I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang. dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan,

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahun. mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan antara pemerintah

1 Universitas Indonesia

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah dalam menjalankan pemerintahannya.otonomi daerah sendiri merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

I. PENDAHULUAN. wilayah negara Indonesia dibagi atas daerah pusat dan daerah dengan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan pembanguanan nasional tidak dapat dipisahkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya sektor perpajakan diatur melalui sistem beserta Undang-undang yang telah ditetapkan. Melalui sistem tersebut diharapkan pengadaan pembangunan nasional melalui sektor pajak dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk kepentingan bersama. Pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai penyempurna Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 telah memberi kewenangan kepada daerah kabupaten dan kota didasarkan pada asas desentralisasi saja, dalam bentuk otonomi yang luas dan nyata dan bertanggung jawab. Konsekuensi dari adanya desentralisasi pemerintah daerah baik daerah propinsi, daerah kabupaten maupun daerah kota untuk melaksanakan fungsi pemerintahan menurut prakarsa sendiri dan berdasarkan aspirasi masyarakat demi pembangunan. Untuk melaksanakan fungsi pemerintah dengan efektif tersebut dibutuhkan dukungan dari sumber keuangan baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah.

2 Pajak daerah yang termasuk pada Pendapatan Asli Daerah tercantum dalam pasal 1 (6) Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah dibagi menjadi dua, yaitu pajak daerah untuk daerah kota dan untuk daerah kabupaten. Salah satu keberhasilan pembangunan daerah otonom dalam melaksanakan fungsinya sangat ditentukan oleh tersedianya dana atau keuangan. Untuk itu suatu daerah otonom sangat diperlukan meningkatkan kreatifitasnya dalam mencari sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Salah satu sumber atau potensinya adalah pajak. Tabel 1. Kontribusi Pajak Daerah dan APBD Kota Bandar Lampung Tahun 2001-2008 (Rupiah) Tahun Pajak Daerah PAD Persen (%) 2001 14.296.330.014.30 23.696.669.555.58 60 2002 19.686.070.727.69 31.586.283.774.30 62 2003 22.406.753.437.58 35.500.797.961.47 63 2004 22.304.069.191.00 36.689.575.342.06 60 2005 28.288.077.272.00 46.073.499.722.70 61 2006 26.975.594.010.00 46.137.259.170.16 58 2007 30.411.161.966.81 53.714.914.761.96 56 2008 39.265.916.881.00 65.125.848.714.96 60 Rata-rata 60 Sumber : DPPKA Kota Bandar Lampung

3 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa peranan pajak daerah rata-rata 60 % terhadap PAD. Konstribusi dari pajak daerah terhadap total PAD masih mengalami penurunan. Pada tahun 2004 jumlah penerimaan pajak daerah mengalami penurunan Rp 100 juta dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 pajak daerah juga mengalami penurunan yakni sebesar Rp 2.5 milyar dan diikuti juga penurunan dari PAD dimana pada tahun 2005 sebesar 61 % sehingga menjadi 58 %. Jika dilihat dari tahun 2008, kontribusi dari pajak daerah terhadap PAD mengalaami peningkatan yang cukup baik. Peningkatan dari pajak daerah terhadap PAD yaitu sebanyak 60 % dari tahun sebelumnya yang hanya 56 %. Tabel 2. Jenis-jenis pajak daerah dan Kontribusinya terhadap PAD Kota Bandar Lampung Tahun 2008 Jenis Pajak Jumlah Pajak (Rp) Persen (%) Pajak Reklame 2.927.798.390,00 0.04 Pajak Restaurant 5.602.691.170,00 0.09 Pajak Hotel 4.818.205.223,00 0.07 Pajak Penerangan Jalan 5.602.691.170,00 0.09 Pajak Pengambilan & pengolahan Bahan Galian Gol C 322.296.040,00 0.005 PAD 65.125.848.714,96 - Sumber : DPPKA Kota Bandar Lampung Dari Tabel 2, terlihat bahwa pajak reklame mampu memberikan kontribusinya sebesar 0.04 % terhadap PAD. Dari jumlah PAD yang diperoleh sebesar Rp 65 milyar, pajak reklame memberikan kontribusi sebesar Rp 2.927 milyar. Konstribusi yang terbesar diperoleh dari pajak penerangan jalan dan pajak restaurant yakni sebesar Rp 5.602 milyar atau sebesar 0.09%. Sedangkan konstribusi yang terkecil diperoleh dari pajak pengambilan dan pengolahan bahan

4 galian golongan C yakni sebesar Rp 322 juta atau hanya sebesar 0.005%. Sedangkan pajak hotel memberikan konstribusi sebesar Rp 4.818 milyar atau sebesar 0.07%. Tabel 3. Pajak Reklame Kota Bandar Lampung Tahun 2001-2008 Tahun Pajak Reklame (Rp) Persentasi Penerimaan (%) 2001 944.352.636,00 0,07 2002 1.108.996.161,00 0,08 2003 1.364.064.782,00 0,09 2004 1.586.278.866,00 0,11 2005 2.006.875.011,00 0,14 2006 2.059.808.218,00 0,14 2007 2.452.847.135,00 0,17 2008 2.927.798.390,00 0,20 Rata-rata 0,12 Sumber : DPPKA Kota Bandar Lampung Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat rata-rata penerimaan dari pajak reklame pertahunnya yaitu sebesar 0.12 %. Peningkatan penerimaan yang paling tinggi diperoleh pada tahun 2008, dimana total persentasi dari penerimaan pajak reklame tersebut mencapai 20 %. Penerimaan dari pajak reklame yang paling rendah diperoleh pada tahun 2001 yaitu sebesar 0.07 % dengan jumlah total dari penerimaannya mencapai Rp 944.352.636. Namun dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah, penerimaan dari pajak reklame dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Adanya reklame di Kota Bandar Lampung sudah sangat marak, bentuk dan ukurannya pun beragam bahkan letaknya hampir memenuhi setiap sudut jalan.

5 Hal ini merupakan suatu peluang untuk Kota Bandar Lampung walaupun harus mengorbankan keindahan kota. Seharusnya tingkat penerimaan pajak reklame meningkat lebih tinggi karena saat ini Kota Bandar Lampung telah dipenuhi dengan berbagai macam jenis reklame. Terutama di daerah pusat keramaian atau lokasi strategis pemasangan reklame yang memiliki nilai sewa reklame yang tinggi. Dalam melaksanakan fungsi pemerintahan dengan baik, Kota Bandar Lampung dituntut untuk lebih menggali sumber daya yang ada didaerahnya untuk dijadikan sebagai sumber-sumber keuangan yang memadai dan guna mencapai target dari penerimaan pajak reklame yang telah ditetapkan. Salah satu sumber keuangan dapat diperoleh melalui pajak daerah. Objek penelitian yang dipilih oleh penulis adalah Kota Bandar Lampung sebagai Ibukota dari Propinsi Lampung. Mengingat besarnya wilayah kota Bandar Lampung dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah seiring dengan tingkat perekonomian masyarakat yang terus meningkat, Kota Bandar Lampung juga memiliki wilayah perindustrian yang berbatasan langsung dengan Kota Bandar Lampung sehingga menarik minat para pebisnis dan pelaku usaha untuk mempromosikan barang ataupun jenis usaha mereka langsung kepada masyarakat dengan menggunakan beberapa jenis media, salah satunya yaitu reklame. Semakin meningkatnya pemasangan reklame yang dimiliki oleh pajak reklame di kota Bandar Lampung sebagai sumber pendapatan yang dapat meningkatkan pembangunan di Kota Bandar Lampung membuat penulis tertarik untuk menulis

6 skripsi dengan judul : Analisis Target Dan Upaya Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Meningkatkan Penerimaan Dari Pajak Reklame. B. Permasalahaan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pencapaian dari target pajak reklame yang dapat diperoleh Kota Bandar Lampung sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah? 2. Upaya apa yang dilakukan pemerintah Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan pajak reklame? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pencapaian dari target penerimaan pajak reklame Kota Bandar Lampung sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. 2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan penerimaan pajak reklame. D. Kegunaan penelitian Berdasarkan dari tujuan yang telah diuraikan pada penelitian ini, maka kegunaan dari skripsi ini ialah sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis Hasil dari penelitian ini sangat diharapkan agar dapat menciptakan pemungutan pajak reklame yang efektif dan efisien dan menciptakan batas

7 minimal kontribusi pajak reklame terhadap pajak daerah maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD). 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam hal praktik Pajak Reklame dan konstribusinya baik bagi pembaca, penulis maupun Pemerintah Kota Bandar Lampung. E. Batasan Penelitian Batasan atau asumsi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat berikut ini: 1. Jenis pajak reklame yang diteliti dalam penelitian hanya terbatas pada : a. Reklame Billboard/Papan Nama/Neon box b. Reklame Kain c. Reklame Videotron d. Reklame Berjalan 2. lokasi yang diamati dibatasi hanya pada lokasi tertentu yang meliputi : a. Jalan kelas Utama : - Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. Kartini, Jl. Ahmad Yani, Jl. Antasari, Jl. Gatot Subroto. b. Jalan Kelas I : - Jl. Pagar Alam, Jl. Hayam Wuruk, Jl. H. Agus Salim, Jl. M. Yamin, Jl. Urip Sumoharjo, Jl R. Saleh, Jl. Cut Nyak Dien, Jl. Ki Maja, Jl. Pramuka, Jl. Sisingamangaraja, Jl. Mh. Thamrin, Jl. Dr. Sutomo.

8 c. Jalan Kelas II : - Jl. Ratu Dibalau, Jl. Pajajaran, Jl. Bumi Manti, Jl. Darussalam, Jl. Slamet Riyadi, Jl. Komp. PKOR Way Halim, Jl. Cendana, Jl. Morotai, Jl. P. Bacan, Jl. Perum Way Halim, Jl. Perum Korpri. 3. Batasan waktu yang digunakan dalam perhitungan pemungutan pajak reklame pada penelitian ini yaitu : a. Reklame Billboard/Papan Nama/Neon box : 1 tahun b. Reklame Kain : Tri Wulan c. Reklame Videotron : 1 tahun d. Reklame Berjalan : 1 tahun