MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan tikus percobaan bertempat di Laboratorium Lapang Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Hewan Percobaan Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dan 30 ekor tikus putih betina strain Sprague-Dawley berumur 4 minggu lepas sapih dengan bobot badan awal rata-rata 77,36 ± 15,45 gram. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan berupa bak plastik yang mempunyai ukuran 40 x 25 x 15 cm 3, beralaskan sekam dengan tebal ± 0,5 cm dan diberi atap berupa kawat dan dilengkapi dengan tempat makan dan tempat air minum. Peralatan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu ember, botol Schoot, labu Erlenmeyer, kain kassa, kertas saring Whatman no.1, corong, cawan porselen, pengaduk magnetik, ph meter, penyaring vacuum, timbangan, oven 60 0 C dan 105 0 C, tanur 600 0 C, dan botol sampel. Peralatan yang digunakan selama pemeliharaan ternak adalah timbangan, plastik dan termometer ruangan. Peralatan lain yang digunakan adalah mesin pembuat pelet. Ransum Ransum yang akan digunakan selama pemeliharaan disusun berdasarkan NRC (1978) untuk kebutuhan tikus putih yang sedang dalam masa pertumbuhan. Bahan pakan ransum basal terdiri dari : jagung, dedak padi, bungkil kedele, tepung ikan, bungkil kelapa, skim milk, dan CPO. Ransum basal ini kemudian
disuplementasi dengan biomineral dengan level bertahap mulai dari 0,5% hingga 2% serta mineral komersil Cattle Mas-Mix 1 produksi PT. Mensana Aneka Satwa Jakarta sebesar 1%. Susunan komposisi ransum dan kandungan nutrisinya dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Pemberian pakan pada ternak dalam bentuk pelet. Tabel 3. Komposisi Ransum Basal Penelitian Bahan Makanan Jumlah (%) Jagung kuning 48 Bungkil kedelai 30 Dedak padi 5 Skim milk 5 Bungkil kelapa 5 CPO 5 Tepung ikan 2 Total 100 Tabel 4. Kandungan Nutrisi Ransum Basal Penelitian Zat Makanan Kandungan dalam Ransum EM (Kkal/kg) 3,115,5 PK (%) 21,89 LK (%) 8,06 SK (%) 4,47 Ca (%) 0,28 P (%) 0,27 Mg (%) 0,21 Keterangan : Data diperoleh berdasarkan hasil perhitungan Metode Penelitian yang dilakukan terdiri atas dua percobaan : Percobaan 1 adalah optimasi ph pembuatan biomineral, dan Percobaan 2 adalah penerapan produk biomineral sebagai suplemen mineral pada tikus putih lepas sapih.
Perlakuan Enam puluh ekor tikus putih yang terdiri dari 30 ekor jantan dan 30 ekor betina masing-masing dibagi menjadi enam kelompok dan diberi salah satu dari enam perlakuan ransum secara acak. Keenam perlakuan ransum tersebut adalah : R0 = Ransum kontrol R1 = R0 + 1% sumber mineral komersil R2 = R0 + 0,5% biomineral cairan rumen R3 = R0 + 1% biomineral cairan rumen R4 = R0 + 1,5% biomineral cairan rumen R5 = R0 + 2% biomineral cairan rumen Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan acak Lengkap (RAL) berpola faktorial (6 x 2) dengan 5 ulangan. Faktor A adalah perlakuan suplementasi mineral pada ransum ternak sedangkan faktor B adalah jenis kelamin ternak. Model matematikanya adalah : Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + ε ijk Keterangan : Y i = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B) µ = Nilai rataan umum α i β j = Pengaruh perlakuan ke-i dari faktor A = Pengaruh perlakuan ke-j dari faktor B (αβ) ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B ε ijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji orthogonal kontras dan polinomial (Steel and Torrie, 1995).
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah : 1. Konsumsi ransum segar (gram/ekor/hari) Konsumsi ransum segar dihitung dari selisih antara ransum segar yang diberikan pada awal penelitian dengan sisa ransum dibagi dengan waktu penelitian. 2. Konsumsi bahan kering (gram/ekor/hari) Konsumsi BK dihitung dari selisih antara BK ransum yang diberikan pada awal penelitian dengan BK sisa ransum dibagi dengan waktu penelitian. 3. Konsumsi bahan organik (gram/ekor/hari) Konsumsi BO dihitung dari selisih antara BO ransum yang diberikan pada awal penelitian dengan BO sisa ransum dibagi dengan waktu penelitian. 4. Kecernaan bahan kering Kecernaan bahan kering merupakan persentase selisih antara konsumsi BK dengan BK feses dibagi dengan konsumsi BK. 5. Kecernaan bahan organik Kecernaan bahan organik merupakan persentase selisih antara konsumsi bahan organik dengan bahan organik yang dikeluarkan melalui feses dibagi dengan konsumsi bahan organik. 6. Pertambahan bobot badan (gram/ekor/hari) Pertambahan bobot badan harian diperoleh dari selisih antara bobot badan awal ternak dengan bobot badan akhir ternak dibagi lamanya waktu penelitian. 7. Efisiensi Penggunaan Ransum (%) Efisiensi penggunaan ransum merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan harian dan konsumsi BK harian yang dinyatakan dalam persentase. Prosedur Produksi Biomineral Cairan Rumen Produksi biomineral cairan rumen melalui beberapa tahap, yaitu : 1. Optimasi ph Produksi Biomineral Cairan Rumen Tahapan optimasi ph dilakukan dengan penambahan larutan HCl 1M ke dalam 100 ml cairan rumen hingga mencapai ph 3,5; 4,5; dan 5,5. Optimasi ph ditujukan untuk mengetahui ph optimum pengendapan cairan rumen. Endapan yang diperoleh kemudian disaring dengan kertas saring Whatman dan ditimbang
untuk mengetahui bobotnya. Endapan cairan rumen dikeringkan dalam oven 60 0 C untuk mengetahui bobot endapan, kemudian dikeringkan dalam oven 105 0 C untuk mengetahui berat keringnya serta ke dalam tanur 600 0 C guna mengetahui kadar abunya. Tingkat ph paling banyak terbentuk endapan cairan rumen dan memiliki kadar BK dan kadar abu endapan tertinggi merupakan ph optimum pengendapan cairan rumen. 2. Produksi Biomineral Cairan Rumen Cairan rumen sebanyak 20 liter diperoleh dari limbah rumah potong sapi Elders yang bertempat di lingkup Institut Pertanian Bogor. Limbah cairan rumen ditampung dan disaring menggunakan kain kassa. Cairan rumen kemudian diendapkan melalui proses pengasaman (asidifikasi) menggunakan larutan HCl 1M hingga mencapai ph 5,5. Endapan dipisahkan dengan cara disaring dengan penyaring vacuum. Endapan ini kemudian ditambahkan dengan bahan carrier seperti gel dan tepung terigu dengan jumlah masing-masing sebanyak 7% dan 60% dari endapan yang digunakan. Tahapan akhir adalah pengeringan di dalam oven 60 0 C. Pembuatan Ransum Pelet Biomineral cairan rumen dalam bentuk tepung dicampurkan dalam ransum basal dengan level tertentu sesuai perlakuan dan dihomogenkan. Setelah homogen ransum penelitian dimasukkan ke dalam mesin pelet. Pelet yang baru keluar dari mesin pelet diangin-anginkan terlebih dahulu, lalu disimpan dalam kantong plastik yang telah ditandai sesuai perlakuan. Pemberian Ransum Pelet Pemberian ransum pelet dilakukan selama pemeliharaan tikus yaitu 10 hari periode preliminari atau masa adaptasi ternak terhadap pakan yang dilanjutkan 6 minggu berikutnya yang merupakan periode pengamatan dan pengumpulan feses. Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Penggantian air minum dilakukan 2 kali setiap minggunya. Konsumsi pakan dihitung setiap satu minggu sekali. Ransum yang tersisa dalam wadah dan yang tercecer dihitung sebagai sisa pakan.
Penimbangan Bobot Badan dan Pengumpulan Feses Bobot awal tikus ditimbang pada awal penelitian. Penimbangan selanjutnya dilakukan setiap satu minggu sekali. Penimbangan dilakukan sebelum tikus diberi makan. Setiap tikus diukur bobot badannya dengan menggunakan timbangan, dan wadah plastik tertutup sebagai alat bantu dalam penimbangan tikus. Pengambilan sampel feses dilakukan setiap 2 minggu sekali selama periode pengamatan. Feses yang ada dalam kandang terlebih dahulu dipisahkan dari benda asing (sekam) yag menempel pada feses. Feses yang terkumpul kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital. Selanjutnya skema alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Penampungan dan penyaringan limbah cairan rumen RPH Elders Optimasi ph dengan penambahan larutan HCl 1M ke dalam cairan rumen hingga mencapai ph : 3,5; 4,5 dan 5,5 Oven 60 0 C (Bobot Endapan) Oven 105 0 C (Bobot Kering) Tanur 600 0 C (Kadar Abu) ph optimum (5,5): terbentuk bobot endapan, bobot kering dan kadar abu tertinggi Produksi biomineral: penambahan HCl 1M ke dalam 20 liter cairan rumen hingga ph 5,5 Pemisahan endapan dengan penyaring vacuum Penambahan bahan carrier (agar dan tep.terigu) dan pengeringan dalam oven 60 0 C Pencampuran biomineral dan pembuatan pelet pakan Pemberian pakan ad libitum, penimbangan bobot badan, dan pengumpulan feses Analisis data Gambar 2. Skema Alur Penelitian