BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dikembangkan potensinya. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi generasi penerus bangsa yaitu melalui pendidikan. Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya. Dengan berkembangnya potensi peserta didik yang baik maka akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari baik masa kini maupun masa mendatang. Jadi matematika merupakan mata pelajaran yang penting, baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) menyatakan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah, guru harus memperhatikan lima kemampuan matematis yaitu : 1) kemampuan pemecahan masalah, 2) kemampuan penalaran, 3) kemampuan berkomunikasi, 4) kemampuan koneksi, 5) kemampuan representasi. Kemampuan representasi merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dikembangkan.
Kemampuan representasi merupakan suatu cara yang dimiliki seseorang untuk menyatakan dan mengungkapkan kembali ide atau gagasan yang mereka punya. Kemampuan representasi dalam pembelajaran matematika dapat melatih siswa meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan ide yang dimilikinya menjadi konsep nyata, misalnya dengan gambar, simbol, kata-kata, grafik, dan lain-lain. Terdapat beberapa alasan perlunya representasi, yaitu memberi kelancaran siswa dalam membangun suatu konsep dan berfikir matematis. Oleh sebab itu kemampuan representasi matematis perlu dimiliki oleh siswa karena dapat memberi kemudahan kepada siswa dalam membangun suatu konsep dan berfikir matematis. Adapun standar representasi untuk program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12 menurut NCTM (2000) memungkinkan siswa untuk : 1) membuat dan menggunakan representasi untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika, 2) menerapkan antara representasi matematika untuk memecahkan masalah, 3) menggunakan representasi untuk memodelkan fenomena fisik, sosial dan matematika. Selain kemampuan representasi matematis, hal yang tak kalah penting yaitu mengenai self-efficacy. Self efficacy merupakan kemampuan keyakinan seseorang atas kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu. Self-efficacy dapat mempengaruhi tindakan mereka dalam mencapai sesuatu, berapa banyak usaha yang diupayakan, berapa lama mereka akan
bertahan dalam menghadapi rintangan dalam kegagalan, serta ketahanan mereka terhadap kesulitan. Jadi, siswa perlu memiliki keyakinan selfefficacy atas diri mereka sendiri pada praktik pembelajaran maupun untuk meraih prestasi akademik mereka. Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh kebanyakan guru di sekolah adalah pembelajaran langsung, seperti yang diajarkan di SMP N 1 Karangmoncol. Siswa hanya menghafal rumus dan terpaku pada apa yang telah dicontohkan sehingga siswa menjadi kurang terlatih dalam mengembangkan kemampuan representasi yang dimiliki untuk mengkomunikasikan ide-ide dalam memecahkan suatu masalah. Ketidakmampuan siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide yang mereka miliki tidak terlepas dari kemampuan representasi matematis siswa yang masih rendah. Selain itu, dimungkinkan self-efficacy-nya juga belum terbentuk secara kuat. Self-efficacy merupakan suatu keyakinan yang harus dimiliki siswa agar berhasil dalam proses pembelajaran. Self-efficacy harus dikembangkan dalam diri siswa agar dapat memaknai proses pembelajaran matematika dalam kehidupan nyata, sehingga proses pembelajaran terjadi secara optimal. Apabila self-efficacy rendah diduga kemampuan representasinya juga akan rendah. Salah satu pendukung keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah cara memilih pembelajaran yang tepat, yaitu pembelajaran yang banyak melibatkan siswa untuk berperan aktif, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan akan menjadikan siswa menjadi lebih
menyerap pelajaran yang disampaikan. Dari sinilah kemudian banyak muncul pembelajaran-pembelajaran alternatif atau pembelajaran yang sudah dikembangkan, salah satunya yaitu pembelajaran berbasis masalah, yaitu suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pembelajaran (Rusman, 2012). Dalam memecahkan masalah yang diberikan dengan mengintegrasikan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya untuk menemukan pengetahuan baru sehingga membantu siswa dalam mengaitkan masalah antar topik dalam matematika. Model pembelajaran berbasis masalah juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuanya dalam dunia nyata (Sanjaya, 2010). Selain itu, untuk menunjang penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam pelaksanaannya maka dipadukan dengan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW). Strategi TTW merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan kegiatan berfikir, berbicara, dan menulis dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ansari (2003) berbeda dengan pembelajaran konvensional pembelajaran dengan strategi Think Talk Write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis. Dalam strategi ini aktivitas berpikir (think) siswa dapat terlihat dari proses membaca dan
memahami suatu teks soal. Selanjutnya aktivitas berbicara (talk) terlihat pada saat siswa mengkomunikasikan ide yang dimilikinya dalam menyelesaikan suatu soal kepada anggota kelompoknya. Para siswa berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang ada. Selanjutnya siswa menuliskan hasil dari diskusi tersebut secara individu (write). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Think Talk Write Terhadap Kemampuan Representasi Matematis dan Self Efficacy Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Karangmoncol. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana capaian kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Think Talk Write? 2. Bagaimana capaian self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Think Talk Write? 3. Apakah capaian kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Think Talk Write lebih baik dari pada kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung?
4. Apakah capaian self-efficacy siswa mengikuti pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Think Talk Write lebih baik dari pada selfefficacy siswa yang mengikuti pembelajaran langsung? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui capaian kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Think Talk Write. 2. Untuk mengetahui capaian self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Think Talk Write. 3. Untuk mengetahui apakah capaian kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Think Talk Write lebih baik dari pada capaian kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. 4. Untuk mengetahui apakah capaian self-efficacy siswa mengikuti pembelajaran berbasis masalah dengan strategi Think Talk Write lebih baik dari pada self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. D. Manfaat Hasil Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Siswa Siswa dapat memperoleh pembelajaran matematik yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis dan self-efficacy siswa dalam proses pembelajaran. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis dan self-efficacy siswa. 3. Bagi Sekolah Dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam meningkatkan mutu dan kemajuan sekolah dengan pembelajaran yang lebih bervariasi dan tidak monoton.