PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax 031-5939510 email: labmk_its@yahoo.com ABSTRAK Jalan merupakan sarana vital yang perlu dijaga dan ditingkatkan fungsinya untuk memperlancar arus transportasi darat. Pada Kabupaten Kapuas penanganan jaringan jalan adalah Peningkatan jalan, Pemeliharaan Rutin Jalan dan Pemeliharaan Berkala. Keterbatasan dana yang tersedia mengakibatkan perlunya keputusan yang tepat untuk menentukan prioritas penanganan peningkatan jalan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kriteria dan prioritas jalan yang akan ditingkatkan melalui pembobotan hasil kuisioner. Metode yang digunakan adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Prioritas penanganan peningkatan jalan pada ruas-ruas jalan dalam kota Kuala Kapuas menghasilkan bobot kriteria: Kondisi jalan sebesar 0.471, LHR 0.242, anggaran dana 0.145 dan kebijakan legislatif 0.143. Berdasarkan hasil analisa dan rencana anggaran tahun yang akan datang diperoleh 5 ruas prioritas penanganan peningkatan jalan, yaitu: Jalan Kasturi dengan bobot 17,3% dan panjang 1,35 km, Jalan Palingkau- Penda Ketapi dengan bobot 13,1% dan panjang 1,5 km, Jalan Garuda dengan bobot 12,6% dan panjang 1,8 km, Jalan Palingkau-Sei Tatas dengan bobot 11,2% dan panjang 1,7 km, dan Jalan Manggis dengan bobot 11,1% dan panjang 1,31 km. Kata kunci: Peningkatan Jalan, AHP, Prioritas PENDAHULUAN Jalan merupakan sarana penghubung dari suatu tempat ke tempat yang lain atau dari satu daerah ke daerah yang lain agar pengembangan ekonomi dan sosial agar dapat berjalan dengan baik dan cepat. Pembangunan jalan pada Kabupaten Kapuas memerlukan suatu konstruksi yang khusus karena struktur tanah pada sebagian Kabupaten Kapuas adalah Gambut, dan hal ini membuat Pelaksanaan pembangunan jalan di Kabupaten Kapuas memerlukan dana yang sangat besar. Sehingga dalam pelaksanaanya diperlukan suatu keputusan ( alternatif) yang tepat, untuk dapat menangani dalam penentuan ruas ruas jaringan jalan yang akan diprioritaskan. Alternatif penanganan jalan di Kabupaten Kapuas adalah Peningkatan Jalan, Pemeliharaan Jalan, Rehabilitas jalan dan Penunjangan Jalan. Untuk menentukan jalan jalan mana yang akan diprioritaskasn dalam rangka pengambilan keputusan digunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Adapun kelebihan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi kriteria yang berdasarkan perbandingan preperensi dari setiap elemen dalam hirarki (Suryadi, 2000 ). Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan infut utamanya persepsi manusia. Dengana hirarki suatu masalah kompleks dan tidak terstrukstur dipecahkan ke dalam kelompok kelompoknya kemudian kelompok kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Permadi, 1999).
TINJAUAN PUSTAKA Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Model AHP merupakan salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang komprehensif, dan memperhitungkan hal hal yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Metode AHP ini digunakan untuk permasalahan yang banyak kriteria dalam perumusan alternatif. Dengan hirarki, masalah yang komplek dan tidak terstruktur kemudian dipecah dalam kelompoknya kemudian kelompok tersebut diatur menjadi suatu hirarki. Langkah Metode AHP Pada dasarnya Proses langkah dalam metode Analytical Hierarchy Process (AHP) meliputi (Suryadi dan Ramdhani, 2000): 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali tujuan umum dilanjutkan dengan kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif yang tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria setingkat diatasanya. Perbandingan dilakukan berdasarkan Judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibanding elemen lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh Judgement seluruhnya sebanyak n x ((n -1)/2) buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5 Menghitung nilai eugen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsistensi pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi Langkah c, d dan e untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor dari setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai vektor merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensitesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 8. Memeriksa konsistensi, jika nilainya lebih dari indek randomnya maka penilaian data harus diperbaiki. Untuk menilai Perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya maka digunakan skala kuantitatif 1 sampai 9. (Saaty,1988) METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini ditentukan kriteria pengukuran prioritas penanganan jalan adalah sebagai berikut: 1. Kondisi Jalan. Kondisi jalan berhubungan untuk menentukan penanganan jalan berdasarkan SK 77 dan sumber Dinas Pekerjaan umum, dimana kondisi jalan adalah keadaan ruas ruas jalan yang dilihat dari tingkat kerusakannya. Sehingga Kondisi jalan dapat menjadi kriteria pengukur dalam prioritas penanganan Peningkatan jalan pada ruasruas jalan. B-6-2
2. Lalu lintas Harian Rata-rata Dalam suatu penanganan jalan sebelum dikerjakan haruslah diadakan suatu Survey untuk mengetahui volume jalan, sehingga dapat menentukan lebar dan jumlah jalur jalan dalam suatu perencanaan penanganan jalan, sehingga LHR dianggap dapat menentukan tujuan dalam penelitian ini. 3. Anggaran Dana Penanganan jalan dapat terlaksana apabila tersedia anggaran dan jumlah anggaran tersebut sangatlah menentukan dalam tujuan prioritas penanganan jalan, dan besarnya anggaran dana juga menentukan panjang dan jumlah ruas jalan yang dapat ditangani. Sehingga anggaran dana dapat menjadi pengukur kritreria dalam menentukan tujuan dalam penelitian ini. 4. Kebijakan Legislatif Penanganan jalan sedikit banyak akan dipengaruhi oleh kebijakan legislatif, dalam menentukan besarnya anggaran dan ruas- ruas yang akan ditangani sehingga kebijakan legislatif dapat menjadi kriteria pengukur dalam prioritas penanganan jalan pada ruas-ruas jalan. Pada dasarnya penyusunan hirarki dalam AHP terdiri dari 3 (tiga) level, yaitu: 1. Level pertama adalah Tujuan dari penelitian yaitu mencari prioritas penanganan peningkatan jalan pada ruas- ruas jalan di Kabuapten Kapuas, 2. Level Kedua adalah Kriteria dimana kriteria diambil berdasarkan alasan, kondisi serta sumber sumber dalam pengambilan kriteria, 3. Level Ketiga adalah Alternatif. Alternatif diambil berdasarkan pada berbagai sumber subyek yang melatar belakangi pemilihan prioritas penanganan peningkatan jalan. HASIL DAN DISKUSI Tabel 1. Daftar Penanganan Pemeliharaan Rutin Jalan Dalam Kota Kuala Kapuas No. Pangkal ruas Ujung Ruas Tingkat Kerusakan (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. JL. Kalimantan JL. Keruing Jl. Setd Aji Jl. Melati Jl. Panjaitan Jl. P. Tendean Jl. Teratai Jl. Anggrek Jl. Suprapto Jl. Untung Surapati Jl. Sutoyo Jl. RTA Milono 0,30 0,27 0,75 3,11 27,78 17,22 1,71 0,47 1,85 0,88 7,25 25,13 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas B-6-3
Pembobotan Kriteria Tabel 2. Matrik Perbandingan Berpasangan KRITERIA Kondisi Jalan LHR Anggaran Dana Kebijakan Legislatif Kondisi Jalan 1 2 3 3 LHR ½ 1 3 3 Anggaran Dana 1/3 1/3 1 1/3 Kebijakan 1/3 1/3 3 1 Legislatif Sumber: Hasil analisis dari Responden Kemudian menghitung bobot masing masing kriteria dengan cara mengalikan nilai elemen pada tiap tiap masing-masing lajur atau baris yang sama. setelah itu hasil dari perkalian tersebut diakar pangkatkan dengan jumlah baris atau hasil perkalian tersebut dipangkat 1 (satu) per jumlah baris pada perbandingan berpasangan, lihat contoh sebagai berikut: Jumlah baris 4 dan hasil perkalian perbandingan berpasangan 18 18 = 2.060 atau 18 pangkat ¼ = 2.060 Setelah didapatkan nilainya kemudian hasil tersebut dibagi dengan jumlah total dari hasil dari perkalian diakar pangkatkan dengan jumlah baris, dan hasilnya adalah merupakan bobot pada tiap kriteria. Contoh: Kondisi Jalan 2.060 2.060 / 4.574 = 0.450 atau 45 % LHR 1.316 1.316 / 4.574 = 0.288 atau 28,8 % Anggaran Dana 0.439 0.439 / 4.574 = 0.096 atau 9,6 % Kebijakan Legislatif 0.760 0.760 / 4.574 = 0.166 atau 16,6 % 4.574 Tabel 3. Pembobotan Kriteria Responden Dinas Pekerjaan Umum KRITERIA Kondisi Anggaran Kebijakan LHR Jalan Dana Legislatif Perkalian Bobot Kondisi Jalan 1 2 3.00 3.00 18.000 2.060 0.450 LHR 0.33 1 3.00 3.00 3.000 1.316 0.288 Anggaran Dana 0.33 0.33 1 0.33 0.037 0.439 0.096 Kebijakan Legislatif 0.33 0.33 3.00 1 0.333 0.760 0.166 Sumber: Hasil Analisa Data Mencari Nilai Eigen Value Maksimum (λ maks) Untuk mendapatkan nilai eigen value maksimum ( λ maks.), koefisien pada matrik resiprokal dikalikan dengan bobot yang didapat, hasil dari operasi matriks dijumlahkan, sehingga didapat nilai eigen value maksimum ( λ maks.). B-6-4
Lihat contoh perhitungan sebagai berikut: 1 2 3 3 0.450 1.812 ½ 1 3 3 x 0.288 = 1.224 1/3 1/3 1 1/3 0.096 0.397 1/3 1/3 3 1 0.166 0.700 Jadi nilai eigen value (λ maks.) didapat dari total perhitungan di atas yaitu: 1.812 + 1.224 + 0.397 + 0.700 = 4.133 Pengujian Konsistensi Untuk mengetahui terjadinya penyimpangan dapat diketahui dengan indek konsistensi (CI) dengan formula: maks n 4.133 4 CI = 0.044 n 1 4 1 Rasio konsistensi (CR) didapat dengan cara membagi Indeks Konsistensi (CI) dengan Indek Random, dan syarat matriks berpasangan dapat diterima apabila nilai Rasio Konsistensi 0,1. 0.044 CR 0.049 0.1...ok 0.90 Pembobotan Kriteria Rata-rata Setelah didapat bobot kriteria dari perhitungan, kemudian bobot kriteria itu dijumlahkan dari seluruh hasil dari pembobotan responden kemudian dibagi dengan jumlah responden sehingga didapat pembobotan kriteria rata-rata dari seluruh responden Kriteria Dinas Pekerjaan Umum Tabel 4. Pembobotan Kriteria Rata-rata Dinas BPPPMD Perhubungan DPRD Bobot Kondisi Jalan 0.450 0.500 0.450 0.483 0.470 LHR 0.288 0.254 0.260 0.166 0.242 Anggarana Dana 0.096 0.143 0.106 0.234 0.145 Kebijakan Legislatif 0.166 0.104 0.184 0.117 0.143 Sumber: Hasil Analisa Data Pembobotan Alternatif Setelah dilakukan penilaian matrik perbandingan berpasangan kemudian dilakukan perhitungan bobot masing masing alternatif dengan cara melakukan perkalian anatara nilai elemen pada tiap tiap masing-masing lajur atau baris yang sama. Kemudian hasil dari perkalian tersebut diakar pangkatkan dengan jumlah baris atau hasil perkalian tersebut dipangkat 1 (satu) per jumlah baris pa da perbandingan berpasangan. Setelah B-6-5
didapatkan nilainya kemudian hasil tersebut dibagi dengan jumlah total dari hasil dari perkalian diakar pangkatkan dengan jumlah baris, dan hasilnya adalah merupakan bobot pada tiap kriteria. Pembobotan Global Alternatif Setelah didapat seluruh dari pembobotan lokal kemudian hasil dari pembobotan tiap responden tersebut di jumlahkan berdasarkan kriteria dan alternatif masing-masing dan dibagi dengan jumlah responden untuk mendapatkan pembobotan global. Prioritas Global Penanganan Peningkatan Jalan Prioritas Penanganan Peningkatan Jalan pada ruas ruas jalan dapat didapat dengan cara membandingkan Kriteria penanganan jalan dengan alternatif ruas-ruas jalan, sehingga dapat diketahui ruas jalan yang diprioritaskan, serta mengalikan Bobot Alternatif dengan Bobot kriteria global kemudian di jumlahkan. Contoh Perhitungan: Alternatif Bobot Kriteria Kondisi Jalan 0.471 x 0.11 = 0.051 Bobot Kriteria LHR 0.24 x 0.12 = 0.027 Bobot Kriteria Anggaran Dana 0.145 x 0.09 = 0.013 Bobot Kriteria Kebikan Legislatif 0.143 x 0.15 = 0.021 0.112 Lebih lengkapnya pembobotan Prioritas global Penanganan Peningkatan jalan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Prioritas Lokal dan Prioritas Global Penanganan Peningkatan Jalan Kondisi Anggaran Kebijakan Kriteria LHR Jalan Dana Legislatif Prioritas Global Bobot 0.471 0.24 0.145 0.143 Jl. Palingkau-Sei Tatas 0.11 0.06 0.09 0.15 0.100 Jl. Palingkau-Pd Ketapi 0.12 0.12 0.14 0.21 0.133 Jl. Sudirman 0.06 0.11 0.04 0.05 0.070 Jl. Sugiman 0.04 0.19 0.05 0.06 0.081 Jl. Pemuda 0.07 0.15 0.06 0.07 0.086 Jl. Garuda 0.15 0.04 0.17 0.12 0.126 J. KS. Tubun 0.05 0.12 0.04 0.05 0.068 Jl. Kasturi 0.20 0.11 0.20 0.16 0.173 Jl. Manggis 0.14 0.05 0.14 0.10 0.111 Jl. S.Parman 0.05 0.05 0.07 0.04 0.052 Sumber: Analisa Data Berdasarkan perhitungan analisa global pada penelitian ini didapatkan prioritas penanganan peningkatan Jalan yaitu prioritas pertama adalah Penanganan Peningkatan Jalan Kasturi dengan bobot sebesar 0.173 atau 17,3 %. Pada perbandingan antara B-6-6
Kriteria dengan alternatif, dapat dilihat bahwa Bobot Jalan Kasturi (0.20) prioritasnya lebih besar dari pada alternatif penanganan jalan lain, dengan pembanding kriteria yang paling besar nilainya (Kriteria Kondisi Jalan 0.471), serta pada Alternatif penanganan jalan Kasturi terdapat dua bobot alternatif yang paling tinggi nilainya daripada bobot alternatif jalan lain. Berdasarkan hasil dari analisa perhitungan sehingga didapat urutan prioritas penanganan jalan, maka dalam penentuan berapa jumlah ruas ruas jalan yang akan ditangani dapat diketahui dengan besarnya jumlah anggaran yang diusulkan. Berdasarkan data besarnya anggaran dan panjangnya Proyek yang di usulkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas untuk Peningkatan Jalan Dalam Kota Kuala Kapuas yaitu Rp. 10.000.000.000,- sepanjang 7.5 KM. Maka berdasarkan Panjang yang akan ditangani dalam daftar usulan rencana program kegiatan Dinas Pekerjaan Umum 7.5 Km dibagi dengan ruas ruas yang diprioritaskan 1. Jalan Kasturi.. 1.35 Km 2. Jalan Palingkau Penda ketapi.. 1.5 Km 3. Jalan Garuda.. 1.8 Km 4. Palingkau Sei tatas.. 1.7 Km 5. Jalan Manggis. 1.31 Km ± 7.66 Km Maka didapat 5 (lima) ruas jalan dalam Penanganan Peningkatan Jalan KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan setelah dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kriteria dan bobot dalam penelitian ini adalah: a. Kondisi Jalan dengan bobot 0.471 b. Lalu lintas Harian Rata-rata dengan bobot 0.242 c. Anggaran Dana dengan bobot 0.145 d. Kebijakan Legislatif dengan bobot 0.143 2. Prioritas Penanganan Peningkatan jalan pada ruas-ruas jalan di Kabupaten Kapuas didapat sebagai berikut: a. Prioritas Pertama adalah Penanganan Peningkatan Jalan Kasturi dengan bobot sebesar 0.173 atau 17,3 %. b. Prioritas Kedua adalah penanganan peningkatan jalan Palingkau Penda Ketapi dengan bobot sebesar 0.131 atau 13,1 %. c. Prioritas Ketiga adalah Penanganan Peningkatan Jalan Garuda dengan bobot sebesar 0.126 atau 12,6 %. d. Prioritas keempat adalah Penanganan Peningkatan Jalan Palingkau Sei Tatas dengan bobot sebesar 0.112 atau 11,2 %. e. Prioritas Kelima adalah Penanganan Peningkatan Jalan Manggis dengan bobot sebesar 0.111 atau 11,1 %. f. Prioritas Keenam adalah Penanganan Peningkatan Jalan Pemuda dengan bobot sebesar 0.086 atau 8,6 %. g. Prioritas Ketujuh adalah Penanganan Peningkatan Jalan Sugiman dengan bobot sebesar 0.081 atau 8,1 %. h. Prioritas Kedelapan adalah Penanganan Peningkatan Jalan KS. Tubun dengan bobot sebesar 0.068 atau 6,8 %. B-6-7
i. Prioritas Kesembilan adalah Penanganan Peningkatan Jalan Sudirman dengan bobot sebesar 0.056 atau 5,6 %. j. Prioritas Kesepuluh adalah Penanganan Peningkatan Jalan S. Parman dengan bobot sebesar 0.052 atau 5,2 %. 3. Prioritas Penanganan pada tahun anggaran yang akan datang sesuai anggaran yang diusulkan didapat 5 (lima) ruas jalan dalam Penanganan Peningkatan Jalan yaitu: 1. Jalan Kasturi.. 1.35 Km 2. Jalan Palingkau Penda ketapi.. 1.5 Km 3. Jalan Garuda.. 1.8 Km 4. Palingkau Sei tatas.. 1.7 Km 5. Jalan Manggis. 1.31 Km Saran Demi kesempurnaan penelitian ini dan penelitian selanjutnya, maka kami memberi saran sebagai berikut: 1. Dalam menentukan prioritas penanganan jalan pihak yang berwenang dalam menentukan penanganan peningkatan jalan hendaknya berdasarkan Kondisi jalan seperti tingkat kerusakan jalan, LHR dan memperhatikan faktor faktor yang menyebabkan kerusakan. 2. Perlu suatu analisis hasil pengukuran absolut sebagai pembanding terhadap pengukuran relatif yang telah dilakukan untuk melihat apakah hasil yang didapat memenuhi syarat yang ditentukan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum.2004. Undang-undang Republik Indonesia Tentang Jalan Nomor 38. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Direktorat Bina Marga. Departemen Pekerjaan Umum. Perataturan Perundang-undangan Bina Marga. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta Departemen Pekerjaan Umum.1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta Departemen Pekerjaan Umum. Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program jalan kabupaten. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta. Saaty, Thomas L, 1991. Pengambil Keputusan. Penerbit Pustaka Binaman Pressindo. Suryadi, Kadarsah, M. Ali Ramdani.2002. Sistem Pendukung Keputusan. Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung. B-6-8