BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

DASAR HUKUM DAN TERMINOLOGI PBB

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi Bangunan

BAB II BAHAN RUJUKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB II LANDASAN TEORI

DEFINISI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PRAKTIK KERJA LAPANGAN. Dalam situasi Negara Republik Indonesia yang sedang melaksanakan

BAB II TINJAUAN TENTANG PAJAK A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERANAN PBB P2 DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

BUPATI MANGGARAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

Perpajakan Elearning # 11

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II BAHAN RUJUKAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA

BUPATI MALUKU TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NILAI JUAL OBYEK PAJAK (NJOP) DALAM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

-1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB III MEKANISME PENDATAAN OBJEK PAJAK BARU DISERTAI PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA POS PELAYANAN PBB CABANG BAPENDA KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (dapat dipaksakan)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam. menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannasional selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3091) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain sebagainnya. Dengan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Antara lain

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 08 TAHUN 2012 TLD NO : 08

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAJENE dan BUPATI MAJENE MEMUTUSKAN:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

WALIKOTA PANGKALPINANG

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Gambaran Umum Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. suatu usaha yang telah disusun dengan kurikulum dengan syarat-syarat untuk

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat pakar tentang definisi pajak yang beberapa. diantaranya akan penulis kutip sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN BULELENG

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

KOTA TENTANG. dan. Perkotaan. Republik. Nomor 28. Negara. Lembaran. Negara SERI : NOMOR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2012 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 12 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI NGAWI BUPATI NGAWI,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem 1. Pengertian Sistem secara Umum Sistem adalah suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajemen pengambilan keputusan/kebijakan dan menjalankan operasional dari kombinasi orang-orang, teknologi informasi dan prosedur-prosedur yang terorganisasi. Atau sistem informasi diartikan sebagai kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi untuk mendukung operasi dan manajemen. Sedangkan dalam arti luas, sistem informasi diartikan sebagai sistem informasi yang sering digunakan menurut kepada interaksi antara orang, proses, algoritmik, data dan teknologi. Pengertian Sistem adalah kumpulan orang yang saling bekerja sama dengan ketentuan-ketentuan aturan yang sistematis dan terstruktur untuk membentuk satu kesatuan melaksanakan suatu fungsi untuk mencapai tujuan. Sistem memiliki beberapa karakteristik atau sifat yang terdiri dari komponen sistem, batasan sistem, lingkungan luar sistem, penghubung sistem, masukan sistem, keluaran sistem, pengolahan sistem dan sasaran sistem. Sedangkan pengertian informasi adalah data yang diolah menjadi lebih berguna dan berarti bagi penerimanya dan untuk mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan mengenai suatu keadaan. Sedangkan menurut beberapa ahli sistem mempunyai arti yang berbeda-beda. Sistem informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atau transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.(john F. Nash) 5

Sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, apabila dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam. (Henry Lucas) 2. Fungsi Sistem Informasi a. Untuk meningkatkan aksesbilitas data yang ada secara efektif dan efisien kepada pengguna, tanpa dengan prantara sistem informasi. b. Memperbaiki produktivitas aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem. c. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis. d. Mengidentifikasi kebutuhan mengenai keterampilan pendukung sistem informasi. e. Mengantisipasi dan memahami akan konsekuensi ekonomi. f. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi. g. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif. 3. Komponen Sistem Informasi Komponen sistem informasi adalah sebagai berikut: a. Komponen input adalah data yang masuk ke dalam sistem informasi b. Komponen model adalah kombinasi prosedur, logika dan model matematika yang memproses data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah di tentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. c. Komponen output adalah hasil informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem. d. Komponen teknologi adalah alat dalam sistem informasi, teknologi digunakan dalam menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan output dan memantau pengendalian sistem. 6

e. Komponen basis data adalah kumpulan data yang saling berhubungan yang tersimpan di dalam komputer dengan menggunakan sistem database. f. Komponen kontrol adalah komponen yang mengendalikan gangguan terhadap sistem informasi. 4. Ciri-ciri sistem informasi a. Baru, adalah informasi yang didapat sama sekali baru dan segar bagi penerima. b. Tambahan, adalah informasi dapat diperbaharui atau memberikan tambahan terhadap informasi yang sebelumnya telah ada. c. Kolektif, adalah informasi yang dapat menjadi suatu koreksi dari informasi yang salah sebelumnya. d. Penegas, adalah informasi yang dapat mempertegas informasi yang telah ada. B. PROSEDUR 1. Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutankegiatan kritikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.(mulyadi 2008:14) ciri-ciri prosedur meliputi : a. Prosedur harus didasarkan atas fakta-fakta yang cukup mengenai situasitertentu, tidak didasarkan dugaan-dugaan atau keinginan. b. Suatu prosedur harus memiliki stabilitas, akan tetapi masih memiliki fleksibilitas. Stabilitas adalah ketentuan arah tertentu dengan perubahan yang dilakukan hanya apabila terjadi perubahan-perubahan penting dalamfakta-fakta yang mempengaruhi pelaksanaan prosedur. Sedangkan fleksibilitas digunakan untuk mengatasi keadaan darurat dan penyesuaian kepada suatu kondisi tertentu. c. Prosedur harus mengikuti zaman. 7

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah suatu urutan kegiatan yang telah menjadi pola tetap dalam melaksanakan kegiatan yang melibatkan beberapa orang dalam suatu depertemen atau lebih yang didasarkan pada fakta-fakta dan tidak ketinggalan zaman. (Moekijat 2007:14) 2. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut beberapa ahli selalu berbeda, maskipun begitu, pendapat tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama tentang pajak.adapun defenisi pajak yang dikemukakan para ahli di bidang perpajakan antaralain : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk pengeluaran umum. (Soemitro 2009:1) Pajak adalah iuranwajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Soemahamidjaya 2008:24) Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki beberapa unsur pokok yaitu : a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang pajak serta aturan pelaksanaan yang berlaku. b. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. c. Pajak dapat pula mempunyai tujuan dan fungsi sebagai budgetair dan regulerend (mengatur). 3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek atau bumi, tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar pajak. (Erly Suandy, 2002 : 64) 8

Pajak Bumi dan Bangunan adalah penerimaan pajak pusat yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada daerah. Dalam Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD), penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut dimasukkan dalam kelompok penerimaan bagi hasil pajak. (Suharno, 2003 : 32) Jadi kesimpulan dari pengertian diatas bahwa pajak adalah penerimaan negara dari masyarakat atas kebendaan, objek, bumi, tanah atau bangunan yang sebagian hasilnya diserahkan kepada masing-masing daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah tersebut. 4. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan Serta Peraturan Keputusan yang Mengatur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Dasar hukum PBB adalah pasal 33 ayat (3) undang-undang dasar 1945 yang berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sedang dasar pemungutannya adalah pasal 23 ayat (2) yang berbunyi segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undangundang. Dalam pelaksanaan Pemungutannya adalah undang-undang No.12 tahun 1985, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No.12 Tahun 1994. Peraturan dan Keputusan yang mengatur pemungutan PBB adalah: a) Peraturan pemerintah No.46 tahun 1985 tentang presentase nilai jual kena pajak pada pajak bumi dan bangunan. b) Perturan pemerintah No. 47 tahun 1985 tentang pembagian hasil PBB antara pemerintah pusat dan daerah. Keputusan Menteri Keuangan No.83/KMK.04/1994. c) Keputusan Direktur Jendral Pajak No.KEP-04/PJ.6/1998 tentang petunjuk pelaksanaan pendaftaran, pendataan dan penilaian objek pajak dan subjek pajak bumi dan bangunan dalam rangka pembentukan dan atau pemeliharaan Basis Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP). 9

5. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) Besar Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (4) dan ayat (5) UU PDRD, maka besarnya NJOPTKP ditetapkan paling rendah sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak. a) Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan nilai jual objek pajak tidak kena pajak sebanyak satu kali dalam satu tahun pajak. b) Apabila wajib pajak mempunyai objek pajak, maka yang mendapat pengurangan nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOPTKP) hanya satu objek pajak saja yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan objek pajak lainnya. 6. Dasar Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Dasar perhitungan pajak bumi dan bangunan adalah Nilai Jual Kena Pajak atau NJKP (Pasal 6 Ayat 3 UU PBB), menurut peraturan pemerintah No.25 tahun 2002 besarnya NJKP untuk perhitungan pajak bumi dan bangunan sebagai berikut: a. Objek pajak perkebunan adalah 40% b. Objek pajak kehutanan adalah 40% c. Objek pajak pertambangan adalah 40% d. Objek pajak lainnya (Pedesaan dan Perkotaan) 1. Apabila NJOP-nya > Rp. 1000.000.000,- adalah 20% 2. Apabila NJOP-nya < Rp. 1000.000.000,- adalah 10% 7. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan yaitu Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. 10

Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah sebagai berikut: a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek hotel, pabrik dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan sutu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut. b. Jalan Tol c. Kolam Renang d. Pagar mewah e. Tempat Olahraga f. Galangan Kapal, Dermaga g. Taman Mewah h. Temapat penampungan/ kalang minyak, air, gas dan pipa minyak. i. Fasilitas yang memberikan manfaat. Sedangkan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang tidak kena Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah objek pajak yang: a. digunakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan; b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan; c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu; d. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak; e. digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan f. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. 11

Disisi lain selain penentuan obyek pajak kena pajak dan tidak kena pajak ada pula peraturan Bupati Purbalingga mengenai Klasifikasi dan Penetapan NJOP (pasal 2), yang dimaksud dengan Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk mememudahkan penghitungan pajak yang terutang. Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah perlu diperhatikan faktor-faktor berikut: a. Letak tanah/bangunan b. Peruntukan tanah/bangunan c. Pemanfaatan d. Kondisi lingkungan Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperlukan faktor sebagai berikut: 1) Bahan yang digunakan 2) Rekayasa 3) Letak 4) Kondisi lingkungan 8. Subjek Pajak Subjek pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan ataubangunan (Ps 3 Ayat 1 PBB). Mempunyai hak atas bumi dan atau bangunan, adalah mempunyai hak atas bumi dan atau bangunan menurut ketentuan undangundang yang berlaku tentang pokok agraria (UU No.5 tahun 1960). Tetapi mungkin juga orang atau badan mempunyai hak atas tanah/bangunan berdasarkan suatu perjanjian yang mempunyai kekuatan hukum. UU PBB jangkauannya lebih luas, karena juga meliputi orang atau badan yang menguasai tanah atau bangunan bahkan juga orang atau badan yang memperoleh manfaat dari tanah dan/atau bangunan, tanpa memiliki atau mempunyai hak atas sah tanah dan/atau bangunan. 12

Subjek pajak bumi dan bangunan belum tentu merupakan wajib pajak PBB. Subjek pajak (orang + badan) baru merupakan wajib pajak PBB kalau memenuhi syarat-syarat obyektif, yaitu mempunyai obyek yang dikenakan pajak,hal ini berarti, mempunyai hak atas obyek yang dikenakan pajak,memiliki, menguasai atau memperoleh manfaat dari obyek kena pajak. Orang atau badan yang mempunyai hak atas, memiliki,menguasai atau memproleh manfaat dari obyek (tanah/atau bangunan) yang dibebaskan dari PBB, seperti yang dicantumkan dalam pasal 3 ayat 1 UU PBB, tidak dikenakan pajak sehingga bukan merupakan wajib pajak, tetapi ia tetap merupakan subjek pajak. Jika suatu obyek pajak, baik yang berupa tanah atau bangunan, belum diketahui dengan pasti siapa yang harus membayar pajaknya, umpama karena yang mempunyai hak atau pemiliknya tidak diketahui, tetapi ada yang menguasai, dan pula ada pula orang lain yang memperoleh manfaatnya dari obyek itu, maka Direktur Jendral pajak oleh undangundang diberi wewenang untuk menunjuk dan menetapkan subjek pajak, sepeti yang dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 1 UU PBB sebagai wajib pajak (Pasal 4 Ayat 3). 9. Pengertian Pemungutan Pemungutan pajak adalah kegiatan memungut sejumlah pajak yang terutang atas suatu transaksi. Pemungutan pajak akan menambah besarnya jumlah pembayaran atas perolehan barang namun demikian ada juga pemungutan yang dilakukan oleh pihak pembayar. Pemungutan yang dilakukan pihak pembayaran akan dijabarkan sebagai berikut: a. Memungut (menambah) jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya diterima atau dasar pengenaan pajak. b. Dilakukan oleh penerima penghasilan (yang menerima pembayaran). 13