PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN ENERGI NUKLIR

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN

PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Dokumen Kurikulum Program Studi : Ilmu dan Teknik Material

PENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Teknik Fisika

Dokumen Kurikulum Program Studi : Teknik Tenaga Listrik. Lampiran II

Dokumen Kurikulum Program Studi : Teknik Mesin

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dokumen Kurikulum Program Studi : Aeronotika dan Astronotika

Dokumen Kurikulum Program Studi : Arsitektur

Dokumen Kurikulum Program Studi Doktor Teknik Geofisika

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI BALONGAN INDRAMAYU

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kode Dokumen. Versi. Kemahasiswaan. Institut Teknologi. 8 April

',-&$ '. '. "!H~" u ~~~ I~... PROGRAM MAGI R logistik PROPOSAL. (Revisi ke-3) FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG III,..I. flii ,.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

Dokumen Kurikulum Program Studi : Aeronotika dan Astronotika. Lampiran II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dokumen Kurikulum Program Studi : Teknik Industri Lampiran II

Dokumen Kurikulum Program Studi : Magister Teknik Fisika

Deskripsi Umum, Learning Outcomes, dan Kurikulum Inti Program Studi Teknik Industri

Lampiran IV.a : Prospektus Perguruan Tinggi di Indonesia: UGM, ITB, UI, STTN

Dokumen Kurikulum Program Studi : Magister Instrumentasi dan Kontrol

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA

Dokumen Kurikulum Program Studi : Magister Teknik Geofisika

WORKSHOP AKADEMIK UNTUK PROGRAM MAGISTER

KAJIAN TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM BAPETEN MELALUI PERUBAHAN KURIKULUM MAGISTER REKAYASA KESELAMATAN

PEMETAAN DAN PENYIAPAN SDM TAHAP PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PLTN DI INDONESIA

Badan Tenaga Nuklir Nasional 2012

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

LAPORAN PERJALANAN DINAS

Dokumen Kurikulum Program Studi Teknik Mesin Lampiran I

SPESIFIKASI DAN KOMPETENSI LULUSAN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PANDUAN ATURAN PELAKSANAAN TUGAS SARJANA

KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Teknik Elektro dan Informatika

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Rekayasa Pertambangan

Akreditasi Program Studi di PTN-bh

KURIKULUM TEKNIK MESIN 2016

Doktor Ekonomi, Kekhususan Manajemen Bisnis Penyelenggara Fakultas Ekonomi

Panduan Akademik Program Studi Teknik Industri

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya yang lemah akan menghambat dan bertentangan dengan tujuan

KAJIAN KEBUTUHAN SDM REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL (RDE) TAHAP IMPLEMENTASI PROYEK

Agama I. Bahasa Inggris I. Bahasa Indonesia. Kalkulus. Fisika Elektro. Pengantar Teknik Elektro. Laboratorium Pengantar Teknik Elektro

Dinamika Kurikulum Program Sarjana TEKNIK ELEKTRO INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS) Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 07/Ka-BAPETEN/V-99 TENTANG JAMINAN KUALITAS INSTALASI NUKLIR

Dokumen Kurikulum Program Studi : Arsitektur. Lampiran II

SELAMAT DATANG DI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Badan Tenaga Nuklir Nasional 2012

REKRUTMEN REGULAR TAHAP III TAHUN 2016

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan

KETENTUAN EKIVALENSI KURIKULUM JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER

PENYIAPAN PENDIDIKAN SDM KUALIFIKASI NUKLIR UNTUK PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Kimia

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

Dokumen Kurikulum Program Studi : Rekayasa Hayati Lampiran II

Capaian pembelajaran program Diploma (D3), Sarjana (S1), Master (S2), dan Doktor (S3) di tingkat ITS dan Jurusan

Dokumen Kurikulum Program Studi : Teknik Informatika. Lampiran II

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

::Sekolah Pascasarjana IPB (Institut Pertanian Bogor)::

Usulan Kurikulum Inti Program Studi Teknik Industri Berbasis KKNI

LAPORAN KETUA PANITIA DALAM PEMBUKAAN LOKAKARYA KOMPUTASI DALAM SAINS DAN TEKNOLOGI NUKLIR 2010

PANDUAN PROGRAM HIBAH REVITALISASI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN SELEKSI TAHAP II

BAB 1 PENDAHULUAN. besar yang kompleks. Pertama, keterbatasan dana yang diperoleh lembaga-lembaga

STUDI KOMPARASI PP NO. 43/2006, PP NO. 35/2002 DAN PP NO. 8/2007 TERHADAP RENCANA PENGELOLAAN DANA DEKOMISIONING REAKTOR DAYA

KONTRIBUSI MANAJEMEN PROYEK DALAM PROYEK PEMBANGUNAN PLTN

Jadwal dan Materi Test Tahun Ajaran 2013/2014 Sekolah Pascasarjana Institut Teknologi Bandung

SPESIFIKASI DAN KOMPETENSI PROGRAM STUDI

PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

LAPORAN HASIL SAR SEMESTER GENAP 2016/2017

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

PROGRAM STUDI SARJANA, MAGISTER DAN DOKTOR TEKNIK GEOFISIKA PERIODE JANUARI DESEMBER 2016

STANDAR 5. KURIKULUM, PEMBELAJARAN DAN SUASANA AKADEMIK

Berdasarkan pertimbangan di atas disusunlah kompetensi lulusan Program Studi Teknik Mesin sebagai berikut:

Peran Dunia Pendidikan Dalam Memajukan Teknologi PLTN di Indonesia

PROGRAM PERATURAN DALAM PENGAWASAN PLTN UNTUK MENYONGSONG PEMBANGUNAN PLTN 1)

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

MAGISTER PROGRAM. Itenas Unggul dan Mandiri TEKNIK MESIN TEKNIK INDUSTRI TEKNIK SIPIL. Tahun Ajaran 2014/

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

KONSEP PENGEMBANGAN SDM PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN BIDANG PEMBANGKITAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Teknik Elektro dan Informatika. Lampiran I

2 2 Web Programming Cloud Computing

Sosialisasi Mekanisme Peminatan Angkatan 2013

BAB II STRUKTUR KURIKULUM

Transkripsi:

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA Ari Darmawan Pasek Pusat Rekayasa Industri - Institut Teknologi Bandung ABSTRAK PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA. Dengan adanya Pepres No. 5 tahun 2006 dan Undang-undang Pengelolaan Energi pembangunan PLTN di Indonesia semakin mendekat kenyataan. Proses perencanaan, perancangan, pembangunan, pengujian dan pengoperasian PLTN memerlukan Sumber daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai. Agar masyarakat Indonesia dapat berperan dalam pembangunan dan pengoperasian sistem energi nuklir yang akan dibangun, perlu dilakukan usaha-usaha pengembangan SDM. Institut Teknologi Bandung sebagai perguruan tinggi nasional yang memiliki sumber daya dan pengalaman dalam teknologi pembangkit dan rekayasa energi nuklir memiliki kewajiban untuk ikut berartisipasi dalam penyiapan sumber daya manusia yang diperlukan bersama-sama dengan perguruan tinggi dan institusi terkait lain. Dalam makalah ini akan dibahas latar belakang pembentukan kembali Program Studi Magister Rekayasa Energi Nuklir di ITB yang diarahkan pada penguasaan aspek rekayasa energi nuklir. Kurikulum Program Magister Rekayasa Energi Nuklir yang dikembangkan terstruktur dalam 42 SKS untuk diselesaikan dalam 4 semester (2 tahun akademik). Kata kunci: nuklir, sumber daya manusia, pembangkit listrik 1. PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, kebutuhan akan energi akan semakin meningkat. Sesuai dengan visi energi nasional diinginkan adanya jaminan pasokan energi yang aman, handal dan dengan harga yang terjangkau secara berkelanjutan. Dengan menipisnya sumbersumber energi fosil, dimasa yang akan datang diperlukan sistem energi yang berbasis teknologi tinggi dan mulai meninggalkan sistem energi yang berbasis sumber daya alam khususnya yang tak terbarukan. Sistem energi berbasis teknologi tersebut antara lain nuklir, biofuel, dan hidrogen. Dimasa akan datang, jenis energi yang dikonsumsi di berbagai sektor akan bergeser dari sumber energi fosil menjadi energi listrik. Dengan demikian, diperlukan pembangkit listrik dengan sistem-sistem energi yang telah disebutkan di atas. Pemilihan opsi pembangkit listrik tenaga nuklir telah secara tegas dinyatakan dalam Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Komentar beberapa Pejabat Kabinet Indonesia Bersatu serta Anggota DPR- RI mengenai rencana pembangunan PLTN mengisyaratkan harapan dan pembangunan PLTN mendekati realita dimana sesuai jadwal, tender akan dilaksanakan pada tahun 2008, konstruksi tahun 1010 dan pada tahun 2016 satu unit akan mulai beroperasi dan pada tahun 2025 akan beroperasi 4 unit dengan kapasitas keseluruhannya 4000 MW. Agar masyarakat Indonesia dapat berperan dalam pembangunan dan pengoperasian sistem energi nuklir yang akan dibangun, perlu dilakkan programprogram pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang ada untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan di bidang energi nuklir. Institut Teknologi Bandung sebagai perguruan tinggi nasional yang memiliki sumber daya dan pengalaman dalam teknologi pembangkit dan rekayasa energi nuklir memiliki kewajiban untuk ikut berartisipasi dalam penyiapan sumber daya 66

manusia yang diperlukan bersama-sama dengan perguruan tinggi dan institusi terkait lain. Dalam makalah ini akan dibahas latar belakang pembentukan kembali Program Studi Magister Rekayasa Energi Nuklir di ITB yang diarahkan pada penguasaan aspek rekayasa energi nuklir. Spesialisasi ini diperlukan guna mendukung kemampuan sumber daya manusia dalam melakukan pemahaman desain, analisis keselamatan dan melaksanakan pengawasan instalasi nuklir pada setiap tahapannya, mulai dari evaluasi tapak, pembangunan, komisioning, hingga dekomisioning. Spesialisasi ini juga sangat diperlukan bagi pemilik PLTN nanti, agar dapat menyiapkan laporan analisis keselamatan (LAK) instalasi nuklir terutama PLTN sesuai dengan ketentuan keselamatan yang berlaku di Indonesia dan internasional, pengoperasian dan perawatan. Kurikulum Program Magister Rekayasa Energi Nuklir terstruktur dalam 42 SKS untuk diselesaikan dalam 4 semester (2 tahun akademik). Pada semester pertama, kedua dan ketiga, mahasiswa program Magister Rekayasa Energi Nuklir diharuskan mengambil 4 matakuliah (12 sks) yang terdiri dari matakuliah wajib dan matakuliah pilihan. 2. PEMBANGUNAN PLTN DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA PLTN 1 dan 2 dilakukan pada Tahun 2008 dan konstruksi PLTN 1 akan mulai dilakukan pada Tahun 2010. PLTN 1 diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2016. PLTN 2 direncanakan dibangun pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2017. Setelah PLTN 1 dan 2 mulai beroperasi, PLTN 3 dan 4 akan dimulai dibangun pada tahun 2018 dan 2019, dan diharapkan masing-masing dapat beroperasi pada tahun 2023 dan 2025. Kebutuhan sumber daya manusia dalam pembangunan PLTN diperlihatkan pada Gambar 2[1]. Dari Gambar ini terlihat bahwa pembangunan PLTN akan melibatkan ribuan profesional, teknisi, tukang ahli, dan para laboran mulai dari saat perencanaan, perancangan teknik, pembangunan, pengujan dan pengoperasian. Kebutuhan sumber daya manusia terbesar terjadi pada periode pembangunan. Yang dimaksud dengan tenaga professional adalah para sarjana dan magister teknik dan sarjana/magister bidang lainnya. Tabel 1[1] memperlihatkan perkiraan jumlah tenaga professional yang dibutuhkan pada setiap tahapan kegiatan pembanguan dan pengoperasian PLTN. Dari data tersebut terlihat bahwa lebih dari 90% tenaga professional merupakan magister atau sarjana teknik. Kebutuhan magister teknik hanya berjumlah 8% dari total professional teknik. Selanjutnya makalah ini yang dibahas hanyalah kebutuhan profesional magister teknik. Gambar 1 memperlihatkan jadwal tentatif pembangunan PLTN di Indonesia. Tender Pembentukan Owner Konstruksi PLTN-2 Tender PLTN 3&4 Konstruksi PLTN-4 Sosialisasi PLTN Tender PLTN 1&2 Operasi PLTN-2 2000 MWe 2000 2005 2010 2015 2020 Operasi PLTN-4 4000 MWe 2025 Perencanaan Energi Nasional Opsi Nuklir Keputusan Pembangunan PLTN Konstruksi PLTN-1 1000 MWe Operasi PLTN-1 3000 MWe Operasi PLTN-3 Konstruksi PLTN-3 Gambar 1. Jadwal tentatif pembangunan PLTN di Indonesia 67

2007 PLTN 1 2005 2008 2010 2016 2018 Gambar 2. Kebutuhan sumber daya manusia pada pembangunan dan pengoperasian PLTN Tabel 1. Kebutuhan tenaga profesional pada pembangunan dan pengoperasian PLTN[1] Pada Gambar 2 diperlihatkan juga tentatif jadwal pembangunan PLTN 1 di Indonesia. Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa penyiapan sumber daya manusia untuk pembangunan PLTN 1 dan 2 sedikit terlambat. Namun demikian penyiapan SDM untuk pengoperasian PLTN 1 dan 2 masih memungkinkan. Dengan demikian SDM yang 68

berkecimpung dalam bidang nuklir dan pembangkit tenaga listrik yang ada saat ini perlu dipersiapkan semaksimal mungkin. Namun demikian penyiapan ini sulit untuk dapat dilakukan dengan pendidikan formal mengingat posisi jabatan dan usia SDM tersebut. Tabel 2 memperlihatkan prediksi usia SDM yang diperlukan. Sebagai contoh kualifikasi manager pre-project PLTN yang diperlukan adalah S2 dengan pengalaman kerja minimal 10 tahun. Apabila lulus tepat waktu S2 pada usia 25 tahun, maka pada tahun 2010 pada saat proyek dimulai usianya minimal 35 tahun, atau pada tahun 2007 sudah mencapai 33 tahun. Pada seusia ini akan sulit dilakukan pengembangan melalui pendidikan formal mengingat posisi jabatan dan usianya yang seharusnya sudah lulus program doktor. Hal yang lebih sulit lagi apabila yang bersnagkutan belum memperoleh gelar magister. Oleh sebab itu untuk kegiatan pre project sampai dengan konstruksi SDM yang digunakan sebaiknya magister yang telah ada saat ini dengan penambahan keahlian spesifik dilakukan melalui pelatihan, dan magang paruh waktu. Untuk kebutuhan magister pada kegiatan commissioning dan pengoperasian PLTN, pembinaan SDM bisa dilakukan melalui pendidikan formal. Karena kegiatan tersebut baru akan dilakukanpada sekitar 2014 dan 2016 sehingga lulusan sarjana yang masih berusia sekitar 26 tahun, masih sempat dididik menjadi magister selama dua tahun, kemudian bekerja di bidang nuklir atau pembangkit listrik selama 10 tahun, sehingga pada tahun 2019 dapat menjadi manager pada suatu PLTN. Melihat kebutuhan yang mendesak ini maka maka perlu dilaksanakan pendidikan formal magister untuk penyipan tenaga-tenaga yang diperlukan untuk commissioning dan pengoperasian PLTN 1 dan 2, tenaga-tenaga ini kemudian nantinya dapat berperan pada saat perencanaan, perancangan dan pembangunan PLTN 3 dan 4. Perencanaan, perancangan dan pembangunan PLTN 1 dan 2 harus dilaksanakan sebagian oleh SDM yang ada saat ini dengan dibekali keahliaan spesialisasi di bidang nuklir melalui pelatihan dan magang, dan sebagian besar lagi oleh tenaga kerja asing. 3. PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SDM NUKLIR Mengingat PLTN adalah instalsi kompleks yang memerlukan kehandalan dan keamanan yang tinggi, maka SDM yang menanganinya harus memiliki keahlian spesifik/spesialiasai nuklir disamping keahlian dasarnya. Tabel 3[1] memperlihatkan keahlian dasar dan spesialisasi yang diperlukan. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa keahlian dasar yang diperlukan bagi tenaga magister adalah bidang teknik, pembangkit listrik, mesin, elektro, atau nuklir. Sedangkan keahlian spesialisasi yang diperlukan adalah kehalian di bidang tenaga nukir, teknologi tenaga nuklir, dan bidang- Tabel 2. Prediksi usia tenaga magister pada kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTN 69

bidang nuklir lainya seperti keselamatan, satndar, dan peraturan sesuai dengan bidang pekerjaannya. Dari Tabel 3 tersebut juga dapat dilihat bahwa keahlian spesialisasi tersbut dapat diperoleh dari pengalaman kerja, pelatihan, magang di pembangkit atau industri nuklir, dan/atau melalui pendidikan formal. Perguruan tinggi mempunyai peran tidak hanay sebagai penyelenggara pendidikan formal bagi tenaga sarjana dan magister yang diperlukan, tetapi juga dapat berperan dalam pelaksanan studi, pengembangan, dan penelitian tenaga nuklir. Selain itu perguruan tinggi juga dapat menjadi tempat akumulasi pengetahuan yang dikembangkan tersebut. Pengetahuan yang terkumpul kemudian dapat didesiminasikan kembali melalui pelatihan dan pendidikan formal masa dating dengan kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pengetahuan hasil studi, pengembangan dan penelitian tersebut. Pendidikan formal dapat dilaksanakan melalui program studi teknik mesin, teknik fisika, fisika, teknik kimia yang dilengkapi dengan mata kuliah nuklir sehingga berorientasi pada bidang tenaga nuklir atau nuklir baik pada strata sarjana maupun magister. Dapat juga di buat program studi khusus nuklir yang terintegarsi antara program sarjana dan magister. 4. PROGRAM MAGISTER REKAYASA ENERGI NUKLIR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Berdasarkan kebutuhan tenaga magister untuk PLTN, keahlian spesialisasi dan peran perguruan tinggi yang dibahas di atas, maka Pusat Rekayasa Industri ITB bekerja sama dengan Kelompok Keahlian Konversi Energi FTI ITB dan BAPETEN menyelengarakan kembali Program Studi Magister Rekayasa Energi Nuklir mulai tahun 2007. Tujuan pendidikan dari program studi ini adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia dalam menguasai berbagai aspek teknologi energi nuklir sehingga dapat berperan aktif dalam proses pemanfaatan energi nuklir di Indonesia. Tabel 3. Keahlian dasar dan spesialisasi yang harus dimiliki oleh tenaga magister di PLTN 70

Tabel 4. Mata kuliah program studi Magister Rekayasa Energi Nuklir ITB SEMESTER I SEMESTER II No Kode Nama Mata Kuliah SKS No Kode Nama Mata Kuliah SKS 1 EN6000 Analisis Teknik Terapan ( * ) 3 1 EN6004 Pengantar Teknologi 3 PLTN 2 EN6001 Dasar-dasar Rekayasa 3 2 EN6005 Analisis Reaktor Nuklir 3 Termal ( * ) 3 EN6002 Pengantar Sains & Rekayasa 3 3 EN6006 Termohidrolika Reaktor 3 Nuklir Nuklir 4 EN6003 Rekayasa Keselamatan- 3 4 EN5xxx Mata Kuliah Pilihan 3 Sistem Pembangkit Energi Jumlah SKS 12 Jumlah SKS 12 SEMESTER III SEMESTER IV No Kode Nama Mata Kuliah SKS No Kode Nama Mata Kuliah SKS 1 EN6007 Analisis Struktur dan Desain 3 1 ENxxxx Mata Kuliah Pilihan 3 Seismik PLTN 2 EN6008 Eksperimen/Praktikum 2 2 EN6099 Seminar dan Tugas Akhir 6 Reaktor Nuklir 3 EN6009 Seminar dan Penyusunan 1 Proposal Proyek Akhir 4 ENxxxx Mata Kuliah Pilihan 3 Jumlah SKS 9 Jumlah SKS 9 Catatan: ( * ) Matakuliah untuk leveling Tabel 5. (lanjutan ) daftar mata kuliah pilihan SEMESTER GANJIL/GENAP No Kode Nama Mata Kuliah SKS 1. EN5001 Analisis Keselamatan 3 Probabilistik 2. EN5002 Teknik Pengaturan 3 3. EN5003 Sistem Instrumentasi dan 3 Kendali PLTN Modern 4. EN5004 Pengantar Ilmu Bahan 3 Nuklir 5. EN5005 Jaminan Kualitas PLTN 3 6. EN5006 Sistem Pengawasan Nuklir 3 7. EN5007 Perencanaan Energi, 3 Ekonomi Pembangkitan, dan Ketenagalistrikan 8. EN5008 Kapita Selekta Rekayasa Energi Nuklir 3 Lulusan program studi ini diharapkan mampu : melakukan pemahaman desain melakukan analisis keselamatan untuk kepentingan perijinan teknologi dan tapak melaksanakan pengawasan pembangunan instalasi nuklir pada setiap tahapannya, mulai dari evaluasi dokumen tender, pengawasan pembangunan, komisioning, pengoperasian dan dekomisioning Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut disusun kurikulum empat semester yang diwujudkan dalam 42 sks kegiatan kuliah dan praktek. Daftar mata kuliah program studi ini dapat dilihat pada Tabel 4. 5. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakuan di atas dapat disimpulkan beberapa hal berikut: Penyiapan SDM dan program pengembangan SDM untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN perlu segera dilakukan Program pengembangan SDM perlu dilakukan secara berkesinambungan karena jangka waktu pembangunan dan pengoperasian PLTN yang cukup lama. Namun demikian jumlah tenaga kerja spesialis yang hasilkan tidak perlu teralalu 71

banayka menginat jumlah PLTN yang relative sedikit. Program pengembangan SDM professional tingkat magister pada dasarnya adalah penambahan keahlian spesialis nuklir, dan hal ini dapat dilakukan melalui pengalaman kerja, pelatihan, pendidikan formal, dan/atau magang. Melihat kebutuhan tenaga professional magister teknik tersebut maka ITB bekerjasama dengan BAPETEN melaksanakan kembali Program Magister Rekayasa Energi Nuklir mulai tahun 2007. Dalam penyelenggaan program studi magister tersebut diperlukan kerjasama dengan BATAN, BAPETEN dan institusi lain baik dalam penyediaan tenaga pengajar maupun mahasiswa. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Manpower Development for Nuclear Power, a Guidebook, Technical Report Series No. 200, 1980. 7. DISKUSI Henky P. Rahardjo-PTNBR: Mohon penjelasan kira-kira strata pendidikan mana yang disiapkan untuk operator reaktor dan supervisor reaktor? Ari Darmawan Pasek: Kualifikasi SDM untuk PLTN dapat dilihat di Technical Report Series No. 200 Tahun 1980, IAEA. Menurut dokumen ini operator dan supervisor masing-masing adalah S1 dan S2. Putranto Ilham Yazid-PTNBR: Setinggi apapun teknologi terapan, apabila sudah diaplikasikan, tentu menjadi suatu hal yang rutin. Demikian pula dengan PLTN. Karena itu, pengoperasian PLTN oleh tenaga S1 (operator), S2 (supervisor) dapat/ mungkin menjadi terlampau tinggi. Oleh karena itu perlu diberikan pendidikan tentang attitude kerja maupun motivasi terutama bagi operator PLTN yang berpendidikan terlampau tinggi tersebut. Ari Darmawan Pasek: Untuk sementara, kualifikasi operator dan supervisor adalah S1 dan S2, mengingat belum adanya pengalaman pengoperasian PLTN. Apabila telah memiliki pengalaman dan pengetahuan pengoperasian dan telah terbukti SOP yang diterapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul, maka kualifikasi operator dapat diturunkan. Jupiter Sitorus-PTRKN: Sangat berterima kasih atas adanya program penyiapan SDM untuk PLTN ini di ITB karena hal ini dapat menjawab keraguan masyarakat tentang penyiapan SDM PLTN. Usul kami, apakah ada kemungkinan untuk membuat link/ kerjasama dengan universitas di negara maju dalam bidang PLTN, sehingga masyarakat mengetahui bahwa memang ada pengajar dari negara maju yang memiliki PLTN (misalnya Korsel, Jepang, dst) Ari Darmawan Pasek: Saat ini, pelaksana Program Magister Rekayasa Energi Nuklir yaitu kelompok keahlian Konversi Energi FTI-ITB dan Pusat Rekayasa Industri ITB mempunyai nota kesepakatan dengan Prof. Aritomi dari Nuclear Research Labolatory-Tokyo Institute of Technology. Banyak program kerjasama yang diturunkan oleh TIT tetapi belum dapat dipenuhi oleh ITB karena keterbatasan SDM. Degan adanya mahasiswa REN, mudah-mudahan tawaran program dari TIT dapat dipenuhi. Teuku Alfa PTNBR BATAN : 1. Menurut tabel yang ditampilkan: SDM untuk pembangunan PLTN hanya membutuhkan training atau pelatihan selama 1-2 tahun. Apakah ini berarti bahwa riset atau pengalaman BATAN selama 20-30 tahun tidak ada gunanya? 72

2. Kurikulum S2 Teknik Nuklir yang sedang dibuat, kelihatannya terlalu berorientasi Mechanical and Electrical Engineering. Apakah tidak ada rencana membuat kurikulum yang mencakup Reactor Physics, Thermalhydraulic, Material Science, and Instrumentation? Ari Darmawan Pasek: 1. Riset dan pengalaman BATAN selama 20-30 tahun merupakan modal utama dalam pembangunan dan pengoperasian nuklir. Pengalaman kerja di bidang nuklir merupakan persyaratan atau kualifikasi utama yang diperlukan sebelum kebutuhan spesialisasi lainnya. 2. Kurikulum program Rekayasa Energi Nuklir ITB memang berorientasi ke Teknik Mesin dan Sipil. Hal ini sesuai dengan tahapan pengawasan pembangunan PLTN, tetapi tidak mengesampingkan persyaratan kurikulum TeknikMesin dimana program ini dirintis dan diadakan. 73