satu dari industri manufaktur sebagai subsektor industri yang paling dominan dan merupakan subsektor industri yang memberi kontribusi nilai tambah yang sangat besar terhadap sektor indutri di Indonesia ialah industri makanan dan minuman 1
Tabel 1.1 Kontribusi Industri Pengolahan Non Migas Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2012 (s.d. TW I) Makanan, Minuman dan Tembakau 6,6846 6,9955 7,4982 7,2304 7,3650 7,1395 Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 2,3690 2,1183 2,0789 1,9298 1,9306 1,8611 Brg. kayu & Hasil hutan lainnya 1,3891 1,4791 1,4305 1,2514 1,1375 1,0855 Kertas dan Barang cetakan 1,1492 1,0490 1,0908 1,0227 0,9345 0,8788 Pupuk, Kimia & Barang dari karet 2,8037 3,1143 2,9053 2,7378 2,5542 2,5857 Semen & Brg. Galian bukan logam 0,8306 0,8119 0,7765 0,7072 0,6839 0,6880 7. Logam Dasar Besi & Baja 0,5798 0,5903 0,4782 0,4172 0,4188 0,4200 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 6,4360 6,6666 6,1789 6,0532 5,7479 5,6653 9. Barang lainnya 0,1918 0,1844 0,1751 0,1635 0,1519 0,1488 Total Industri Pengolahan Non Migas 22,4337 23,0095 22,6125 21,5131 20,9241 20,4727 Sumber: www.kemenperin.go.id Dari sembilan cabang industri di atas, industri makanan, minuman dan tembakau yang memiliki peningkatan kontribusi tinggi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dicapainya pertumbuhan ini selain didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor industri secara sangat signifikan menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur. Selain itu diharapkan industri makanan dan minuman berkontribusi terhadap PDB nasional. Seperti Tahun 2012, dengan pertumbuhan 7,1%, industri manufaktur menyumbang 20,8% atau sekitar Rp 1.714,3 triliun terhadap PDB nasional yang sebesar Rp 8.241,9 triliun. Kontribusi industri manufaktur diharapkan bisa naik menjadi 40% terhadap PDB dalam beberapa tahun ke depan. 2
Berdasarkan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) pada tanggal 10 juli 2012 menunjukkan trend pertumbuhan industri makanan dan minuman dalam negeri cukup baik. Volume penjualan ditahun 2007 mencapai Rp. 383 triliun, tahun 2008 mencapai Rp. 505 triliun, tahun 2009 mencapai Rp. 555 triliun,pada tahun 2010 mencapai Rp. 605 triliun, pada tahun 2011 mencapai Rp. 650 triliun, dan tahun 2012 mencapai Rp. 710 triliun (sumber :gapmmi.or.id). Pertumbuhan tersebut didorong oleh realisasi investasi-investasi baru, kenaikan daya beli masyarakat seiring pertumbuhan ekonomi nasional serta pertambahan jumlah penduduk yang ratarata naik sebesar 1,49 % dalam 10 tahun terakhir. (http://kontan.co.id) Dari kesimpulan di atas, maka sampel yang dipilih adalah perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur bidang makanan dan minuman. Berikut adalah daftar nama perusahaan makanan dan minuman yang telah terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2006 2012, berdasarkan data di BEI, yaitu: Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Makanan dan Minuman No Nama Perusahaan Tahun Listing 1 ADES (Akasha Wira International Tbk ) 13 Juni 2004 2 AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk ) 11 Juni 1997 3 CEKA (Cahaya Kalbar Tbk ) 09 Juli 1996 4 DAVO (Davomas Abadi Tbk) 22 Desember 1994 5 DLTA (Delta Djakarta Tbk ) 27 Februuari 1984 6 FAST (Fast Food Indonesia Tbk ) 11 Mei 1993 7 ICBP (Indofood CBP sukses makmur Tbk) 07 Oktober 2010 8 INDF (Indofood sukses makmur Tbk) 14 Juli 1994 9 MLBI (Multi bintang Indonesia Tbk) 15 Desember 1981 10 MYOR (Mayora Indah Tbk) 04 Juli 1990 11 PSDN (Prasidha Aneka Niaga Tbk) 18 Oktober 1994 12 PTSP (Pionerindo gourmet international Tbk) 30 Mei 1994 13 ROTI (Nippon indosari corpindo Tbk) 28 Juni 2010 14 SKLT (Sekar laut) 08 september 1993 15 SMART (Sinar mas agro resources technology Tbk) 20 November 1992 16 STTP (Siantar top Tbk ) 16 Desember 1996 17 TBLA (Tunas baru lampung Tbk) 14 Februari 2000 18 ULTJ (Ultrajaya milk industri & trading company Tbk) 02 Juli 1990 Sumber: http://www.idx.co.id 3
1.2 Latar Belakang Krisis finansial global yang terjadi belum lama ini memberikan dampak cukup signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di hampir semua negara di dunia. Namun peristiwa tersebut tidak berdampak buruk pada finansial sektor manufaktur. Hal tersebut terbukti bahwa dari industri Manufaktur dengan subsektor makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang baik setiap tahunnya melalui tabel berikut ini : Tabel 1.3 Kontribusi Masing-Masing Sektor Industri terhadap Pertumbuhan Industri (%) Sumber: www.kemenperin.go.id Sektor industri makanan dan minuman yang bisa terhindar dari dampak buruk krisis finansial salah satunya karena perilaku konsumsi dan populasi penduduk yang besar yang selalu menjadi incaran empuk bagi para pelaku usaha. Apalagi tingkat permintaannya, nyaris tak pernah surut. Bahkan di tengah krisis ekonomi sekalipun, permintaan produk makanan dan minuman tak pernah sepi. (www.eksekutif.co.id) Makanan bayi merupakan bukti nyata bahwa meskipun kondisi perekonomian mengalami krisis, produk ini akan terus dibutuhkan para ibu untuk menjaga asupan anak mereka, sehingga tentu bagi perusahaan hal ini akan menguntungkan namun perusahaan juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat meskipun dalam kondisi buruk sekalipun. 4
Namun Ironisnya, meski industri makanan dan minuman memiliki kontribusi paling baik terhadap pertumbuhan industri, masih banyak faktor termasuk kebijakan pemerintah yang masih belum sepenuhnya mendukung perkembangan industri makanan dan minuman itu sendiri. Sementara ancaman dari produk impor terus bertambah sejalan dengan integrasi perekonomian Indonesia dengan perekonomian regional dan global. Total nilai impor produk makanan minuman periode Januari November 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 22,95% dibanding periode yang sama di tahun 2009, dengan negara asal impor terbesar dari Malaysia, Cina, Thailand, Singapura, dan Amerika Serikat.( www.gapmmi.or.id) Ditambah dengan tantangan industri makanan dan minuman di tahun 2011 antara lain belum sinerginya peraturan perpajakan dan retribusi terkait dengan dukungan terhadap pertumbuhan industri makanan dan minuman. Dengan masuknya Indonesia menjadi bagian integral perekonomian regional dan dunia melalui berbagai perjanjian bilateral dan multilateral, produk-produk jadi makanan dan minuman dari negara-negara mitra hanya dikenakan bea masuk yang relatif kecil yaitu antara 0%-5%. Selain itu, kebijakan energi nasional masih belum mendukung pertumbuhan industri domestik, khususnya terkait tarif dasar listrik dan kesediaan pasokan gas. Dimana pemanfaatan gas bumi untuk dalam negeri hanya 53%, dan ekspor 47%. Sedangkan penggunaan gas pada industri makanan dan minuman adalah sebesar 7% dari kebutuhan nasional. Kebutuhan gas untuk industri mencapai 801 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD), sementara pemerintah hanya mengalokasi sebesar 583 MMSCFD yang artinya kebutuhan industri makanan dan minuman terhadap gas masih kurang. (http://kontan.co.id) Pada dasarnya tujuan suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba. Laba adalah keuntungan dari suatu usaha yang dilakukan sedangkan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Untuk mencapai profitabilitas, maka perusahaan harus memiliki pengelolahan modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan operasi perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa kebijakan perusahaan dalam pengelolaan manajemen modal kerja akan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit). (Dea adiartin, 2012). Modal kerja dibutuhkan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, misalnya untuk membiayai pembelian bahan mentah, hutang, dan lain-lain. Perusahaan mengaharapkan adanya arus kas yang baik juga. Oleh karena itu perusahaan dituntut 5
untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga tujuan yang diharapkan oleh perusahaan tercapai. Besar atau kecilnya suatu modal kerja yang dikeluarkan perusahaan selama satu tahun tertentu dapat menjadi tolak ukur perusahaan tersebut atau ukuran perusahaan dapat juga dilihat dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. (Rahma Aulia, 2009) Pada penelitian ini penulis mencoba meneliti, menganalisis dan menghitung besarnya pengaruh modal kerja dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006-2012. Tabel 1.4 Perkembangan Rata-Rata Modal Kerja, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman TAHUN MODAL KERJA UKURAN PERUSAHAAN PROFITABILITAS (Million Rupiah) (%) 2006 205.384,9 13,59471 3,016111 2007 86.933,72 13,78282 1,996111 2008 56.076,5 13,95048 8,195 2009 166.771,1 13,99171 13,41556 2010 1.190.925 14,21318 14,15889 2011 1.508.584 14,36047 15,17722 2012 1.580.693 14,55009 13,02611 Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa besar atau kecilnya jumlah modal kerja dan ukuran perusahaan belum tentu dapat menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan pada tahun 2008 dengan jumlah modal kerja hanya 56.076,5 juta rupiah dan ukuran perusahaan 13,95048 mampu mengahsilkan profitabilitas yang tinggi yakni sebesar 8,195. Melihat apa yang terjadi di atas ternyata berbanding terbalik dengan pendapat Kasmir, (2012:252) dalam buku Analisis Laporan Keuangan yang menyatakan bahwa Dengan terpenuhinya modal kerja, perusahaan juga dapat memaksimalkan perolehan labanya. Hal di atas juga diperkuat oleh pendapat Ejelly (Mulyani, 2013) yang menyatakan bahwa Semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi profitabilitas. 6
Berdasarkan keadaan di atas yaitu ditemukan adanya kesenjangan antara teori yang ada dengan kenyataan mengenai modal kerja, ukuran perusahaan, dan profitabilitas perusahaan. Maka dapat menjadi fenomena yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006-2012. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merumuskan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi modal kerja pada industri makanan dan minuman periode 2006-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimana kondisi Ukuran perusahaan pada industri makanan dan minuman periode 2006-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Bagaimana kondisi Profitabilitas pada industri makanan dan minuman periode 2006-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Seberapa besar pengaruh Modal kerja dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada industri makanan dan minuman periode 2006-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang di atas, maka tujuan dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisi modal kerja pada industri makanan dan minuman periode tahun 2006-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisi Ukuran perusahaan pada industri makanan dan minuman periode tahun 2006-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisi Profitabilitas pada industri makanan dan minuman periode tahun 2006-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Modal kerja dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada industri makanan dan minuman periode 7
tahun 2006-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak berkepentingan yang dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: 1.5.1 Kegunaan Praktis 1. Bagi Emiten Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan analisis pengaruh modal kerja dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas. 2. Bagi Investor Penelitian ini dapat sebagai tambahan informasi dalam melakukan keputusan investasi dalam jangka pendek ataupun panjang terhadap perusahaan Makanan dan Minuman. 1.5.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Peneliti Sebagai wawasan dan pengetahuan baru bagi peneliti agar lebih paham khususnya dalam hal modal kerja, ukuran perusahaan serta profitabilitas perusahaan. 2. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca sebagai wawasan baru dan pengetahuan baru ataupun tambahan ilmu pengetahuan dari pengetahuan yang minimal menjadi maksimal bagi pembaca. 1.6 Sistematika Penulisan Secara struktur, penulisan skripsi ini mengikuti kaidah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bab ini memberikan penjelasan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang mengangkat fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi 8
teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitisn, dan sistematika penulisan secara umum. BAB II :Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian Bab ini mengungkapkan dengan jelas, ringkas dan padata mengenai landasan teori tentang modal kerja, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian BAB III : Metode Penelitian Pada bab III berisi mengenai jenis penelitian, operasionalisasi variabel, desain kuesioner dan skala pengukuran, jenis dan teknik pengumpulan data, teknik sampling, teknik analisis data, dan tahapan penelitian. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab IV membahas secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian. Sistimatika pembahasan ini akan lebih tampak jelas luas cakupan, batas dan benang merahnya apabila disajikan dalam sub-sub judul sendiri. Setiap aspek pembahasan dimulai dari melakukan analisis data, lalu diikuti dengan penarikan kesimpulan BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran secara konkrit yang diberikan dalam aspek praktis dan tujuan pengembangan ilmu 9