BAB I PENDAHULUAN. berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus. materiil spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. (2010 hingga 2014) sebanyak kasus anak terjadi di 34 provinsi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan generasi penerus bangsa indonesia, mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

PENETAPAN HAKIM TERHADAP PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1979 (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi saat ini, yang bertujuan untuk membantu terciptanya. manusia secara utuh memperoleh penghidupan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

BAB I PENDAHULUAN. kemudian hari. Apabila mampu mendidik, merawat dan menjaga dengan baik,

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak.

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya, oleh karena itu mengabaikan perlindungan

: TINJAUAN HUKUM DIVERSI PADA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAKSI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum tentang Anak dan Perlindungan Hukum Bagi Anak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu kesejahteraan, adil dan makmur yang tercantum dalam. Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB II. Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga. Pemasyarakatan Anak

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa dan penerus pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai subjek pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu negara, tidak terkecuali indonesia. Perlindungan anak indonesia berarti melindungi potensi sumber daya insan dan membangun manusia indonesia seutuhnya, menuju masyarakat yang adil dan makmur, materiil spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945. 1 Sedangkan pengertian perlindungan itu sendiri menurut Pasal 1 butir 2 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan Anak berbunyi: Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Upaya-upaya perlindungan harus telah dimulai sedini mungkin agar kelak dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam Pasal 2 ayat (3) dan (4) Undang-undang Republik indonesia 1 Nashriana,Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia,Jakarta:Raja Grafindo Persada,hal.1. 1

2 Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak, di tentukan bahwa: Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-perlindungan lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar. Kedua ayat tersebut memberikan dasar pemikiran bahwa perlindungan anak bermaksud untuk mengupayakan perlakuan yang benar dan adil, untuk mencapai Kesejahteraan anak. Pengertian kesejahteraan anak itu sendiri yaitu suatu tatanan yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang wajar baik secara rohani maupun jasmani dan sosial. (UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak). 2 Pengertian Anak menurut Undang-undang No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan Anak berbunyi: Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan pengertian anak yang berkonflik dengan Hukum Menurut ketentuan Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang dimaksud dengan Anak: pasal 1 ayat (3) Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan, Anak yang berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah Anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana 2 Ibid.hal.2.

3 Tahun Angka kasus Kriminalitas 2010 2.413 2011 2.508 Sumber: Komnas PA Dari tabel data diatas kasus kriminalitas yang sebagian besar dilakukan oleh Anak. Menurut Ketua komisi perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait mengatakan, angka krimnalitas yang dilakukan anak usia sekolah cenderung meningkat setiap tahunnya. Dari data yang dipeoleh Komnas PA, pada tahun 2010 terjadi 2.413 kasus kriminal Anak usia sekolah, jumlah itu kemudian meningkat pada tahun 2011, yakni sebanyak 2.508 kasus 3 Tahun 2013 2014 2013 2014 2013 2014 Anak yang sebagai Korban 76 kasus 99 kasus 14 kasus 20 kasus 132 kasus 103 kasus Kasus Pelecehan seksual Pelecehan seksual Kekerasan fisik Kekerasan fisik KDRT KDRT Sumber: uppa kepolisian resor kota surabaya 3 http://humaspoldametrojaya.blogspot.com/2012/05/2.html Di unduh kamis, 25 september 2014 16:34 WIB.

4 Jenis Jumlah tahun presentase kelamin Laki-laki 3.110 2005 95% Sumber: unicef indonesia Tabel diatas menunjukan bahwa Unit perlindungan perempuan dan Anak kepolisian Resor kota besar Surabaya, jawa timur, mencatat 99 Anak telah menjadi korban pelecehan, seksual mulai january hingga oktober 2014. Jumlah tersebut meningkat dibaning 2013 lalu yang hanya 76 Anak. Selain itu jumlah anak korban kekerasan fisik juga meningkat dari 14 pada 2013 menjadi 20 anak tahun 2014. Pada 2013, ada 132 kasus KDRT. Sedangkan hingga oktober 2014, sudah ada 103 kasus kekerasan, baik fisik, psikis, maupun ekonomi. 4 Serta Menurut UNICEF Indonesia, jumlah Anak yang berkonflik dengan Hukum sampai akhir tahun 2005 dan saat ini berada dalam penjarapenjara di indonesia adakah 3,110 orang. Dari jumlah tersebut 95% diantarannya adalah anak laki-laki. 5 Kritik yang disampaikan oleh Komite Hak Anak PBB ini mengenai besarnya jumlah anak-anak yang dihukum penjara walaupun sebenarnya mereka ini melakukan kejahatan-kejahatan yang sangat ringan (petty crime). Mereka juga mengkritik tentang seringnya anak-anak ditahan bersama-sama orang dewasa dalam kondisi yang mengenaskan. 6 4 http://www.tempo.co/read/news/2014/10/30/058618112/selama-2014-76-anak-jadi-korban- Kekerasan-Seksual Di unduh jum at,5 desember 2014 20:00 WIB 5 Maulana Hassan Wadong, 2000, Pengantar Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak:PT Gramedia widiasarana Indonesia.Jakarta, hal 44. 6 Jufri Bulian Ababil, 2012, RAJU YANG DIBURU :Buruknya peradilan Anak Di Indonesia:Pondok edukasi.bantul,hal.vii.

5 Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu undang-undang Dasar 1945 setelah Amandemen tegas menyatakan dalam Pasal 28B ayat (2) yang berbunyi: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh,dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Menurut Pasal 28B ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 diatas jelas bahwa anak mempunyai hak-hak seperti halnya manusia ataupun orang dewasa pada umumnya, yaitu hak atas kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh, hak untuk berkembang, serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Melihat kenyataan, seorang anak yang pada umumnya adalah manusia, juga bisa melakukan hal-hal seperti manusia (orang dewasa) pada umumnya, tak terkecuali hal-hal atau perbuatan yang bertentangan dengan norma/hukum yang berlaku. Bahwa Anak seperti halnya manusia pada umumnya, juga berhak menjaga harkat dan martabatnya, serta mendapat perlindungan khusus, terutama perlindungan hukum dalam sistem peradilan. Perkembangannya untuk melindungi Anak, terutama perlindungan khusus yaitu perlindungan Hukum dalam sistem peradilan, telah terdapat 2 (dua) Undang-undang yang mengatur khusus tentang peradilan Anak. Yang pertama adalah Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang pengadilan Anak yang berganti menjadi Undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak. Terdapat beberapa perubahan dan perkembangan, khususnya dalam Undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak yang baru disahkan oleh presiden bersama DPR pada akhir bulan juli 2012 lalu dibanding dengan Undang-undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Tujuanya adalah untuk semakin efektifnya perlindungan

6 Anak dalam sistem peradilan demi terwujudnya sistem peradilan pidana yang terpadu atau juga bisa jadi pemunduran terhadap nilai-nilai yang telah ada sebelumnya. Ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang sistem peradilan Anak terdapat Perubahan-perubahan dibandingkan dengan Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang pengadilan Anak Diantaranya di dalam hal Definisis Anak, lembaga-lembaga Anak, Asasasas, Sanksi pidana, ketentuan pidana. 7 Melihat uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji penelitian dan memberikan judul penelitian: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (Analisis Terhadap Putusan No. 467/Pid.Sus/2013/Pn.Dps.Dengan Putusan No.3/Pid.Sus.Anak/2014/PN Dps. Menurut UU No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dan UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak) B. Pembatasan Masalah Agar penelitian hukum ini terfokus pada pokok permasalahan serta pembahasan, serta untuk menghindari terjadi penyimpangan masalah, maka penulis menetapkan batas-batas penelitian ini. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai perbandingan terhadap Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 7 http://herisetiawan22.blogspot.com/2012/12/sistem-peradilan-pidana-anak.html Di unduh, Senin 03 November 2014, 9:17 WIB.

7 C. Perumusan Masalah Untuk membatasi luasnya permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, Penulis memiliki rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Hak-hak Anak yang berhadapan dengan hukum sebagai pelaku tindak pidana menurut UU No. 3 Tahun 1997 Tentang pengadilan Anak serta UU No. 11 Tahun 2012 Tentang sistem peradilan pidana Anak? 2. Bagaimana proses pemeriksaan perkara Anak berhadapan dengan hukum No.Perkara 467/Pid.Sus/2013/PN.Dps dan No. Perkara 467/Pid.Sus/2013/PN.DPS menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak dan UU No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dalam usulan penelitian ini, maka pada hakikatnya penulisan skripsi bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mendiskripsikan Hak-hak anak yang berhadapan dengan hukum sebagai pelaku tindak pidana menurut UU No. 3 Tahun 1997 tentang pengadilan Anak serta menurut UU No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan Anak. 2. Untuk mendiskripsikan proses pemeriksaan perkara Anak berhadapan dengan hukum No. Perkara 467/Pid.Sus/2013/PN.Dps. dengan 3/Pid.Sus.Anak/2014/PN Dps. menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak dan Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak.

8 E. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dalam usulan penelitian ini, maka pada hakikatnya penulisan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum pada umumnya, khususnya dalam bidang hukum mengenai Hak-hak anak yang berhadapan dengan hukum. 2. Manfaat Praktis Bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat yang ingin mengetahui mengenai Hak-hak anak yang berhadapan dengan hukum.

9 F. Kerangka pemikiran Proses penyelidikan Penangkapan Anak Penahanan Penuntutan Pemeriksaan di pengadilan Pemasyarakatan Sebenarnya masalah perlindungan Anak ini adalah suatu masalah yang kompleks dan menimbulkan berbagai macam permasalahan lebih lanjut, yang tidak selalu dapat diatasi secara perorangan, tetapi harus secara bersama-sama, juga penyelesaiannya. Permasalahan perlindungan anak ini, juga permasalahan kehidupan manusia. Di sini yang menjadi objek dan subyek pelayanan dalam kegiatan perlindungan Anak sama-sama mempunyai Hak-hak dan kewajiban. Kalau kita telaah secara mendalam jelas, bahwa citra yang tepat mengenai manusia dan kemanusiaan akan lebih mengerti apa yang dimaksud dengan

10 membangun manusia yang seutuhnya, yang meliputi juga kegiatan perlindungan Anak. Pengertian perlindungan Anak itu sendiri merupakan suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Adapun perlindungan Anak ini juga merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian perlindungan anak sedapat mungkin harus diusahakan dalam berbagai bidang bernegara dan bermasyarakat 8. Menurut, Arif Gosita bahwa perlindungan Anak adalah suatu hasil interaksi karena adanya interrelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi 9. Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh Anak, disebabkan oleh berbagai faktor, Antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagai orang tua, telah membawa perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku Anak. 10 Mengenai proses perlindungan Hukum bagi Anak yang berhadapan dengan Hukum ada beberapa tahapan seperti: Proses penyelidikan, Penangkapan, Penahanan, Penuntutan, pemeriksaan di pengadilan, dan Pemasyarakatan. yang pertama pada waktu proses penyelidikan, yang berkewajiban melakukan penyelidikan diharuskan penyidik khusus Anak, seperti tercantum dalam pasal 1 butir 8 Undang-undang No. 11 Tahun 2012 8 9 Shanty Dellyana, 1998, Wanita dan Anak di mata hukum, Yogyakarta:liberty, hal. 6. Ibid. Hal. 13. 10 Gatot Supramono,2007, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta:Djambatan,hal.12.

11 tentang sistem peradilan pidana Anak menegaskan bahwa pejabat penyidik adalah penyidik Anak. Penyidik dalam hal ini penyidik yang ditetapkan berdasarkan keputusan kepala kepolisian Negara Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kepala kepolisian Republik Indonesia. Adapun syarat untuk dapat ditetapkan sebagai penyidik Anak sebagaimana diatur dalam pasal 26 Ayat (3) Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah sebagai berikut: a. Telah berpengalaman sebagai penyidik b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan c. Memahami masalah Anak; dan d. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak. Mengenai proses penangkapan, adapun bentuk perlindungan Hukum yang diberikan kepada pada saat penangkapan Anak antara lain: Penangkapan sebagai upaya terakhir; pada Pasal 3 huruf g Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan bahwa seorang Anak berhak untuk: tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat. Ketentuan pasal ini jelas menunjukan bahwa perlindungan hukum yang diberikan kepada seorang Anak yang melakukan tindak pidana tidak wajib untuk ditahan dalam proses peradilan pidana dan walaupun dilakukan penahanan untuk kepentingan penyelidikan terhadap Anak tersebut, hal tersebut hanyalah sebagai upaya terakhir atau tindakan terakhir (ultimum remedium) dan dalam waktu yang sangat singkat yaitu paling lama 24 jam.

12 Pada tahap penahanan Anak, dijelaskan; Penahanan tidak dilakukan dalam hal adanya jaminan pada Pasal 32 Ayat (1) Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menentukan bahwa: penahanan terhadap Anak tidak boleh dilakukan dalam hal anak memperoleh jaminan dari orang tua/wali dan /atau lembaga bahwa anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti, dan /atau tidak akan mengulangi tindak pidana Kemudian pada tahap penuntutan Anak, bentuk perlindungan hukum kepada Anak yang berhadapan dengan Hukum wajib melaksanakan diversi sebagaimana diatur dalam Pasal 42 Ayat (1) Undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak. Selanjutnya, Pada proses sidang di pengadilan perlindungan Terhadap anak, Anak memperoleh pendampingan baik dari orang tua/wali, Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya seperti yang di diatur pada pasal 56 Undang-undang No. 11 tahun 2012 menyatakan bahwa: Setelah Hakim membuka persidangan dan menyatakan sidang tertutup untuk umum,anak dipanggil masuk beserta orang tua/wali,advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan pembimbing kemasyarakatan. Kemudian pada proses pemasyarakatan Anak memperoleh pendampingan, pembimbingan dan pengawasan yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan. Tugas pembimbing kemasyarakatan itu sendiri menurut ketentuan Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak Pasal 65 huruf a berbunyi: 11 11 Undang-undang No 11 Tahun 2012 Tentang sistem peradilan pidana Anak

13 Membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan diversi, melakukan pendampingan, pembimbing, dan pengawasan terhadap Anak selama proses diversi dan pelaksanaan kesepakatan, termasuk melaporkannya kepada pengadilan apabila diversi tidak dilaksanakan G. Metode Penelitian Metodologi penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk menemukan dan mengembangkan serta menerapkan suatu kenyataan yang ada dalam pengetahuan dan yang ada dalam teori praktek pelaksanaan dengan menggunakan metode tertentu. Penyusunan penelitian ini, Metode penelitian dan teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. 12 Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder. 13 2. Jenis Penelitian Penulis memilih sifat penelitian ini adalah Deskriptif, yaitu penelitian untuk menggambarkan, menjelaskan masalah-masalah yang ada, mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasi, menganalisa, dan menginterpretasikan. Metode Deskriptif ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan penjelasan yang dapat memberikan data 12 13 Soejono Soekanto & Sri Mamudji, 2012, penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal.13. Khudzaifah Dimyati, 2014, Metodologi Penelitian Hukum,Surakarta: UMS Press, hal 7.

14 sedetail mungkin tentang obyek yang diteliti yang terdapat dalam Undangundang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak dan Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang pidana Anak. 3. Sumber Data Proses penyusunan penelitian ini dibutuhkan jenis sumber data yang berasal dari literatur-literatur yang berhubungan erat dengan penelitian, sebab penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data primer dan juga data sekunder: a. Sumber Data Primer Merupakan sejumlah data keterangan atau fakta yang secara langsung didapatkan melalui dua putusan tersebut. b. Sumber Data Sekunder Merupakan sejumlah data yang diperoleh melalui pustaka yang meliputi buku-buku, artikel, dan dokumen-dokumen internet yang berkaitan dengan objek penelitian dari skripsi. 4. Metode Pengumpulan Data Data data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah melalui tahap data sekunder, yang berupa : (a) Bahan hukum primer, yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah yang dikaji. (b) Bahan hukum sekunder, yang berupa Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistm Peradilan Pidana Anak.

15 Kedua bahan Hukum itu, akan dikumpulkan dengan metode kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data, yang dilakukan dengan cara, mencari, mengiventarisasi dan mempelajari peraturan perundangundangan, dan data-data sekunder yang lain, yang terkait dengan objek yang dikaji. 5. Teknik Analisis Data Setelah Data terkumpul kemudian di Analisis menggunakan metode analisis data kualitatif yaitu data yang diperoleh kemudian di susun secara sistematis untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang di bahas. 14 Sesuai dengan jenis data, penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, peraturan perundang-undangan. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini guna memberikan gambaran dan mengemukakan secara garis besar agar memudahkan dalam pemahaman. Sehingga untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai keseluruhan isi penulisan hukum ini, sistematika penulisan dapat dibagi empat bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I, Terdiri Dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Skripsi 14 Ronny Hanitijo.1990.metode penelitian Hukum dan jurimetri.jakarta:ghalia Indonesia.hal.57.

16 BAB II, yang terdiri dari: Tinjauan umum tentang Anak, Tinjauan umum tentang Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, Tinjauan Umum tentang Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak BAB III, dalam bab ini penulis membahas mengenai Hak-hak Anak yang berhadapan dengan Hukum sebagai pelaku tindak pidana menurut UU No. 3 Tahun 1997 tentang pengadilan Anak serta UU No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak, Proses pemeriksaan perkara Anak berhadapan dengan Hukum No. Perkara 467/Pid.Sus/2013/PN.Dps dan No. Perkara 467/Pid.Sus/2013/PN.Dps menurut UU No. 3 tahun 1997 tentang pegadilan Anak dan UU No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana Anak BAB IV, berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan disertai pula saran sebagai rekomendasi berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian.