I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

PENGARUH 2.4 D DAN BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Jati Emas (Cordia subcordata) kultur in vitro dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar.

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tanaman yang banyak

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pisang dapat dengan mudah ditemui di

TINJAUAN PUSTAKA. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman manggis merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara,

I. PENDAHULUAN. Sansevieria (Sansevieria sp.) atau lidah mertua adalah tanaman hias daun sukulen

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam cm, tergantung jenis

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stevia rebaudiana Bertoni termasuk tanaman famili Asteraceae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ)

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

I. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Saat ini sumber energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya sekarang, bahan bakar fosil merupakan sumberdaya yang tak terbarukan dan suatu saat pasti habis. Untuk itu, banyak negara mulai mengembangkan alternatif sumber energi baru yang terbarukan dan ramah lingkungan, yaitu dengan menggunakan tanaman sebagai energy source. Sumber bioetanol dapat diperoleh dari tanaman singkong, ubi jalar, tebu, jagung, sagu, aren, kelapa dan padi. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) adalah tanaman daerah tropik yang dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah, bahkan pada tanah yang tidak subur sekalipun (Priadi dan Sudarmonowati, 2004). Produksi ubi kayu di Indonesia berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005-2009 rata-rata mencapai 20.608.650 ton per tahun, rata-rata produktivitas 17,03 ton per hektar (ha) per tahun, Sedangkan data produksi ubi kayu di Provinsi Lampung (BPS) tahun 2005-2009 rata-rata mencapai 6.461.512 9(31% dari produksi Indonesia per tahun) rata-rata produktivitas 21,48 ton per ha.

2 Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pertanaman ubi kayu di Indonesia memiliki produktivitas yang rendah. Padahal data dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan umbi-umbian (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan umbi-umbian, 2011) melaporkan bahwa produktivitas ubi kayu dapat mencapai 30-40 ton/ha. Masalahnya adalah varietas unggul yang baru dirilis oleh pemerintah maupun perusahaan swasta tidak dapat diperoleh dalam jumlah banyak. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah bibit yang dapat disebar atau didistribusikan dalam waktu relatif singkat, karena dari satu tanaman ubi kayu hanya diperoleh sekitar 10 stek saja setelah tanaman berumur 10 bulan atau lebih (BIP,1995). Sedangkan stek yang diperlukan untuk penanaman ubi kayu secara monokultur satu hektarnya saja sekitar 14.000 stek. Saat ini para petani menggunakan bibit dari pertanaman musim sebelumnya dan hanya 10% saja yang menggunakan varietas unggul baru (VUB). Teknik kultur jaringan merupakan salah satu alternatif untuk perbanyakan secara vegetatif dengan cepat. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkan dan mengembangkan bagian tanaman yang berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Penggunaan teknik kultur jaringan umumnya dilakukan untuk perbanyakan tunas dilanjutkan dengan pengakaran dan aklimatisasi. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan dapat menghasilkan bibit yang bermutu, seragam, dan dalam jumlah besar dalam waktu yang lebih cepat serta tidak tergantung musim. Menurut Daisy dan Wijayani (1994), kultur jaringan

3 merupakan alat untuk mendapatkan tanaman in vitro yang selanjutnya digunakan dalam rekayasa genetika. Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu zat pengaatur tumbuh (ZPT) dan genotipe tanaman. Menurut Khrisnamoorthy (1981), zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (<1 mm) dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk perbanyakan tanaman secara kultur jaringan adalah sitokinin dan auksin (Hartmann et al., 2002). Menurut Yusnita (2003), regenerasi tunas dan akar in vitro dikontrol oleh ZPT sitokinin dan auksin. Sitokinin dapat mempengaruhi pembelahan sel pada jaringan yang ditumbuhkan pada media tumbuh buatan. Menurut Vardja dan Vardja (2001), kemampuan tunas untuk multiplikasi sangat ditentukan oleh jenis media yang digunakan dan konsentrasi BA yang terdapat pada media tersebut. Menurut Yusnita (2003) jenis sitokinin yang paling sering digunakan untuk perbanyakan/induksi tunas adalah benziladenin (BA). BA memiliki efektifitas yang cukup tinggi untuk perbanyakan tunas, mudah didapat dan harganya relatif murah. Adapun kinetin (6-furfury amino purine) juga tergolong zat pengatur tumbuh dalam kelompok sitokinin yang mempunyai efektivitas perbanyakan tunas lebih rendah dari BA. BA dan kinetin adalah kelompok sitokinin yang berfungsi untuk pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis.

4 Sitokinin juga merangsang sintesis protein dan mengaktifkan enzim (George et al., 2008) Pemberian sitokinin ke dalam media kultur untuk multiplikasi tunas biasa dilakukan secara tunggal, atau dikombinasikan dengan auksin pada konsentrasi rendah. Sedangkan untuk merangsang pembentukan akar pada tunas jenis auksin yang digunakan untuk pengakaran in vitro adalah indol acetic acid (IAA) (Yusnita, 2006). Peran IAA bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman,khususnya tinggi batang. Untuk itu perlu pengujian pengaruh beberapa konsentrasi BA yang dikombinasikan dengan beberapa konsentrasi IAA pada pertumbuhan dan perbanyakan ubi kayu. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh BA dalam merangsang perbanyakan tunas ubi kayu secara in vitro serta berapa taraf konsentrasi terbaik? 2. Apakah terdapat pengaruh IAA dalam memacu perbanyakan tunas ubi kayu secara in vitro. 3. Apakah terdapat interaksi BA dengan IAA dalam memacu perbanyakan tunas ubi kayu secara in vitro. 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, disusun tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh pemberian BA dalam merangsang perbanyakan tunas ubi kayu secara in vitro.

5 2. Mengetahui pengaruh penambahan IAA pada perbanyakan tunas ubi kayu secara in vitro.. 3. Mengetahui pengaruh interaksi BA dengan IAA dalam memacu perbanyakan tunas ubi kayu secara in vitro.. 1.3 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran Pembudidayaan ubi kayu melalui teknik in vitro dengan memberikan peluang untuk melakukan perbanyakan secara massal. Keberhasilan perbanyakan secara in vitro ini akan bermanfaat untuk menunjang kegiatan penelitian perbaikan tanaman. Selain itu juga bermanfaat bagi penyediaan bibit tanaman untuk para petani ubi kayu dan pengusaha perbanyakan tanaman. Beberapa sifat umbi ubi kayu yang tidak menguntungkan adalah kandungan nutrisi yang rendah dibandingkan dengan umbi akar atau batang lainnya, kandungan sianida yang beracun, dan umur penyimpanan umbi yang sebentar menyebabkan ubi kayu sulit berkembang. Selain secara alami penyerbukan silang ubi kayu sangat sulit, maka perbaikan sifat menggunakan metode konvensional akan sangat membutuhkan waktu lama (Sudarmonowati, 2002). Adanya hama dan penyakit, seperti virus ubi kayu yang sering disebut Cassava Mosaic virus (CMV), merupakan ancaman yang dapat menurunkan tingkat produksi ubi kayu. Meskipun masalah ini belum menjadi masalah serius di Indonesia tetapi perlu diwaspadai oleh petani ubi kayu. Selain itu teknologi konvensional belum mampu menghasilkan bibit singkong yang banyak dalam

6 wsaktu relatif singkat. Dengan kulktur jaringan yang merupakan alat perbanyakan bibit dan menghasilkan varietas unggul maka semua masalah di atas dapat teratasi. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh substansi kimia yang berkonsentrasi sangat rendah yang disebut dengan substansi pertumbuhan tanaman, hormon pertumbuhan atau zat pengatur pertumbuhan tanaman (Gardner et al., 1991). Perbanyakan ubi kayu secara in vitro telah banyak diteliti. Penelitian Sanjaya (2011) menggunakan beberapa konsentrasi nitrogen dan BA pada perbanyakan ubi kayu dan menghasilkan kombinasi nitrogen 2 kali formulasi MS dan 1 mg/l adalah konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan tanaman ubi kayu secara in vitro pada kultur awal dan nitrogen 1 kali formulasi MS dengan penambahan 1 mg/l BA merupakn kombinasi terbaik pada subkultur. Penelitian Susanto (2011) menghasilkan kombinasi 2 kali nitrogen + 30 g/l sukrosa pada tahap inisiasi memberikan pengaruh terbaik, sedangkan 1 kali nitrogen + 30 g/l sukrosa pada tahap subkultur memberikan pengaruh terbaik pada perbanyakan dan pertumbuhan tunas ubi kayu in vitro. ZPT menentukan arah perkembangan tanaman ; peranan ZPT dari golongan sitokinin merangsang pembentukan dan multiplikasi tunas, sedangkan dari golongan auksin pada umumnya mendorong pembentukan akar. Contoh ZPT dari golongan sitokinin untuk mendorong perbanyakan tunas adalah benzyladenin (BA), isopentil adenine (2-iP), thidiazuron (TDZ), dan kinetin. Sedangkan contoh

7 ZPT dari golongan auksin untuk merangsang pengakaran pada tunas adalah indoleacetic acid (IAA), naphtaleneacetic acid (NAA), indolebutyric acid (IBA), dan 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) (Yusnita,2006) Pemberian sitokinin ke dalam media kultur untuk multiplikasi tunas biasa dilakukan secara tunggal, atau dikombinasikan dengan jenis sitokinin yang lain, atau dikombinasikan dengan auksin pada konsentrasi rendah. Adapun beberapa jenis auksin yang ada yaitu IAA, IBA, NAA, dan 2,4 D (Salisbury dan Ross, 1995). Pemberian auksin dapat memperbaiki morfogenesis tunas. Auksin juga digunakan dalam pengulturan untuk merangsang pembentukan akar pada tunas (Yusnita, 2003). Hal ini ditunjukkan pada penelitian yang telah dilakukan Thomas et al. (1977) yang dikutip oleh Yustiawan (2007), penggunaan auksin seperti 0,2 µm NAA dengan 5µM sampai 10µM BA pada eksplan tunas apikal tanaman Cupressaceae yang menghasilkan proliferasi tunas aksilar yang tumbuh dengan baik. Tunas aksilar berasal dari mata tunas aksilar yang sudah ada pada eksplan yang dikulturkan. Pengulturan dalam media yang ditambah dengan sitokinin bertujuan untuk merangsang pecah dan tumbuhnya mata tunas samping dan mencegah dominasi tunas apikal. Perbanyakan tunas aksilar telah dilakukan pada kultur jaringan pisang cavendish (Musa parasidiaca Linn.), vanili (Vanilla planifolia), dan stroberi (Fragaria) (Yusnita, 2003).

8 Menurut Sanjaya (2011) pada tanaman ubi kayu varietas Kasersart, penambahan BA 0,5 mg/l memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan penambahan BA 1 mg/l. Menurut Syahid et. al. (1998) pada tanaman kumis kucing (Orthisipon aristatus), penambahan BA 0,3 m g/l ke dalam media Murashige dan Skoog (MS) menghasilkan jumlah tunas lebih banyak (4,3 tunas) dibandingkan dengan BA 0,1 dan 0,5 mg/l. Begitu juga dengan tanaman selasih, penggunaan BA 0,3 mg/l menghasilkan jumlah tunas terbanyak (4,7 tunas) dibandingkan dengan BA 0,1 dan 0,5 mg/l (Syahid dan Hadipoentyanti, 1998). 1.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Pemberian BA dapat merangsang perbanyakan ubi kayu serta peningkatan konsentrasi BA sampai pada taraf terbaik (0,4 mg/l) menyebabkan perbanyakan ubi kayu. 2. Pemberian IAA dapat memacu perbanyakan ubi kayu. 3. Terdapat interaksi pemberian BA dan IAA dalam memacu perbanyakan ubi kayu.