BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, karena angka harapan hidup merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

GAMBARAN SKALA DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam kategori 10 besar provinsi di

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan dimulai dari proses kelahiran hingga melewati setiap masa perkembangan untuk hidup lebih lama mencapai umur yang panjang. Hal ini dapat dikatakan sebuah keberhasilan, akan tetapi di sisi lain hal ini mengarah ke sebuah prediksi dari peningkatan populasi lanjut usia (lansia) di dunia. Dalam empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih dalam populasi dunia diperkirakan meningkat dari 800 juta penduduk menjadi 2 milyar penduduk lansia atau mengalami lonjakan dari 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012). Menurut WHO dalam Health in South East-Asia, proporsi penduduk tua dalam populasi mengalami perkembangan yang sangat cepat terlebih pada negara di kawasan Asia Tenggara. Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, memiliki riwayat peningkatan jumlah lansia yang signifikan seiring dengan peningkatan kualitas kesehatan yang berdampak pada peningkatan angka harapan hidup yakni sebesar 14 juta jiwa lansia sejak tahun 1971 hingga tahun 2009 (Komnas Lansia, 2010). Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009, jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 19,32 juta orang (8,37% dari total seluruh penduduk Indonesia). Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 1

2 terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia dimana pada tahun 2005 jumlah penduduk lansia sebesar 16,80 juta orang. Angka ini naik menjadi 18,96 juta orang pada tahun 2007, dan menjadi 19,32 juta orang pada tahun 2009. Propinsi yang menjadi peringkat pertama dengan proporsi penduduk lansia tertinggi ditempati oleh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (14,02%) kemudian diikuti oleh propinsi lainnya. Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai jumlah lansia yang besar. Kabupaten Bantul memiliki penduduk lansia sebesar 178.025 laki laki dan 188.749 wanita (BPS Kabupaten Bantul, 2011). Angka harapan hidup masyarakat di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 mencapai 70 tahun untuk perempuan dan 69 tahun untuk lakilaki (BPS Kabupaten Bantul, 2008). Peningkatan proporsi penduduk lansia dan angka harapan hidup yang tinggi tersebut akibat dari pelaksanaan pembangunan kesehatan yang komprehensif dan berkesinambungan selama beberapa dasawarsa terakhir yang menuntut adanya pelayanan kesehatan yang lebih bermutu untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup lansia (Depkes, 2012). Lansia akan mengalami sejumlah penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain akibat pertambahan umur. Kemunduran atau menurunnya fungsi fisik, psikologis dan sosial pada umumnya ditandai dengan menurunnya beberapa fungsi organ tubuh, seiring dengan menurunnya fungsi organ fisik juga berpengaruh terhadap adanya penurunan fungsi organ non-fisik, yang ditandai dengan munculnya masalah sosial maupun masalah psikologis (Padmiati, 2011).

3 Masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia adalah kesepian (Probosuseno, 2007). Kesepian merupakan salah satu indikator kesejahteraan lansia yang penting (Holmen & Furukawa, 2002). Kesepian dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan tidak menyenangkan yang dimiliki oleh seseorang yang ditandai dengan emosi-emosi negatif dan adanya ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diharapkan dan ketersediaan hubungan yang dimiliki. Johnson et al. (1993) dalam National Council on Ageing and Older People (2004), melaporkan bahwa prevalensi lansia di Amerika yang mengalami kesepian menunjukkan angka yang cukup tinggi yakni sebanyak 62 % lansia. Penelitian oleh Wardiyah (2007) mengenai kesepian yang dilakukan di komunitas di Desa Sendowo menunjukkan hasil bahwa sebagian besar lansia berada pada keadaan kesepian sedang yakni sebesar 66,67% diikuti kesepian ringan sebesar 23,33% dan sisanya sebesar 10 % masuk dalam kategori kesepian tinggi. Kespian yang dialai oleh lansia dapat disebabkan oleh kondisi seperti merasa tidak memiliki ikatan emosi yang erat seperti tidak punya sahabat untuk berbagi keluh kesah, ketiadaan pasangan, jarak emosional dengan pasangan yang semakin jauh, anggapan berbeda dari yang lain, hidup sendiri, dan terisolasi (Sawitri & Sadarjoen dalam Wardiyah, 2007). Marasmis (1998) menyebutkan bahwa kurangnya kontak dengan keluarga dan teman, tidak memiliki pekerjaan, ketidakmampuan menjalin hubungan dengan lingkunganmaupun keluarga, mundurnya dari berbagai kegiatan, jarang bertemu orang banyak dapat menimbulkan perasaan kesepian pada lansia.

4 Kesepian yang dialami oleh lansia mempunyai dampak yang cenderung menyebabkan berbagai masalah seperti depresi, keinginan bunuh diri, sistem kekebalan menurun, dan gangguan tidur. Kurina et al. (2011) menyatakan bahwa perasaan kesepian yang dialami seseorang menjadi hal yang erat kaitannya dengan tidur karena anggapan seseorang yang membutuhkan rasa aman agar dapat tidur dengan nyenyak. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar yang penting bagi setiap orang untuk menjaga kebugaran dan kesehatan badannya. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 % dengan gangguan tidur yang paling sering ditemui yakni insomnia (Amir, 2007). National of centre for sleep disorder research menyatakan bahwa insomnia adalah suatu pengalaman dari kualitas tidur yang buruk atau kurang memadai yang ditandai oleh satu atau lebih dari gejala berikut : kesulitan untuk jatuh tertidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur, bangun terlalu dini di pagi hari dan tidur yang tidak menyegarkan. Faktor psikologis menjadi salah satu penyebab kecenderungan munculnya insomnia. Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga (Rafknowledge, 2004). Prevalensi lansia yang mengalami insomnia dalam sebuah studi yang luas di komunitas ditemukan sebesar 36% untuk lansia laki-laki dan 54% lansia perempuan mengeluhkan insomnia. Hanya 26% lansia laki-laki dan 21% lansia

5 perempuan yang melaporkan tidak mengalami kesulitan untuk tidur (Setiati & Laksmi, 2005). Dampak dari insomnia menurut Bakr et al. (2011) cukup serius yakni berupa terganggunya fungsi individu, penurunan kualitas hidup yang terlihat dari rendahnya nilai pada komponen mental dan fisik, dan meningkatkan resiko jatuh serta kecelakaan. Peningkatan resiko jatuh pada lansia diduga kuat menjadi salah satu hal yang menyebabkan penempatan lansia di Panti Jompo. Dibandingkan dengan yang tidak mengalami insomnia, lansia dengan insomnia menunjukkan waktu reaksi yang lambat dan mempunyai resiko yang lebih besar mengalami disfungsi kognitif terkait dengan memorinya (Gehrman & Ancoli-Israel, 2010). Insomnia bahkan disebutkan dapat menyebabkan kematian (Pollak et al., 1990; Rumble and Morgan, 1992;Manabe et al., 2000 cit Voyer et al., 2006). Studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara terhadap 3 orang lansia yang tinggal di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta menunjukkan bahwa lansia tersebut mengeluhkan mengalami masalah dengan tidurnya berupa sulit untuk memasuki tidur dan sering terjaga ditengahtengah tidurnya serta butuh waktu yang lama untuk kembali tidur. Berdasarkan uraian latar di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat kesepian dengan tingkat insomnia pada lansia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta.

6 B. Rumusan Masalah Dengan latar belakang seperti tersebut di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui Adakah hubungan antara tingkat kesepian dengan tingkat insomnia pada lanjut usia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kesepian dengan tingkat insomnia pada lanjut usia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui tingkat kesepian lansia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta. b. Mengetahui tingkat insomnia pada lansia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan gerontik terkait dengan kesepian dan insomnia yang terjadi pada kalangan lanjut usia.

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah pijakan awal untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya dan memberikan pengalaman yang menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan masalah yang terjadi pada lansia khususnya masalah kesepian dan insomnia. b. Bagi Lansia Memberikan pengetahuan kepada lansia mengenai kesepian hubungannya dengan insomnia yang sering dialami oleh lansia c. Bagi Tenaga Kesehatan Memberikan pemahaman mengenai kesepian dan insomnia yang sering dialami oleh kalangan lansia sehingga penting untuk memperhatikan masalah psikologis dari lansia terkait dengan kesepian yang salah satunya mempunyai dampak terjadinya insomnia pada lansia. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian oleh Kurina et al. (2011) mengenai Loneliness Is Associated with Sleep Fragmentation in a Communal Society. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan sleep fragmentation dan durasi tidur. Peneliti menggunakan rancangan cross-sectional dengan subjek sebanyak 95 orang rata-rata usia 39,8 tahun. Hasil penelitian

8 didapatkan bahwa kesepian dan durasi tidur tidak menunjukkan suatu hubungan tetapi ditemukan hubungan antara kesepian dengan sleep fragmentation. Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki perbedaan pada variabel terikat yakni mengenai kejadian insomnia dan subjek penelitian yang digunakan adalah populasi lansia. 2. Penelitian oleh Yokoyama et al. (2010) dengan judul association between depression and insomnia subtypes: a longitudinal study on the elderly in Japan. Bertujuan untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan 3 subtipe insomnia yakni kesulitan memulai tidur (difficulty initiating sleep/dis), bangun terlalu pagi (early morning awakening/ema), dan kesulitan memelihara tidur (difficulty maintaining sleep/dms). Peneliti menggunakan rancangan cross sectional dan longitudinal pada lansia berumur 65 tahun atau ke atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada studi cross sectional depresi mempunyai hubungan yang signifikan dengan DIS dan EMA. Pada studi longitudinal menunjukkan bahwa depresi mempunyai hubungan dengan DIS namun tidak dengan EMA dan DMS. Penelitian yang akan dilakukan peneliti memiliki perbedaan pada variabel bebasnya yakni mengenai kesepian. 3. Penelitian oleh Wardiyah (2007) mengenai hubungan antara kesepian dengan depresi pada lansia di dusun Sendowo kelurahan Sinduadi kecamatan Mlati kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan kesepian dengan depresi menggunakan rancangan cross sectional. Sample penelitian sebanyak 60 lansia yang

9 diambil dengan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 66,67% lansia mengalami kesepian tingkat sedang dan 81,67% lansia tergolong dalam depresi rendah. Berdasar hasil analisis korelasi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kesepian dengan depresi lansia. Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki perbedaan pada variabel bebasnya yaitu mengenai kesepian pada lansia sedangkan persamaannya adalah pada variabel terikat dan jenis penelitian cross sectional yang digunakan. 4. Penelitian oleh Safitri (2011) dengan judul hubungan antara kesepian dengan kualitas hidup dan fungsi kognitif pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta unit Abiyoso. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan kualitas hidup dan fungsi kognitif pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso yang dilakukan dengan rancangan cross sectional menggunakan 42 responden lansia sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kesepian dengan kualitas hidup lansia dan tidak terdapat hubungan antara kesepian dengan fungsi kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso. Penelitian yang akan dilakukan peneliti memiliki perbedaan pada variabel terikatnya yaitu mengenai insomnia pada lansia. 5. Penelitian oleh Naim (2007) dengan judul correlation between psychososial stressor and insomnia in Lokapala Hospital Geriatric Association. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

10 stressor psikososial dengan insomnia yang dilakukan dengan rancangan cross sectional dan metode deskriptif analitik. Peneliti menggunakan 27 lansia sebagai sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang stressor psikososial dengan insomnia pada lansia. Penelitian yang akan dilakukan peneliti memiliki perbedaan pada variabel bebasnya yaitu mengenai kesepian pada lansia dan penelitian yang akan dilakukan dengan metode deskriptif korelatif sedangkan persamaannya adalah pada variabel terikat dan jenis penelitian cross sectional yang digunakan. 6. Penelitian oleh Gopalakrishnan (2007) dengan judul correlation between sosial support and insomnia in Lokapala Hospital Geriatric Association. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan insomnia yang dilakukan dengan metode cross sectional dan deskriptif analitik. Peneliti menggunakan 27 lansia sebagai sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial yang diterima dengan prevalensi insomnia pada lansia. Penelitian yang akan dilakukan peneliti memiliki perbedaan pada variabel bebasnya yaitu mengenai kesepian pada lansia dan penelitian yang akan dilakukan dengan metode deskriptif korelatif sedangkan persamaannya adalah pada variabel terikat dan jenis penelitian cross sectional yang digunakan.