BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. siswa memiliki kemampuan matematis yang baik. Adapun tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tri Sulistiani Yuliza, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari tidak dipungkiri selalu digunakan aplikasi matematika. Saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Amam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. matematika. Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. ini sedang digalakan oleh pemerintah. Langkah yang paling penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

2015 PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga maupun untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan yang dimiliki oleh sumber daya manusia. Mutu pendidikan yang berkualitas dan profesional sangat diperlukan agar mampu mendukung kecerdasan kehidupan bangsa serta mampu bersaing pada era globalisasi. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan sehingga pelaksanaan pendidikan harus berorientasi pada wawasan kehidupan mendatang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki karakteristik yang bersifat abstrak. Sifat matematika yang abstrak ini menyebabkan banyak siswa yang mengalami berbagai kesulitan dalam mempelajari matematika, terutama dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika. Dengan demikian guru matematika pada khususnya harus dapat meyakinkan bahwa matematika itu merupakan pelajaran yang mudah dan menjadi kebutuhan hidup. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara 1

2 luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, yang memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Berdasarkan hasil survey tiga tahunan Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012, Indonesia termasuk dalam negara diurutan tiga terbawah bersama Mexico dan Brazil dalam hal matematika. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan dan kurangnya pemahaman

3 matematis siswa, salah satu penyebabnya adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Siswa jarang diberi kesempatan untuk menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep atau pengetahuan matematika secara formal, sehingga pemecahan masalah, penalaran, dan komunikasi dianggap tidak terlalu penting. Sebagaimana dikemukakan Herbert dan Carpenter (Aprialita, 2013:24) menjelaskan sejumlah manfaat terhadap pengetahuan yang diperoleh dalam belajar matematika dengan pemahaman yakni sebagai berikut: 1. Bersifat generatif, artinya pengetahuan yang terbentuk dari hasil belajar dengan pengertian sewaktu-waktu dapat dimunculkan kembali (distimulasi). 2. Bermakna, menyesuaikan antara materi pelajaran dengan kemampuan befikir siswa memungkinkan kegiatan belajar lebih bermakna. 3. Memperkuat ingatan dan mengurangi jumlah informasi yang harus dihapal. 4. Memudahkan transfer belajar, terjadinya transfer dalam belajar dengan pengertian atau pemahaman karena adanya persamaanpersamaan konteks antara pengetahuan baru yang akan dipelajari dengan pengetahuan lama yang dengan cepat dapat dimunculkan kembali. 5. Mempengaruhi kepercayaan, siswa yang belajar dengan pemahaman selalu akan memunculkan pengetahuan-pengetahuan yang saling berhubungan secara sistematis dalam struktur kognitif. Guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, dituntut menciptakan strategi yang tepat, sedemikian rupa, sehingga siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Proses pembelajaran akan berhasil apabila interaksi belajar mengajar dimana guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar, tetapi membantu memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa dalam kegiatan belajar. Disamping itu siswa juga dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Sehingga

4 akan meningkatkan keaktifan siswa dan menjadikan proses pembelajaran menjadi efektif. Guru harus memilih model pembelajaran yang tepat sehingga tercapainya pembelajaran yang efektif serta berpusat kepada siswa. Pembelajaran di kelas harus menciptakan suasana yang menyenangkan dan pembelajaran yang menarik, sehingga siswa memiliki motivasi belajar serta dapat meningkatkan hasil belajarnya. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode belajar dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya Pairs Check. Model pembelajaran Pairs Check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan. Huda (2014:211) mengungkapkan bahwa Pairs Check merupakan metode pembelajaran berkelompok antar dua orang atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1990. Model ini merupakan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Metode ini juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian. Taniredja dkk (2013:120) mengatakan, Secara umum urutan pembelajaran Pairs Check adalah: bekerja berpasangan, pembagian peran, pelatih memberi soal dan partner menjawab, mengecek jawabaan, bertukar peran, penyimpulan, dan penegasan.

5 Model Pairs Check memiliki beberapa kelebihan, antara lain: meningkatkan kerja sama antar siswa, peer tutoring, meningkatkan pemahaman atas konsep atau proses pembelajaran, dan melatih siswa berkomunikasi yang baik dengan teman sebangkunya (Huda, 2014:212). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencoba menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pairs Check dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan melaksanakan penelitian berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pairs Check terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMA. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yang menjadi persoalan, diantaranya adalah: 1. Sifat matematika yang abstrak menyebabkan banyak siswa yang mengalami berbagai kesulitan dalam mempelajari matematika, terutama dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika. 2. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di beberapa sekolah cenderung hanya mengasah aspek mengingat saja, sehingga kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam memahami matematika. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah:

6 1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SMA yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa? 2. Bagaimana sikap siswa SMA terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check? D. Batasan Masalah Batasan masalah sangat perlu untuk mempermudah atau menyederhanakan penelitian. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan di atas sebagai berikut: a. Model pembelajaran pada penelitian ini adalah model kooperatif tipe Pairs Check. b. Penelitian dilaksanakan terhadap siswa SMAN 9 Bandung kelas X Semester Genap pada pokok bahasan Dimensi Tiga. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SMA yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check. 2. Untuk mengetahui sikap siswa SMA terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini yaitu:

7 1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check, sehingga prestasi belajar nya pun meningkat. 2. Bagi guru mata pelajaran matematika, diharapkan dapat lebih mengenal tentang model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check dan pengaruhnya terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa, sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran matematika yang lebih bermakna. 3. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih terhadap perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam bidang matematika. 4. Bagi peneliti, dapat mengenal model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check sehingga kelak menjadi guru, dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang akan digunakan. G. Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pairs Check adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja secara berkelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam model pembelajaran Pairs Check ini siswa bekerja secara kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 orang yang nantinya akan bekerja secara berpasangan dimana siswa yang satu menjadi pelatih dan yang lain menjadi partner. Ketika pelatih memberi soal maka partner akan menjawab, setelah itu pelatih akan mengecek jawaban

8 partner. Setelah itu mereka saling bertukar peran dan mengulangi kegiatan yang mereka lakukan sebelumnya. Model pembelajaran ini dapat melatih tanggung jawab sosial siswa, bekerja sama, kemampuan memberi penilaian dan juga melatih kejujuran siswa. 2. Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu, dengan pemahaman siswa dapat dimengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. 3. Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran sehari-hari. Dalam penelitian ini pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran sehari-hari adalah Problem-Based Learning (PBL) yang mengacu pada kurikulum 2013. H. Struktur Organisasi Skripsi Gambaran lebih jelas tentang isi skripsi disajikan dalam bentuk struktur organisasi yang tersusun. Pembahasannya dapat disajikan dalam sistematika penulisan. Struktur organisasi skripsi dapat berisi tentang urutan penelitian dalam setiap bab dan sub bab. Struktur organisasi skripsi dimulai dari bab I sampai bab V. Bab I Pendahuluan, yang meliputi: latar belakang masalah; identifikasi masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian; definisi operasional; dan struktur oerganisasi skripsi. Bab II Kajian Teoretik, yang meliputi: kajian teori dan kerangka pemikiran. Kajian teori sebagai landasan teoretik yang digunakan peneliti untuk

9 membahas dan menganalisis masalah yang diteliti. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan variable penelitian yang diteliti. Kerangka pemikiran dan diagram/skema paradigma penelitian. Asumsi dan hipotesis penelitian atau pertanyaan penelitian. Bab III Metode Penelitian, yang meliputi: metode penelitian; desain penelitian; populasi dan sampel; operasionalisasi variable; rancangan pengumpulan data; instrumen penelitian, dan rancangan analisis data. Pada bab ini menjelaskan secara sistematis dan terperinci langkah-langkah dan cara yang digunakan dalam menjawab permasalahan dan memperoleh kesimpulan. Bab IV terdiri dari deskripsi profil populasi dan sampel (responden) penelitian, serta hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Profil populasi penelitian melaporkan karakteristik dan kondisi lokasi penelitian yang dilengkapi proporsi kondisi populasi penelitian, sedangkan profil sampel penelitian berisi kondisi dari responden yang menjadi sampel penelitian. Hasil penelitian dan pembahasan, dari bagian ini adalah uraian tentang data yang terkumpul, hasil pengolahan data serta analisis terhadap kondisi hasil pengolahan data. Bab V Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan merupakan kondisi hasil penelitian yang merupakan jawaban terhadap tujuan penelitian yang merupakan jawaban terhadap tujuan penelitian, saran merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, pengguna, atau kepada peneliti berikutnya tentang tindak lanjut ataupun masukan hasil penelitian.