BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak diantara bangsa-bangsa lain di dunia,

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

PANDUAN OLIMPIADE OLAHRAGA SISWA NASIONAL (O2SN) SEKOLAH DASAR TINGKAT KABUPATEN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam konsep pembinaan atlet berbakat untuk mencetak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Pendidikan Latihan dan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

P P L M 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. moral manusia. Olahraga bukan hanya sekedar hobi, tapi olahraga sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

P P L P 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

I. PENDAHULUAN. kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. FIDE (Federation Internasional Des Echecs). Hingga sekarang FIDE. mencapai 156 federasi dari seluruh dunia.

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani ditandai dengan proses mempelajari gerak

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

JALUR PRESTASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI PEMBINAAN OLAHRAGA MAHASISWA MENUJU POMNAS ACEH 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN OLIMPIADE OLAHRAGA SISWA NASIONAL SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA. Oleh : BADRI ROHANI Q

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repub

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

I. PENDAHULUAN. banyak digemari orang, dari usia anak-anak sampai orang dewasa bahkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal tersebut mendorong Indonesia secara umum dan Kota Medan secara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat sekarang ini olahraga sangat digemari banyak orang diseluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran. dalam pembinaan dan peningkatan olahraga khususnya cabang bolavoli.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional dan dimainkan hampir di semua kota di Indonesia khususnya

MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SEA GAMES KE-27 DI MYANMAR

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

DASAR SEJARAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

KONTRIBUSI SENAM PRESTASI DALAM PEMBENTUKAN SPORTIVITAS DAN RASA PERCAYA DIRI PADA ATLET Oleh :Ch. Fajar Sriwahyuniati, FIK UNY

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. intrakurikuler, (2) ekstrakurikuler, dan (3) ko-kurikuler. Pelaksanaan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

2015 PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI- YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT

BAB I PENDAHULUAN. sekolah masih kurang memenuhi kebutuhan untuk mengembangkan bakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat dan sekarang ini banyak pemain yang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Studi tentang perkembangan klub bola voli popsi sragen tahun Oleh : Kuwat Budi Cahyono NIM K

Studi tentang pembinaan prestasi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) kabupaten Wonogiri periode kepengurusan tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Siswa SMP merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dibina dan. pertumbuhan dan perkembangan remaja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN UMUM PEKAN OLAHRAGA PELAJAR DAERAH (POPDA) TAHUN 2018 DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

Olimpiade Sains Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI BANTUAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan, sebagai seorang muslim wajib

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelayakan Proyek Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua

Uji keberbakatan atlet panahan usia tahun melalui sport search

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 2) olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Olahraga merupakan bagian dari kehidupan manusia, trend masa kini memungkinkan seseorang ambil bagian untuk selalu berolahraga, baik individu maupun kelompok. Sejarah mencatat secara umum olahraga telah meresap dalam kehidupan sosial agama terutama masa negara di Yunani dan Romawi. Di Yunani awalnya menjadi bagian dari peribadatan. Beberapa peribadatan diadakan untuk memuja dewa-dewa, beberapa lagi sebagai persembahan dalam suatu perayaan agama. Kegiatan inilah yang menjadi cikal bakal penyelenggaraan olimpiade yaitu pesta olahraga internasional. Awalnya olimpiade hanya berlangsung di Yunani kuno. Ketika acara olahraga itu diadakan pertama kalinya, baru satu jenis pertandingan yang dilakukan, yaitu lari jarak pendek. Hadiahnya berupa mahkota dan daun zaitun yang diletakkan di kepala setiap pemenang lomba. Dari hanya lari jarak pendek, lama-kelamaan jenis olahraga yang dipertandingkan bertambah, termasuk gulat dan tinju, dan menaiki kereta yang ditarik dua ekor kuda kecil semacam keledai. Hadiahnya pun menjadi beragam (Tachir, dkk., 2010: 113).

Olimpiade kuno berlangsung sampai tahun 393 Masehi. Setelah tahun tersebut, Olimpiade ditiadakan atas perintah Kaisar Theodosius. Kaisar menghentikan ajang pesta olahraga itu karena didapat banyak kecurangan dan penipuan (Sadikin, dkk., 2009: 71). Tujuan dari penyelenggaraan kegiatan tersebut melenceng seiring waktu berlalu. Tujuan yang awalnya untuk peribadatan menjadi ajang untuk kemegahan dan popularitas para pembesar semata. Jika di Yunani yang menjadi pemain adalah rakyatnya, di Romawi hanya para atlet bayaran, budak, dan tahanan yang bertanding. Selain itu, jika pertandingan di Yunani hanya ditentukan oleh kalah-menangnya para atlet dalam perlombaan, pertandingan di Romawi sering dicirikan dengan adanya pementasan perang berupa pertandingan sampai lawan mati, yang melibatkan banyak orang serta binatang. Itulah sejarah singkat olahraga yang melahirkan olimpiade modern. Prestasi adalah suatu target utama dalam pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi, berusaha untuk menang dalam olahraga adalah hal yang penting, bahkan vital. Sedang Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 2) Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Namun perlu diingat bahwa untuk meraih kemenangan, unsur kesejahteraan, perkembangan dan kesenangan atlet tidak boleh dikorbankan. Kasih sayang adalah salah satu alat penting lain yang sebaiknya harus 2

dimiliki seorang pelatih, guru olahraga dan atlet sendiri. Guthrie (2008: 1) diterjemahkan oleh Margareta Nining, mengatakan seorang atlet tidak hanya menduduki peringkat atas di lapangan, tetapi juga peringkat atas di dalam ruang kelas. Program yang sukses tidak akan pernah lengkap tanpa pengenalan awal terhadap proses kehidupan para atlet yang menjadi anak didiknya. Semua keberhasilan yang diraih bersama dalam cabang olahraga merupakan hasil dari cara yang baik dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan ini. Yang dilakukan oleh baik lembaga, guru olahraga, maupun pelatih adalah menyediakan fasilitas dan lingkungan tempat para anak didik, atlet dapat mencapai meraih tujuan yang telah dicanangkan. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 4) menjelaskan pengertian sarana dan prasarana olahraga. Prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/ atau penyelenggaraan keolahragaan. Sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Kebijaksanaan ditetapkannya pola dasar pembinaan olahraga di Indonesia adalah untuk memberikan pedoman dan arah dalam rangka meningkatkan gerakan olahraga nasional dengan tujuan, agar penyusunan program dan pelaksanaan operasional yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga terpadu secara menyeluruh dan berkesinambungan serta berdaya guna dan berhasil guna, sehingga secara bertahap dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, seperti yang termaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. 3

Peningkatan peluang kesuksesan perlu dipahami cara menyeimbangkan kehidupan di dalam dan di luar lapangan, sehingga peserta didik, atlet jauh lebih baik. Sehingga dalam rangka peningkatan mutu, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta telah menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program tersebut, olahraga tidak hanya mencakup kegiatan fisik saja, akan tetapi juga melibatkan unsur psikis manusia. Di Indonesia pengertian olahraga (sport) dirumuskan dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Rumusan ini sangat luas, sebab tidak disebutkan apa aktivitas yang dimaksudkan sebagai olahraga. Kata kuncinya adalah segala kegiatan yang sistematis (Pandjaitan, 2011: 129). Dengan demikian rumusan ini memperlihatkan bahwa aktivitas olahraga baru juga terjangkau oleh rumusan ini, sepanjang tujuannya untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Yang terjadi dalam olahraga pada dasarnya adalah man in movement. Maksudnya bahwa yang bergerak dalam aktivitas olahraga bukanlah sematamata bagian tubuh manusia melainkan wujud proses psiko fisik manusia sebagai satu kebulatan (totalitas). Bagaimanapun manusia terdiri dari jiwa dan raga dalam susunan yang unik dan saling mempengaruhi. Pembinaan dan 4

pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan yang sistemis dan berkesinambungan dengan sistem pendidikan nasional. Olahraga pendidikan dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru/ dosen olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat kompetensi serta didukung prasarana dan sarana olahraga yang memadai. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan pada semua jenjang pendidikan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan bakat dan minat. Pembinaan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik secara menyeluruh, baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. UU Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 4) Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 25 menjelaskan untuk menumbuhkembangkan prestasi olahraga di lembaga pendidikan, pada setiap jalur pendidikan dapat dibentuk unit kegiatan olahraga, kelas olahraga, pusat pembinaan dan pelatihan, sekolah olahraga, serta diselenggarakannya kompetisi olahraga yang berjenjang dan berkelanjutan. Sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat kota, kecamatan, 5

maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah. Diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya. Pemerintah sebagai pengelola dan penyelenggara pendidikan telah berupaya keras dalam melaksanakan program-program peningkatan mutu pendidikan. Ujung tombak dari peningkatan mutu pendidikan adalah kegiatan proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran akan lebih efektif apabila ditunjang dengan kondisi kesehatan dan daya kreativitas siswa yang baik. Peningkatan kondisi kesehatan dapat ditunjang melalui beberapa kegiatan antara lain melalui bidang olahraga. Kegiatan yang lebih mengarah pada proses pembelajaran telah dilaksanakan di sekolah-sekolah melalui program-program yang telah tertuang pada kurikulum mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Untuk menyemarakkan, memotivasi dan memberdayakan sekolah perlu didukung suatu wadah yang menampung kegiatan tersebut dalam bentuk pertandingan. Cabang olahraga yang berkembang saat ini sangat pesat di masyarakat terutama yang dilakukan oleh pembibitan anak usia dini. Prestasi yang diukir melalui kejuaraan maupun kontes prestasi antar berbagai cabang olahraga baik melalui antar daerah maupun perkumpulan-perkumpulan klub olahraga prestasi sering diadakan. Bahkan pada jenjang sekolah pun sering diadakan pertandingan olahraga baik pada tingkat kecamatan sampai internasional. 6

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar, Direktorat Pendidikan SD telah melaksanakan pembinaan dan pengembangan olahraga SD melalui pembentukan klub olahraga SD. Sistem pembinaan SD berdasarkan pada pembinaan gugus sekolah yaitu SD Inti sebagai pusat kegiatan pembinaan. Sampai tahun 2012 telah terbentuk 2.695 klub olahraga SD di 33 provinsi seluruh Indonesia sehingga pada tahun 2014 ada 4.110 klub olahraga telah terbentuk. Sebagi tolok ukur keberhasilan pembinaan dan pengembangan olahraga di SD tersebut perlu diadakan kegiatan dalam bentuk lomba/ pertandingan yang kompetitif sebagai upaya untuk menumbuhkan motivasi dan kecintaan terhadap olahraga sedini mungkin. Kegiatan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) merupakan kelanjutan dari kegiatan pertandingan yang sudah dikenal dan merupakan salah satu kegiatan yang sering dilaksanakan oleh sekolah. Kegiatan ini merupakan suatu wahana bagi siswa untuk mengimplementasikan hasil kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kesehatan jasmani, dan daya kreativitas. Untuk itu dipandang perlu, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, memprogramkan kegiatan O2SN yang diselenggarakan secara bertahap dari sekolah hingga tingkat nasional. Secara konsep O2SN sangat menarik, menumbuhkan kompetisi di kalangan pelajar sehingga diharapkan bisa meningkatkan kualitas atlet pelajar. Dimana tujuan dari pada olimpiade olahraga siswa nasional ini yang 7

nantinya menjadi penerus tongkat estafet atlet berprestasi di ajang olahraga tingkat nasional maupun internasional. Peran serta klub olahraga sekolah sangatlah penting dikelola dengan baik. Pengelolaan O2SN merupakan kumpulan gagasan dan konsep yang berlandaskan pengetahuan ilmiah, fisiologis, dan kinestetis. Gagasan dan konsep itu disajikan dalam format yang sederhana bagi pengguna bagi para pelatih tingkat pemula, menengah, maupun lanjut. Oleh sebab itu, pengelolaaan waktu selalu menjadi perhatian. Penting untuk dicatat bahwa meskipun tidak ada obat manjur atau resep kilat meraih kesuksesan, hal ini bisa membantu pengambil kebijakan mencapai peningkatan yang sangat berarti. Melalui kejuaraan O2SN SD di Kota Surakarta telah melahirkan atlet-atlet berprestasi baik tingkat Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional, hal ini membuktikan bahwa Kota Surakarta sangat layak diperhitungkan daerah lain. Cabang Olahraga Bulutangkis, Tenis Meja, Karate merupakan cabang unggulan di Kota Surakarta. Banyak prestasi yang telah diraih para atlet Bulutangkis, baik tingkat nasional maupun internasional. Prestasi yang menggembirakan adalah medali Perak kontingen Indonesia pada Olimpiade Asia Tenggara di Jawa Timur tahun 2010 yang diperoleh Ananda Yahya Kusuma dari SDN Laweyan Surakarta dan Anggi cabang Tenis Meja memperoleh Juara Harapan I dari SDN Tegalayu Laweyan Surakarta. Cabang Karate Rizal Fahrezi Tingkat Nasional 2013 dari SDN Bibis Kulon Banjarsari Surakarta 8

O2SN SD di Kota Surakarta diselenggarakan di bawah naungan Dinas DIKPORA Kota Surakarta. Dinas tersebut membawahi 8 cabang olahraga prestasi diantaranya: Atletik (Kids Atletics), Senam, Renang, Tenis Meja, Bulutangkis, Pencak Silat, Catur, Karate. Kegiatan O2SN SD di Kota Surakarta ini disamping untuk tujuan kesehatan, kebugaran, juga untuk pembentukan watak, pembentukan pribadi dan prestasi, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Berawal dari keberhasilan pembinaan prestasi O2SN SD di Kota Surakarta tersebut, maka penting untuk dikaji secara mendalam bagaimana pola pengelolaan pembinaan olahraga tersebut. Penyelenggaraan pembinaan olahraga perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan untuk mengetahui perkembangan atlet yang dibinanya. Adanya pengelolaan tersebut pencapaian prestasi O2SN akan lebih mudah untuk dicapai. Peningkatan mutu atlet berprestasi bukan semata soal konsep, butuh kerja keras semua pihak untuk mengimplementasikan secara maksimal di lapangan. Ibarat jemput bola, atlet nantinya adalah atlet-atlet terbaik, baik mentah ataupun yang sudah terasah maka perlu untuk mewujudkan keinginan atau cita-cita itu, suatu kajian yang mendasar perlu dilakukan melalui pendekatan penelitian. Dari hasil suatu penelitian yang ilmiah kebijakan yang diambil dalam proses pembinaan ke depan lebih bisa dipertanggungjawabkan. Bertolak dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji pengelolaan dalam pembinaan olahraga prestasi. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti tentang Pengelolaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional 9

Sekolah Dasar di Kota Surakarta. Pengelolaan tersebut akan dilihat kaitannya dengan prestasi olahraga yang dihasilkan. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di depan, ada 3 masalah yang perlu dibahas. 1. Bagaimana prestasi Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Sekolah Dasar di Kota Surakarta? 2. Bagaimana karakteristik perencanaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Sekolah Dasar di Kota Surakarta? 3. Bagaimana karakteristik proses pengelolaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Sekolah Dasar di Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permaslahan yang telah dirumuskan di atas, ada tiga tujuan penelitian yang ingin dicapai. 1. Untuk mendeskripsikan prestasi Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Sekolah Dasar di Kota Surakarta. 2. Untuk mendeskripsikan perencanaan pengelolaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Sekolah Dasar di Kota Surakarta. 3. Untuk mendeskripsikan proses pengelolaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Sekolah Dasar di Kota Surakarta. 10

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi berupa acuan bagi pembinaan prestasi dalam meningkatkan prestasi olahraga pada umumnya. Penelitian ini juga dapat meningkatkan pemahaman serta mengembangkan kemampuan pengelolaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional, khususnya pada siswa SD Kota Surakarta. Selain itu bisa memberi sumbangan ilmu berkaitan dengan teori-teori pengelolaan O2SN. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 1) Meningkatkan pengalaman empirik dalam pengelolaan O2SN Sekolah Dasar di Kota Surakarta 2) Mengembangkan dan mendorong guru untuk mengadakan penelitian lain yang dapat meningkatkan profesionalisme guru. b. Bagi Pelatih 1) Hasil-hasil yang positif dari penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan pembinaan prestasi usia dini, siswa SD di Kota Surakarta. 2) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pelatih, Guru olahraga dan Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam membina organisasi olahraga maupun pembinaan olahraga prestasi. 11