I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. seseorang. Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

JURNAL. EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR (Moringaoleifera) SEBAGAI BIO-SANITIZER TANGAN DAN DAUN SELADA (Lactuca sativa)

SKRIPSI. DEKOK DAUN KERSEN (Muntingia calabura) SEBAGAI CAIRAN SANITASI TANGAN DAN BUAH APEL MANALAGI (Malus sylvestris) Disusun oleh:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

Pengaruh ekstrak daun kersen terhadap daya tetas dan mortalitas telur itik hibrida

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT. Keywords: Inhibition, Muntingia calabura L., Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Antimicrobial

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan menambah bahan tertentu(rachmawati & Triyana, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Sanitasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

DEKOK DAUN BELIMBING WULUH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang menggambarkan keseluruhan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. diderita oleh penduduk di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman terpopuler di

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian obat tradisional untuk analgesik (mengurangi rasa nyeri)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

NASKAH PUBLIKASI. DEKOK DAUN KERSEN (Muntingia calabura) SEBAGAI CAIRAN SANITASI TANGAN DAN BUAH APEL MANALAGI (Malus sylvestris)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang tinggi seperti protein, lemak vitamin B (vitamin B 6 /pridoksin, vitamin

BAB I PENDAHULUAN. biasa (suhu kamar) daya tahannya rata-rata 1 2 hari saja. Setelah lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB I PENDAHULUAN. Labu kuning merupakan bahan makanan yang sering digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain-lain (Darmadi, 2008)

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan dunia luar adalah tangan. Hal tersebutmemudahkan terjadinya kontak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yaitu hal penting untuk diperhatikan terutama dari kebersihan tubuh dan makanan yang dikonsumsi. Makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen dapat mengakibatkan gangguan kesehatan karena mikroorganisme patogen tersebut dapat memproduksi racun yang mengakibatkan timbulnya penyakit (Mulia, 2005). Makanan yang di konsumsi bukan saja harus memenuhi gizi tetapi juga harus aman yang berarti tidak ada mikroorganisme patogen. Makanan mengandung senyawasenyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh, perkembangbiakkan, dan menghasilkan energi untuk kepentingan berbagai kegiatan dalam kehidupan (Lestari dkk., 2015). Kontaminasi mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman dapat menjadi media pertumbuhan bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak hanya timbul karena kualitas bahan baku suatu produk pangan saja, kebersihan tangan konsumen atau foodhandler juga dapat menyebabkan foodborne disease. Tangan yang bersih sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Cara paling sederhana menjaga kebersihan tangan dan paling umum dilakukan oleh setiap orang adalah dengan mencuci tangan sebelum dan setelah bersentuhan dengan makanan (Radji dkk., 2007). 1

2 Mengonsumsi berbagai sayuran dapat menjadi salah satu pola hidup sehat terutama sayuran yang dikonsumsi dalam keadaan segar seperti sayur selada (Lactuca sativa L.). Kandungan gizi pada sayur selada yaitu serat, provitamin A (karotenoid), kalium, dan kalsium (Supriati dan Herliana, 2014). Selada merupakan komponen utama dalam pembuatan salad karena mempunyai kandungan air tinggi tetapi karbohidrat dan protein rendah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bahan pangan segar seperti selada juga rawan terhadap kontaminasi mikrorganisme, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme. Cairan sanitasi adalah salah satu bahan yang dapat membunuh mikroorganisme pada permukaan tangan dan sayur-sayuran (Djannah dan Desiyanto, 2013). Jumlah mikroorganisme pada sayuran yaitu terutama sayuran yang dikonsumsi dalam keadaan mentah, dapat dikurangi dengan melakukan pencucian sayur sebelum dikonsumsi. Selain itu, mencuci tangan sebelum dan setelah menjamah makanan juga penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme patogen. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai cairan sanitasi alami yaitu daun kelor. Bahan alami yaitu daun kelor dapat dijadikan antibakteri alami sebagai alternatif pengganti bahan sintesis dalam mencegah infeksi bakteri. Daun kelor dikenal mempunyai berbagai senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Daun kelor diketahui mengandung senyawa fitokimia seperti flavonoid, saponin, dan tanin yang berperan sebagai antibakteri (Busani dkk., 2012).

3 Ekstraksi dengan metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam air sebagai cairan penyari (Mustofa, 2008). Metode ini lebih aplikatif diterapkan langsung ke masyarakat terutama penjamah makanan dan konsumen sayuran segar. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu diadakan penelitian tentang efektivitas ekstrak daun kelor untuk mengurangi jumlah total mikroorganisme, keberadaan Staphylococcus aureus yang terdapat pada telapak tangan dan Escherichia coli yang terdapat pada daun selada. B. Keaslian Penelitian Yudhistira dkk. (2012), melakukan penelitian mengenai potensi antimikrobia ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) terhadap Salmonella enteritidis (SP-1-PKH) secara in vitro. Penelitian ini menggunakan metode dilusi tabung dengan menggunakan ekstrak air daun kelor. Konsentrasi yang digunakan yaitu 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan pelarut air memiliki efek antimikrobia terhadap Salmonella enteritidis (SP-1-PKH) dengan kadar bunuh minimal pada konsentrasi 90%. Wulandari dkk. (2014), melakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak daun kelor dengan pelarut etanol dan dekok daun kelor (Moringa oleifera) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae penyebab mastitis pada sapi perah. Penelitian ini menggunakan pelarut etanol dan dekok daun kelor. Konsentrasi yang digunakan yaitu 50%, 60%, 70%, dan

4 iodips sebagai kontrol. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan pelarut etanol dan air memiliki daya hambat yang tidak berbeda nyata dan efektif pada konsentrasi 70%. Penelitian yang dilakukan oleh Dima dkk. (2016), mengenai uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah difusi agar dengan etanol 96% sebagai cairan pengekstrak. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ekstrak daun kelor sudah mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%. Konsentrasi ekstrak daun kelor optimum yang mampu menghambat Escherichia coli dan Staphylococcus aureus adalah 80%, dimana semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin besar pula aktivitas antibakteri penghambat pertumbuhan bakteri. Lestari (2016), melakukan penelitian mengenai dekok daun kersen (Muntingia calabura) sebagai cairan sanitasi tangan dan buah apel manalagi (Malus sylvestris). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan antimikroorganisme dan konsentrasi optimal dekok daun kersen pada tangan dan kulit apel manalagi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa dekok daun kersen dengan konsentrasi 20% sudah mempunyai kemampuan antimikrobia. Konsentrasi dekok daun kersen optimum yang mampu mereduksi mikroorganisme adalah pada konsentrasi 60%.

5 C. Rumusan Masalah 1. Apakah daun kelor (Moringa oleifera) efektif menghambat mikroorganisme yang terdapat pada tangan dan daun selada? 2. Berapakah konsentrasi optimum daun kelor (Moringa oleifera) untuk mereduksi mikroorganisme pada tangan dan daun selada? D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui efektivitas daun kelor (Moringa oleifera) menghambat mikroorganisme yang ada pada tangan dan daun selada. 2. Mengetahui konsentrasi optimum daun kelor (Moringa oleifera) untuk mereduksi mikroorganisme pada tangan dan daun selada. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi alternatif cairan sanitasi alami tangan masyarakat sebagai penjamah makanan dan sebagai pencuci sayuran. Cairan sanitasi alami ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat terutama dalam hal sanitasi. Selain itu, diharapkan cairan sanitasi daun kelor dapat dengan mudah dibuat oleh industri kecil dan untuk mendukung penelitian lebih lanjut mengenai manfaat daun kelor sebagai antimikrobia.