BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat,

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya. Guru selalu menjadi contoh dan teladan para siswanya dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

PERILAKU MENYIMPANG.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan perilaku yang bersifat kemanusiaan dalam masyarakat yang beraneka ragam kepentingan perilaku yang mendukung kerakyatan, yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Taniredja, 2011 : 33 Secara makro terdiri dari : 1. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang menyangkut bidang politik, hukum dan moral. 2. Dimensi ketrampilan kewarganegaraan (civic skill) yaitu yang menyangkut ketrampilan dalam berpartisipasi didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Dimensi nilai kewarganegaraan (civic value) materi mengarah pada penanaman nilai, kepercayaan serta sikap kwarganegaraan yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bersumber dan berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Selain itu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan digunakan sebagi wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi untuk membina pemahaman dan kesadaran warga Negara terhadap hubunganya dengan Negara dan sesama 1

2 warga Negara lainnya, sehingga mereka mengetahui, menghayati, dan dapat melaksanakan dengan baik apa yang menjadi hak dan kewajiban setiap warga Negara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan usaha membekali peserta didik dengan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga dengan negara. Sedangkan tuntutan sikap hidup dalam lingkungan hidup di Sekolah Menengah Atas adalah peraturan-peraturan dan apabila peraturan tersebut tidak di taati, maka terjadilah yang disebut Perilaku Menyimpang. Saprinah Sadli ( 1976 : 23 ) mengatakan, bahwa : Suatu tingkah laku di katakan menyimpang bila tingkah laku tersebut terutama menyimpang dari aturan normatif yang berlaku dalam lingkungan tersebut. Dalam proses pembelajaran peserta didik memerlukan pergaulan dengan individu maupun kelompok-kelompok. Dari proses pergaulan ini akan membentuk kepribadian peeserta didik, karena itu perlu adanya proses interaksi yang baik agar proses pendidikan berjalan dengan lancar. Setiap manusia di dunia ini pasti memiliki kebutuhan. Masa remaja sebagai masa pencarian jati diri menjadikan lingkup ruang pergaulannya sebagai tempat untuk mengekspresikan dirinya agar diakui keberadaanya oleh individu lain. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan tentu saja memungkinkan siswa untuk melakukan sosialisasi. Dari pergaulan dengan teman sebaya, guru, teman satu sekolah, lingkungan dekat sekolah, semuanya akan mempercepat proses sosialisasi yang akan merubah tingkah laku dan perilakunya.yang menentukan cepat

3 atau lambat terjadinya proses sosialisasi tersebut adalah kedekatan anak di dalam kelompok bermainnya. Apalagi anak sedang mengalami masalah di dalam keluarganya, sehingga anak menemukan tempat untuk mencurahkan perasaannya itu dalam kelompok bermain. Dalam kelompok bermain, jika anak mempunyai teman-teman yang memiliki perilaku buruk, seperti suka melawan, suka berkelahi maka anakpun memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku temannya tersebut. Dengan kata lain kuantitas pergaulan anak turut menentukan atau mempengaruhi bagaimana terbentuknya perilaku anak. Siswa yang menunjukkan perilaku demikian kemungkinan besar disebabkan tidak adanya kesesuaian tingkat perkembangan dan tidak sesuai dengan nilai moral yang berlaku. Perilaku ini tentu saja akan mengganggu siswa untuk mencapai perkembangan berikutnya, bahkan tidak sedikit yang mengakibatkan kegagalan dalam belajar. Keadaan siswa di sekolah merupakan tanggung jawab pihak sekolah. Siswa perlu mendapat perhatian serta perlakuan secara bijak. Ini bisa dilakukan melalui proses pendidikan, bimbingan, dan latihan. Kewenangan khusus untuk menangani siswa yang bermasalah ada pada guru pembimbing atau konselor sekolah. Peran guru pembimbing pada hakikatnya berkedudukan sebagai pemberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan, sebagaimana dikemukakan oleh Prayitno (2004) bahwa pada dasarnya adalah membantu individu dan kelompok untuk mengurangi sampai seminimal mungkin dampak sumber-sumber permasalahan; mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh individu dan

4 kelompok, mengembangkan diri individu dan kelompok seoptimal mungkin. Melihat masalah penyimpangan remaja yang dilakukan para siswa ini perlu adanya suatu usaha Pencegahan Perilaku yang benar-benar serius, bijaksana dan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait. Usaha untuk menanggulangi penyimpangan siswa pada pelajar merupakan tanggung jawab semua unsur dalam masyarakat baik itu orangtua, pendidikan, lembaga keagamaan, pendidikan sosial, instansi pemerintahan dan lain sebagainya. Salah satu upaya Pencegahan Perilaku kondisi pada siswa tersebut antara lain melalui pendidikan formal di sekolah, dimana sekolah merupakan tempat untuk memberikan pendidikan dan pembinaan bagi pelajar supaya dapat berperilaku yang lebih baik dan positif serta memberikan bekal untuk masa depan pelajar. Sasaran utama guru PKn adalah membawa anak didiknya menjadi manusia yang memiliki rasa kesadaran dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai warga negara yang baik, hal ini sejalan dengan pendapat Somantri (Herlina, 2008:26) bahwa: Guru PKn harus banyak berusaha agar siswa-siswinya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta ketrampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru PKn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun perilaku, sikap serta memberi dorongan kearah yang lebih baik. Mengingat peran Guru PKn yang penting dalam menanamkan pendidikan moral kepada peserta didiknya, tentunya guru PKn memiliki kontribusi untuk Pencegahan penyimpangan siswa yang di lakukan oleh peserta didik sehingga penyimpangan tersebut semaksimal mungkin dapat

5 diminimalisirkan. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan rentangan fase kehidupan dari masa anak-anak pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi. menuju masa remaja. Pada masa ini dipercaya sebagai masa yang sulit baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingukungannya. Perkembangan menuju kearah dewasa itu memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh dari kalangan pendidik, sangat memungkinkan potensi yang ada pada anak remaja seusia siswa Sekolah Menengah Kejuruan akan dapat dikembangkan secara optimal. Hal ini dapat mengakibatkan permasalahan yaitu siswa bisa terjerumus kedalam perilaku menyimpang apabila tidak diarahkan ke hal-hal yang positif. Remaja sebagai generasi bangsa diharapkan memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi agar dapat membangun Indonesia dalam bidang pendidikan. Salah satunya sebagai calon generasi muda yang akan meneruskan pembangunan indonesia. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan tergolong dalam usia remaja awal. Pada masa remaja awal nilainilai, sikap dan keterampilan anak semakin berkembang dengan baik karena didukung oleh perkembangan fisiknya. Pada usia tersebut perkembangan emosi anak menunjukan sifat sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial. Saiful Sagala (2005: 12) menyatakan bahwa : Proses kematangan emosional dipengaruhi oleh kondisi sosioemosional lingkungannya terutama keluarga dan Peran pembelajaran, oleh karena itu perlu adanya upaya dari keluarga dan sekolah untuk mengatasi dan menghindarkan remaja pada masalah-masalah sosial yang menyimpang.

6 Masalah perilaku menyimpang pada remaja akhir-akhir ini telah menjadi perhatian masyarakat, baik perilaku menyimpang di rumah, masyarkat, maupun di sekolah. Tindakan-tindakan remaja tidak hanya demonstratif namun dari beberapa diantaranya sudah menuju kepada hal-hal yang cukup meresahkan masyarakat. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak yang berkepentingan. Baik pendidik, masyarakat, penegak hukum dan terutama orang tua. Menurut Narwoko D & Suyatno B (2006:97) bahwa fenomena perilaku menyimpang dalam kehidupan bermasyarakat memang menarik untuk dibicarkan. Sisi menarik bukan saja karena pemberitaan tentang berbagai tindakan manusia yang ganjil itu dapat mendongkrak polah media massa dan rating dari suatu mata acara di stasiun televisi, tetapi juga karena tindakantindakan menyimpang diangap dapat mengganggu ketertiban masyarakat. Kasus-kasus pelanggaran norma susila dan berbagai tindakan yang lain yang melanggar norma-norma yang ditayangkan di televisi, atau gosip-gosip gaya hidup selebritis yang terkesan jauh berbeda dengan kehidupan nyata masyarakat, meskipun dicari penontonnya karena dapar memenuhi hasrat ingin tahu para remaja tersebut, juga sering kali dicaci karena perilaku yang dianggap tak layak (Narwoko D & Suyanto B 2006:97) Menurut Siahaan (2009:7) bahwa penyimpangan belum tentu merupakan kejahatan (kenakalan), namun kejahatan pastinya penyimpangan. Misalnya malak, tidak puasa pada bulan ramadhan bisa mengakibatkan siswa terjerumus kehal-hal yang negatif yaitu perkelahian, membolos dan merokok

7 di sekolah. Berdasarkan hasil observasi awal terdapat perilaku menyimpang pada siswa di SMK Ma arif NU Bobotsari, misalnya tidak disiplin, melanggar tata tertib harian sekolah, ketidakdisiplinan terlihat pada saat siswa di sekolah datang terlambat, membolos, tidak masuk ke sekolah tanpa alasan, tidak berpakaian rapi, tidak menggunakan sabuk sesuai aturan sekolah dan merokok di lingkungan sekolah, terlibat perkelahian, pencurian helm, selain tidak disiplin banyak juga peserta didik yang kurang memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, hal ini terlihat dari masih banyaknya peserta didik yang mengacau atau ramai dalam kelas, bercerita dengan teman sebangku, mengganggu teman, dan lain-lain. Tabel 1.1 Data Penyimpangan siswa di SMK Ma arif NU Bobotsari Tahun Pelajaran2013 / 2014 dari data Guru Bimbingan Konseling No Indikator Contoh Perilaku Menyimpang 1 Penyimpangan siswa Membolos sekolah, Ada 80 % dari yang melawan status terlambat, alpa, tidak keseluruhan memakai atribut siswanya lengkap, seragam tidak rapi, sepatu tidak hitam. 2 Penyimpangan sosial Melawan guru, Mencapai 10 % melakukan tindakan asusila, hamil di luar nikah 3 Penyimpangan siswa Pencurian helm, Sekitar 11%

8 yang menimbulkan korban materi 4 Penyimpangan siswa yang menimbulkan korban fisik pencurian Handphone, dan pencurian uang perkelahian dengan teman satu sekolah, dan perkelahian siswa dari sekolah lain. Mencapai 10% siswa Usaha untuk Pencegahan penyimpangan siswa memang bukanlah menjadi tugas BK saja, tetapi seluruh pihak sekolah memiliki peran, salah satunya adalah guru yang berinteraksi secara langsung dengan siswa. Guru PKn diharapkan memliki peran yang lebih di banding guru mata pelajaran lain dalam usaha Pencegahan penyimpangan siswa yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif NU Bobotsari maka umumnya akan memanggil siswa yang melakukan tindakan menyimpang tersebut melalui jalur penanganan wali kelas, BP/Bimbingan dan Penyuluhan, Kepala Sekolah. Bilamana setelah ada persetujuan siswa dan pernyataan ingin berubah dan mengubah tingkah lakunya yang menyimpang tersebut dapat dibuktikannya dalam penampilan keseharian sesuai perjanjian maka siswa tersebut akan dapat dipertahankan di sekolah tersebut tapi bila dalam kurun waktu percobaan persetujuan ternyata siswa tersebut malah semakin menjadi atau bertingkah yang lebih parah maka kemungkinan akan dikeluarkan dari sekolah tersebut dan dikembalikan ke Orang Tuanya. Biasanya Wali Kelas atau BP akan mencoba menelusuri mengapa mereka berperilaku menyimpang dengan mengadakan wawancara. Kemudian mencari tahu juga sudah sejauh mana perilaku menyimpang itu dilakukan. Setelah mendapatkan data-data

9 yang lengkap maka akan diambil sebuah keputusan/tindakan apa yang akan dibebankan kepada siswa tersebut. Penyimpangan yang fatal dan tidak ada perubahan dari siswa itu sendiri maka ada kemungkinan dikeluarkan dari sekolah, karena itulah penulis melakukan penelitian tentang Peran Pembelajaran Pkn dalam Pencegahan Perilaku menyimpang siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif NU Bobotsari. A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di rumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut, Bagaimana Peran Pembelajaran Pkn dalam Pencegahan Perilaku Perilaku Menyimpang Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif NU Bobotsari a. Bagaimana Pelaksanaan pembelajaran PKn dalam pencegahan perilaku menyimpang siswa di SMK Ma arif NU Bobotsari? b. Apakah kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran PKn dalam pencegahan perilaku menyimpang siswa di SMK Ma arif NU Bobotsari? c. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala pada saat pembelajaran PKn dalam pencegahan perilaku menyimpang siswa di SMK Ma arif NU Bobotsari? B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berisi uraian tentang rumusan hasil yang akan dicapai oleh mahasiswa selaku peneliti. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adlah untuk mengetahui Peran pembelajaran PKn dalan

10 Pencegahan Perilaku Menyimpang siswa Untuk lebih spesifik Peneliti mempunyai tujuan diantaranya adalah: a. Untuk mengetahui Peran pembelajaran PKn dalan Pencegahan Perilaku Menyimpang siswa di SMK Ma arif NU Bobotsari? b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran PKn dalam Pencegahan Perilaku Menyimpang siswa di SMK Ma arif NU Bobotsari? c. Untuk mengetahi upaya yang dilakukan untu mengatasi kendala pada saat pembelajaran PKn dalan Pencegahan Perilaku Menyimpang siswa di SMK Ma arif NU Bobotsari? C. Manfaat Peneliti Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peran Pembelajaran Pkn dalam Pencegahan Perilaku menyimpang siswa dan untuk mengetahui cara menanggulangi perilaku menyimpang di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif NU Bobotsari. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan untuk pengembangan disiplin ilmu yang ditekuni penulis yaitu Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya

11 ilmu pendidikan yaitu: tentang Peran pembelajaran PKn dalam Pencegahan Perilaku menyimpang siswa. 2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan pemikiran kepada Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif NU Bobotsari dalam mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah penyimpangan siswa Selain itu, sekolah dapat mencari upaya atau strategi dalam meningkatkan kemampuan siswa memahami materi pelajaran sehingga siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. b. Bagi Siswa Penelitian ini dapat mengetahui dari dampak perilaku menyimpang serta mampu bertingkah laku sesuai dengan tuntutan sekolah. c. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti guna pembimbingan dalam Pencegahan dan mengatasi masalah perilaku menyimpang siswa di sekolah dan mengetahui peran pembelajaran Pkn dalam Pencegahan Perilaku menyimpang siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif NU Bobotsari dan sekaligus sebagai bekal pengetahuan saat nanti peneliti terjun ke dunia pendidikan. Penelitian ini juga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.