BAB I PENDAHULUAN. Ket: = Jenis bank yang diteliti. Bank Perkreditan Rakyat (1837) Bank Umum (120) (1683) Bank Pemerintah Unit Usaha Syaiah (1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC Pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. : I Made Paramartha NIM :

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. (BEI) sampai tahun 2011, sektor perbankan ini mengalami fluktuasi pada harga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam berawal dari krisis moneter pada bulan Juli-Agustus Krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Mulai dari petani, buruh, dan nelayan sudah mengenal bank. Bahkan

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai intermediary institution yaitu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisis Tingkat Kesehatan Perbankan Konvensional dengan Metode Risk Profile, Earnings, Capital

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perekonomian. Kemajuan perekonomian nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan banyaknya pendirian bank-bank. Baik itu bank milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

Nora Yacheva Muhammad Saifi Zahroh Z.A Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu,

BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan metode pengujian statistik. Penelitian analisis komparatif

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variabel

BAB I PENDAHULUAN. dari 45 saham dengan likuiditas (liquid) tinggi yang diseleksi melalui beberapa

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. lain, kemudian mengelola dana tersebut dan menyalurkannya kepada masyarakat atau

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang merupakan bisnis jasa saat ini berada dalam persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan fasilitas pelayanan dalam lalu lintas pembayaran. Bank juga

BAB I PENDAHULUAN. penting karena sifatnya sebagai lembaga intermediasi yaitu bertindak sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan memegang peranan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Perbankan adalah lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. dilakukan melalui berbagai kebijakan di bidang perbankan tujuan utamanya


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan perusahaan kepada masyarakat/publik (go public).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat sepenuhnya terlepas dari pengaruh perkembangan lembaga keuangan. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Menurut Undang-

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Perlu diketahui bahwa penilaian tingkat kesehatan bank pada industri

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK BASED BANK RATING ( RBBR )

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan atau financial intermediary yang mengandalkan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa adanya pembangunan ekonomi yang baik dari suatu bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Undang-Undang No. 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Nama : Audia Elfika Wardhani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan komparatif. Sumber data

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, perbankan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan bank, baik yang berkaitan dengan kelembagaan, kegiatan usaha, maupun cara dan proses dalam melakukan kegiatan usaha. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional untuk kesejahteraan rakyat. Berdasarkan UU tentang Perbankan, jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha baik secara konvensional maupun prinsip syariah yang memberikan jasa dalam kegiatan lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha baik secara konvensional maupun prinsip syariah yang tidak memberikan jasa dalam kegiatan lalu lintas pembayaran. Dalam rekapitulasi institusi perbankan di Indonesia hingga bulan Oktober 2011, jumlah Bank Umum sebanyak 120 bank dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berjumlah 1837 bank. Bank Umum terbagi dalam dua macam yaitu Bank Pemerintah dan Bank Swasta. Sedangkan Bank Swasta terbagi menjadi tiga yaitu Bank Pembangunan Daerah, Bank Umum Swasta (Nasional), dan Bank Umum Swasta Syariah. Bank Umum (120) Bank Perkreditan Rakyat (1837) Bank Pemerintah (4) Bank Swasta (116) BPR Konvensional BPR Syariah (154) (1683) Bank Pemerintah Unit Usaha Syaiah (1) Bank Pembangunan Daerah (26) Bank Umum Swasta (79) Bank Umum Swasta Syariah (11) BPD Unit Usaha Syariah (14) Bank Umum Swasta Unit Usaha Syariah (8) Ket: = Jenis bank yang diteliti Gambar 1.1 Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia, Oktober 2011 Sumber: http://www.bi.go.id/web/id/perbankan/ikhtisar+perbankan/lembaga+perbankan/ (Akses: 23 September 2013) 1

Berdasarkan Gambar 1.1, Bank Pemerintah (Persero) dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa menjadi objek yang akan diteliti tingkat kesehatannya. Berikut ini adalah tabel daftar Institusi Bank yang akan diteliti pada penelitian ini: Tabel 1.1 Daftar Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia yang Terdaftar dalam Papan Utama Bursa Efek Indonesia No. Institusi Bank Kode Emiten 1. PT. Bank Bukopin Tbk BBKP 2. PT. Bank Central Asia Tbk BBCA 3. PT. Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 4. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 5. PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK 6. PT. Bank Internasional Indonesia BNII Tbk 7. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 8. PT. Bank Mayapada Internasional MAYA Tbk 9. PT. Bank Mega Tbk MEGA Sumber: www.idx.co.id (Akses: 23 September 2013) No. Institusi Bank Kode Emiten 10. PT. Bank Negara Indonesia BBNI (Persero) Tbk 11. PT. Bank Nusantara Parahyangan BBNP Tbk 12. PT. Bank OCBC NISP Tbk NISP 13. PT. Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 14. PT. Bank Permata Tbk BNLI 15. PT. Bank Rakyat Indonesia BBRI (Persero) Tbk 16. PT. Bank Windu Kentjana MCOR Internasional Tbk 1.2 Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank memiliki peran penting dalam perekonomian. Menurut UU No. 10 tahun 1998, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam arti luas, bank merupakan lembaga keuangan sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds). Peranan lembaga keuangan adalah sebagai perantara keuangan masyarakat atau financial intermediary (Wardiah, 2013:18). Pada tahun 1988-1996, industri perbankan di Indonesia mengalami perubahan. Setelah dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 88) yang ditujukan untuk meningkatkan pengerahan dana masyarakat dengan kemudahan dalam mendirikan bank, kebebasan untuk menciptakan berbagai produk perbankan, dan mengijinkan bank-bank asing bergabung dengan bank nasional untuk mendirikan Bank Umum, menyebabkan industri perbankan mengalami beberapa perubahan. Tabel 1.2 menunjukkan perbedaan kondisi sebelum deregulasi perbankan dan sesudah deregulasi perbankan: 2

Tabel 1.2 Perbedaan Kondisi Sebelum dan Sesudah Deregulasi Perbankan di Indonesia Sebelum Deregulasi a. Tidak ada peraturan perundangan yang mengatur secara jelas tentang perbankan di Indonesia (UU No. 13 th. 1968) b. Instrumen pasar uang yang terbatas c. Sulitnya pendirian bank baru d. Persaingan antar bank yang tidak ketat Sesudah Deregulasi a. Peraturan yang memberikan kepastian hukum b. Tingkat persaingan bank semakin kuat c. Kepercayaan masyarakat terhadap bank meningkat Sumber : http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/management-s1/bank-lembaga-keuangan- 1/perkembangan-perbankan-di-indonesia/ (Akses: 24 September 2013) Pasca deregulasi perbankan, krisis nilai tukar rupiah pada tahun 1997 memicu krisis ekonomi dan memberikan dampak bagi struktur ekonomi di Indonesia. Menurut Bank Indonesia, krisis moneter yang melanda Indonesia pada awal Juli 1997, telah berubah menjadi krisis ekonomi yaitu melumpuhnya kegiatan ekonomi di Indonesia karena banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang mengganggur. Terdapat empat sebab utama yang membuat krisis menuju kearah kebangkrutan menurut Bank Dunia (World Bank, 1998, pp. 1.7-1.11, Bank Indonesia). Pertama, akumulasi utang swasta luar negeri yang terus meningkat dari tahun 1992 hingga Juli 1997, sehingga 95% dari total kenaikan utang luar negeri berasal dari sektor swasta ini. Kedua, kelemahan pada sistem perbankan yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan dan sistem informasi internal bank dalam memantau, mendeteksi, dan menyelesaikan kredit bermasalah serta tingkat risiko bank yang tinggi. Ketiga, masalah Governance, kurangnya kemampuan pemerintah dalam menangani dan mengatasi krisis yang kemudian menjadi krisis kepercayaan masyarakat sehingga mengakibatkan keengganan investor untuk menawarkan bantuan finansial. Keempat, ketidakpastian politik menghadapi pemilu. Tabel 1.3 menunjukkan perbedaan kondisi perbankan di Indonesia saat krisis dan pasca krisis ekonomi. Tabel 1.3 Perbedaan Kondisi Perbankan Saat Krisis dan Pasca Krisis Ekonomi Kondisi Saat Krisis Ekonomi a. Tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap perbankan di Indonesia menurun. b. Sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat. c. Kinerja Perbankan yang kurang baik. Kondisi Pasca Krisis Ekonomi a. Tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap perbankan di Indonesia meningkat. b. Selesainya penyusunan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mengenai pencapaian visi perbankan yang sehat dan efisien. 3 Bersambung Tabel 1.3

Sambungan Tabel 1.3 c. Kinerja Perbankan yang lebih baik, mengarah kepada praktik: 1. Manajemen pegelolaan risiko yang lebih baik 2. Struktur perbankan nasional yang lebih baik 3. Penerapan prinsip kehati-hatian yang konsisten d. Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR, dan Bank Indonesia untuk membentuk atau menyusun: 1. Lembaga penjamin simpanan 2. Lembaga pengawas perbankan yang independen 3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumber : http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/management-s1/bank-lembaga-keuangan- 1/perkembangan-perbankan-di-indonesia/ (Akses: 24 September 2013) Pada 1 November 1997, dalam pelaksanaan program reformasi di sektor keuangan yang bertujuan untuk menyehatkan sistem perbankan, sebanyak 16 Bank Swasta Nasional ditutup. Penutupan 16 bank tersebut mengakibatkan terjadinya bank runs atau peristiwa dimana nasabah sesegera mungkin dan secara bersamaan menarik dana besar-besaran pada suatu bank karena ketidakpercayaan nasabah bahwa bank mampu membayar dananya dalam jumlah penuh dan tepat waktu (Simorangkir, 2011:57). Menurut Simorangkir (2011:53), Bank runs dan krisis perbankan yang terjadi berulang kali disebabkan oleh kegiatan bank yang mentransformasikan kewajiban jangka pendek, seperti giro, tabungan, dan deposito ke dalam aktiva jangka panjang seperti kredit. Sehingga aktiva likuid yang dimiliki bank terbatas dan hal tersebut membuat bank rentan terhadap penarikan dana oleh nasabah secara besar-besaran. Desember 1997, satu bulan setelah penutupan 16 bank tersebut, jumlah dana pihak ketiga di bank umum swasta nasional (BUSN) menurun sebesar Rp 22,9 triliun (11,94%). Penarikan dana pada umumnya dimulai sejak penutupan bank dan mencapai puncak penarikan terbesar pada Desember 1997 dan Januari 1998. Untuk kembali meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, Bank Indonesia melakukan likuidasi dengan menutup 65 bank. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan memperhatikan prinsip kehati-hatian untuk masing-masing bank (World Bank, 1998,pp. 1.1-1.11, Bank Indonesia). Peraturan yang jelas tentang perbankan di Indonesia memberikan kepastian hukum bagi pihak bank, hal tersebut membuat semakin tingginya kompetisi pasar antarbank, baik sesama Bank Pemerintah, Bank Pemerintah dengan Bank Umum Swasta, maupun Bank Patungan (Joint Venture) atau Bank Asing. Tingginya kompetisi pasar antar bank juga berpengaruh terhadap peningkatan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Untuk terus menjaga 4

kepercayaan masyarakat, bank harus menjaga tingkat kesehatannya. Selain itu, persaingan yang semakin kompetitif di industri perbankan juga memicu setiap perusahaan untuk menjadi yang terbaik, salah satunya dengan memperhatikan tingkat kesehatannya. Kesehatan bank adalah kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal (sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia) dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Wardiah, 2013:238). Sedangkan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011, yang dimaksud dengan tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank. Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank dapat diketahui dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui bagaimana kondisi internal bank. Pada setiap perusahaan, bagian keuangan memegang peranan penting dalam menentukan arah perencanaan perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Napa J. Awat dalam Fahmi (2011:23) bahwa Berfungsinya bagian keuangan merupakan prasyarat bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan pada bagian-bagian lainnya. Selanjutnya bank dapat membuat perencanaan aktivitas dan strategi apa yang akan dilakukan dan keputusan apa yang akan diambil untuk periode mendatang. Menurut Laporan Perekonomian Indonesia (2012:147), kredit perbankan mempunyai pengaruh sangat besar dalam menjaga tren positif peningkatan laba operasional. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.2 berikut ini: Gambar 1.2 Komposisi Pendapatan Perbankan Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia (2012:147) 5

Berdasarkan Gambar 1.2, Pendapatan terbesar bank yaitu berasal dari bunga kredit. Artinya adalah kredit merupakan pendapatan terbesar bank di Indonesia yaitu sebesar 51,9% dari total pendapatan Bank Umum diikuti oleh pendapatan operasional nonbunga sebesar 23,3% terutama operasional nonbunga yang berasal dari dividen. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana baik dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, atau bentuk lainnya. Tabel 1.4 merupakan data Dana Pihak Ketiga perbankan yang ada di Indonesia pada tahun 2006-2012: Tabel 1.4 Data Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan di Indonesia Tahun 2006-2012 (dalam Triliun Rp) Bank 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Pemerintah 480.394 571.008 669.827 783.384 898.405 1.039.257 1.201.284 BUSN Devisa 525.177 606.932 701.71 781.072 975.308 1.174.957 1.353.149 BUSN Non Devisa 24.423 30.491 33.213 43.98 58.95 83.095 104.346 BPD 129.141 134.287 143.262 152.251 183.624 235.265 278.535 Bank Campuran 35.927 54.934 76.902 94.761 98.161 110.865 132.454 Bank Asing 92.04 113.182 128.377 117.594 124.376 141.473 155.43 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia. Berdasarkan Tabel 1.4, dapat dilihat bahwa hampir seluruh Dana Pihak Ketiga perbankan di Indonesia terus meningkat hingga tahun 2012. Pasca krisis global tahun 2008, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bank Asing menurun karena peraturan mengenai Bank Asing diatur oleh Negara dari masing-masing bank tersebut. Masyarakat kurang percaya dengan peraturan perbankan luar negeri, oleh karena itu DPK Bank Asing menurun pada tahun 2009 akan tetapi kembali meningkat pada tahun 2010 dan seterusnya. Jika dilihat secara keseluruhan, grafik pertumbuhan total Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Indonesia pada tahun 2006-2012 terdapat dalam Gambar 1.3: 4000 2000 0 DPK 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 DPK Gambar 1.3 Pertumbuhan Total Dana Pihak Ketiga Bank Umum Periode Tahun 2006-2012 (dalam Triliun Rp) Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia 6

Total Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum pada tahun 2006 hingga 2012 terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 total DPK sebesar Rp 1287,102 triliun, sedangkan pada tahun 2012 meningkat dratis lebih dari 250% menjadi Rp 3225,198 triliun. Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Berikut ini merupakan grafik perkembangan DPK pemerintah dan swasta dari tahun 2009-2012: Gambar 1.4 Perkembangan DPK Pemerintah dan Swasta Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia (2012:148) Berdasarkan Gambar 1.4, DPK pemerintah dan DPK swasta dari tahun 2009-2012 cenderung meningkat. Menurut Laporan Perekonomian Indonesia, Kinerja perbankan dapat diukur dari kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat terkait dengan fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediasi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Berikut ini merupakan struktur DPK Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Swasta (BUK dan BUS): Gambar 1.5 Struktur DPK Tahun 2009-2012 Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia (2012:149) 7

Berdasarkan Gambar 1.5 deposito menempati urutan tertinggi yang paling mendominasi dana simpanan masyarakat mencapai Rp 1.381,3 triliun atau 42,8% diikuti oleh tabungan sebesar Rp 1.078,1 triliun atau 33,4% dan giro sebesar Rp 767,1 triliun atau 23,8%. Menurut SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, Rasio LDR merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank). Dana pihak ketiga tersebut dapat berupa giro, tabungan, dan deposito. Sedangkan Return on Asset (ROA) merupakan rasio untuk melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan (Fahmi, 2011: 137). Menurut Wardiah (2013:246), Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Gambar 1.6 merupakan diagram pertumbuhan Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, dan Loan to Deposit Ratio Bank Umum di Indonesia pada tahun 2006-2012. 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 CAR ROA LDR Gambar 1.6 Pertumbuhan CAR, ROA, LDR Bank Umum Periode tahun 2006-2012 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia Ketika krisis global pada tahun 2008, terlihat bahwa CAR dan ROA menurun, diikuti dengan kenaikan kembali pada tahun 2009. Sedangkan LDR pada tahun 2006 hingga 2012 berturut-turut yaitu 61,56%, 66,32%, 74,58%, 72,88%, 75,21%, 78,77%, 83,58%. LDR mengalami penurunan di tahun 2009 ketika pasca krisis global di Indonesia. Berikut ini merupakan grafik perkembangan CAR pada Bank Umum Konvensional (BUK), Bank Umum Swasta (BUS), dan Bank Perkreditan Rakyat(BPR) pada tahun 2009-2012: 8

Gambar 1.7 Perkembangan CAR tahun 2009-2012 Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia (2012:147) Modal BUK yaitu Rp 500,1 triliun dengan rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 17,4%. Sedangkan modal Bank Umum Swasta (BUS) yaitu sebesar Rp 13,9 triliun dengan ratarata CAR sebesar 14,1% dan untuk BPR tingkat permodalannya yaitu sebesar Rp 9,5 miliar dengan rata-rata CAR 27,6% (LPI, 2012:147). Non performing loan (NPL) merupakan salah satu rasio untuk mengukur kualitas kredit suatu bank (metadata Bank Indonesia, www.bi.go.id). Gambar 1.8 merupakan pertumbuhan NPL Bank Umum di Indonesia periode 2006 hingga februari 2012. 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% NPL 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 NPL Gambar 1.8 Pertumbuhan Non Performing Loan (NPL) Bank Umum Periode 2006-Feb 2012 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia Pada Gambar 1.8 terlihat bahwa pertumbuhan NPL tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu 6,07%, kemudian pada tahun 2009 NPL meningkat kembali dari 3,20% (tahun 2008) menjadi 3,31%. NPL yang semakin menurun hingga tahun 2012, menunjukkan bahwa kredit bermasalah semakin rendah, artinya sebagai lembaga intermediary bank mempunyai kinerja semakin baik. 9

Dalam mengukur tingkat kesehatan perbankan di Indonesia, pada tanggal 5 Januari 2011 Bank Indonesia sebagai Bank Sentral menerbitkan peraturan baru yaitu PBI Nomor: 13/1/PBI/2011 sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu PBI No. 6/10/PBI/2004 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Peraturan tersebut berisi bahwa bank wajib menilai tingkat kesehatannya sendiri (self assessment) yang berlaku mulai 1 Januari 2012. Peraturan tersebut meliputi faktor Risk, Governance, Earning, dan Capital (RGEC) sebagai pengganti Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS) dalam menilai tingkat kesehatan bank, Permatasari & Nuswantara (2012); Sabir, Ali, Habbe (2012); Utama & Dewi (2012); Sunindyo & Qohhar (2011); Kusumawati (2013). Peraturan Bank Indonesia yang baru menitikberatkan pada RGEC sebagai pengganti penilaian kinerja perusahaan sebelumnya, dimana risiko dan governance menjadi salah satu faktor penting karena dibutuhkan manajemen yang baik dalam penanganan risiko untuk mencegah risiko tersebut terjadi (www.bi.go.id). Bank Indonesia merubah peraturan penilaian tingkat kesehatan dari CAMELS menjadi RGEC disebabkan oleh bisnis yang semakin kompleks dengan banyaknya pengaruh dari faktor eksternal, semakin tingginya risiko perusahaan, serta untuk menerapkan pengawasan konsolidasi seperti pengawasan kepada anak perusahaan. Perubahan peraturan tersebut tidak terlalu signifikan perbedaannya, akan tetapi terdapat elemen baru yang harus dinilai dari masing-masing bank secara detail yaitu profil risiko yang mempunyai delapan macam risiko. Penilaian RGEC sangat menitikberatkan pada profil risiko (Risk), seperti faktor assets quality, liquidity, dan sensitivity to Market Risk pada CAMELS masuk dalam kategori profil risiko dalam RGEC. Uraian tersebut merupakan alasan penelitian ini menggunakan peraturan baru Bank Indonesia yaitu RGEC dalam menilai tingkat kesehatan bank, Permatasari & Nuswantara (2012); Furqan (2013); Putri & Damayanthi (2013) Menurut Bank Indonesia, arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa mendatang yang dirumuskan dalam API (Arsitektur Perbankan Indonesia) yang dilandasi oleh visi yaitu mencapai sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Gambar 1.9 Enam Pilar Sasaran dalam Pencapaian Visi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Sumber: Bank Indonesia 10

Berdasarkan enam pilar sasaran pencapaian visi API pada Gambar 1.9, terlihat bahwa untuk menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi nasional, salah satu pilarnya yaitu struktur perbankan yang sehat yang tertulis pada pilar pertama serta sistem pengawasan yang independen dan efektif yang tertulis pada pilar ketiga. API yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 ini merupakan kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan (www.bi.go.id). Indikator yang digunakan dalam penelitian Putri dan Damayanthi (2013) yaitu peringkat hasil dari self assessment yang telah dilakukan oleh masing-masing bank sesuai dengan PBI No. 13/1/PBI/2011 untuk faktor profil risiko, untuk faktor GCG salah satu indikator yang digunakan adalah proporsi dewan komisaris independen, untuk faktor rentabilitas (earnings) menggunakan indikator Return On Asset (ROA), dimana berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia ROA yang memadai yaitu diatas 1,25%, dan untuk faktor permodalan (Capital) menggunakan indikator Capital Adequacy Ratio (CAR) dimana bank wajib memiliki modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko sesuai PBI No. 10/15/PBI/2008. Bank Umum Devisa wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto (PDN) paling tinggi yaitu sebesar 20% dari modal setiap bank. Jika suatu bank melakukan pelanggaran terhadap ketentuan tersebut, bank yang bersangkutan harus dikenakan sanksi administratif seperti teguran tertulis, penurunan peringkat faktor manajemen, peningkatan penilaian profil risiko untuk risiko kepatuhan serta pengurus atau pejabat yang bertanggung jawab harus melakukan fit and proper test. Hal tersebut menunjukkan bahwa PDN sangat mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank secara langsung. Sangat penting bagi setiap bank untuk mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan (Booklet Perbankan Indonesia, 2013:139). Pelaksanaan GCG diwujudkan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi serta transparansi kondisi bank baik keuangan maupun non keuangan (Booklet Perbankan Indonesia, 2013:174). Hutama (2013) mengatakan bahwa penerapan prinsip GCG harus diterapkan dengan baik agar bank memiliki suatu sistem tata kelola perusahaan yang dapat dijadikan kekuatan untuk melindungi bank dari pengaruh situasi internal dan eksternal perusahaan yang sangat kuat. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai perbandingan tingkat kesehatan bank antara Bank Pemerintah dengan Bank Umum Swasta Nasional Devisa menurut peraturan baru Bank Indonesia yaitu menggunakan metode RGEC. Pada penelitian ini faktor Risk (Risiko) diukur berdasarkan dua risiko, yaitu risiko kredit yang diukur dengan Non Performing Loan (NPL) dan risiko pasar yang diukur dengan Posisi Devisa Neto (PDN), faktor Governance akan dinilai berdasarkan proporsi jumlah dewan komisaris independen pada masing-masing bank, faktor Earning akan diukur dengan Return on Asset (ROA), dan faktor Capital akan diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Periode yang 11

diteliti selama lima tahun dari tahun 2008 sampai 2012. Objek penelitian yang digunakan yaitu Bank Umum yang terdaftar dalam papan utama BEI baik Bank Pemerintah maupun Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Dari penelitian ini kemudian dapat dilihat perbandingan tingkat kesehatan Bank Pemerintah dengan Bank Umum Swasta Nasional Devisa berdasarkan masingmasing perwakilan dari faktor Risk, Governance, Earning, dan Capital. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PEMERINTAH (PERSERO) DENGAN BANK UMUM SWASTA NASIONAL (BUSN) DEVISA BERDASARKAN RISK, GOVERNANCE, EARNING, CAPITAL (Studi Kasus pada Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar dalam Papan Utama BEI Periode Tahun 2008-2012). 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan Risk yang diukur dari dua risiko yaitu Risiko Kredit menggunakan Non Performing Loan (NPL) dan Risiko Pasar menggunakan Posisi Devisa Neto (PDN) pada Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2008-2012? 2. Bagaimana penilaian Governance perusahaan yang dilihat dari proporsi jumlah dewan komisaris independen pada masing-masing Bank Pemerintah maupun Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2008-2012? 3. Bagaimana perkembangan Earning yang diukur dari Return on Asset (ROA) pada Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2008-2012? 4. Bagaimana perkembangan Capital yang diukur dari Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2008-2012? 5. Bagaimana perbandingan tingkat kesehatan Bank Pemerintah dengan Bank Umum Swasta Nasional Devisa sesuai dengan metode RGEC periode tahun 2008-2012? 1.4 Tujuan Penelitian Berikut merupakan tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui perkembangan Risk yang diukur dari dua risiko yaitu Risiko Kredit menggunakan Non Performing Loan (NPL) dan Risiko Pasar menggunakan Posisi Devisa Neto (PDN) pada Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2008-2012. 2. Untuk mengetahui penilaian Governance perusahaan yang dilihat dari proporsi jumlah dewan komisaris independen pada masing-masing Bank Pemerintah maupun Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2008-2012. 12

3. Untuk mengetahui perkembangan Earning yang diukur dari Return on Asset (ROA) pada Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2008-2012. 4. Untuk Mengetahui perkembangan Capital yang diukur dari Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2008-2012. 5. Untuk mengetahui perbandingan tingkat kesehatan Bank Pemerintah dengan Bank Umum Swasta Nasional Devisa sesuai dengan metode RGEC periode tahun 2008-2012. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan secara teoritis yaitu: 1. Bagi bidang akademis khususnya bagi mahasiswa, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan referensi dan pengetahuan tambahan mengenai tingkat kesehatan perbankan dengan menggunakan metode baru yaitu RGEC. 2. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan referensi sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan tingkat kesehatan perbankan di Indonesia menggunakan metode RGEC. 1.5.2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan secara praktis agar implementasi pengetahuan dari hasil penelitian ini yaitu: 1. Bagi perusahaan perbankan di Indonesia, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan saran untuk terus memperbaiki kinerja perusahaan dengan memperhatikan tingkat kesehatan bank dilihat dari faktor Risk, Governance, Earning, dan Capital. 2. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi terutama pada dunia perbankan dengan mengetahui tingkat kesehatannya. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Berikut ini adalah sistematika penulisan yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman penelitian: BAB I PENDAHULUAN Bab pertama berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab kedua berisi tinjauan pustaka penelitian yang meliputi teori mengenai perbankan, laporan keuangan, dan kesehatan perbankan menggunakan metode RGEC. Bab ini juga berisi penelitian 13

terdahulu yang digunakan sebagai acuan perbandingan untuk membahas masalah penelitian serta terdapat kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, gambaran populasi dan sampel, jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian, serta teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab keempat berisi perhitungan Risk yang diukur oleh NPL dan PDN, Governance yang dinilai dari proporsi jumlah dewan komisaris independen, Earning yang diiukur dengan ROA, dan Capital yang diukur dengan CAR dari Bank Pemerintah maupun Bank Umum Swasta Nasional Devisa, kemudian terdapat perbandingan tingkat kesehatan antara kedua jenis bank tersebut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab kelima berisi kesimpulan hasil analisis serta saran atas penelitian. Dengan keterbatasan penelitian, diharapkan penelitian dapat disempurnakan pada penelitian-penelitian selanjutnya. 14